BPS manfaatkan teknologi terbaru BPPT tingkatkan akurasi data produksi beras
Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan pihaknya akan menggunakan peta dan teknologi terkini dalam menyajikan data produksi beras nasional untuk Perum Badan Urusan Logistik (Bulog). Hal ini diharapkan membuat data produksi beras semakin efisien dan akurat. BPS juga menggunakan banyak peta dasar.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan pihaknya akan menggunakan peta dan teknologi terkini dalam menyajikan data produksi beras nasional untuk Perum Badan Urusan Logistik (Bulog). Hal ini diharapkan membuat data produksi beras semakin efisien dan akurat.
"BPS sekarang sedang bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dalam meningkatkan akurasi data produksi beras. Kita harus menggunakan teknologi terkini dan banyak peta," tutur Kepala BPS Suhariyanto di kantor Perum Bulog, Jakarta, Selasa (20/3).
-
Kapan BPS dibentuk? Sejarah BPS dimulai pada tahun 1960, ketika Biro Pusat Statistik didirikan.
-
Siapa yang menugaskan BULOG untuk mengimpor beras? “Di tengah situasi yang sangat sulit mendapatkan beras impor, BULOG sudah berhasil mendapatkan kontrak sebesar 1 juta ton dari kuota tambahan penugasan importasi beras dari pemerintah di akhir tahun 2023 sebanyak 1,5 juta ton”, ujar Tomi.
-
Apa tugas utama dari BPS? Tugas BPS adalah melaksanakan tugas pemerintahan di bidang statistik sesuai peraturan perundang-undangan.
-
Apa yang membaik di Sulawesi Utara berdasarkan rilis BPS? Kepala BPS Sulawesi Utara, Asim Saputra menjelaskan, daya beli petani di Sulawesi Utara membaik di Bulan Oktober 2023.
-
Mengapa BULOG mengimpor beras dari negara lain? “Di tengah situasi yang sangat sulit mendapatkan beras impor, BULOG sudah berhasil mendapatkan kontrak sebesar 1 juta ton dari kuota tambahan penugasan importasi beras dari pemerintah di akhir tahun 2023 sebanyak 1,5 juta ton”, ujar Tomi.
Untuk itu, BPS dan Perum Bulog menandatangani nota kesepahaman mengenai penyediaan, pemanfaatan, serta pengembangan data dan informasi statistik di bidang pangan.
Suhariyanto mengatakan BPS juga menggunakan banyak peta dasar seperti dari Badan Informasi Geospasial (BIG), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). "Ini semua di overlay. Jadi kita menggunakan sebuah metodologi Kerangka Sample Area (KSA)," tambah dia.
Dia menambahkan, peta dasar ini membantu BPS dan Bulog untuk memantau data produksi beras secara bertahap dalam periode enam bulan atau satu tahun sekali (per sub-round).
"Setiap bulan kita mengambil sekitar 192 ribu titik pengamatan. Misalnya koordinatnya dimatikan, petugas harus datang ke sana, bawa ponselnya, harus memotret. Apakah sawah tersebut sedang panen, apakah sedang puso (tidak mengeluarkan hasil), apakah sedang dalam vegetatif I, dan seterusnya," terangnya.
"Jadi itu sedang dikerjakan BPS dari Januari, tidak perlu bulanan ya kita rilisnya, per sub-round nanti kita rilis, yaitu enam bulan sampai satu tahun sekali" ungkapnya.
Untuk target pengumuman, Suhariyanto menyebut akan merilis data ini paling lambat Agustus 2018 untuk mencegah perbedaan data yang terjadi kembali ke depan.
Reporter: Bawono Yadika
Sumber: Liputan6
Baca juga:
140 Ton gabah asal Maros hendak diselundupkan ke Pinrang dan Sidrap
Pemerintah bagikan bibit unggul gratis dan intensifikasi lahan genjot produksi beras
Kementan sebut impor beras dilakukan karena musim panen tak serentak
9 Manfaat sehat saat kamu mengganti konsumsi nasi putih ke nasi cokelat
Mendag pastikan beras impor tak masuk ke sentra produksi dalam negeri
Tiba dari Vietnam, 10.000 ton beras impor cukup penuhi 4 bulan kebutuhan warga NTT
4 Komoditi ini bisa dihasilkan di Indonesia, namun masih diimpor pemerintah