Buruh Proyek Masjid Sheikh Zayed Punya Utang Makan Rp145 Juta, Mandor Siap Lunasi
Para mandor proyek pembangunan Masjid Sheikh Zayed Solo (SZGMS) Jawa Tengah, siap melunasi utang ratusan juta ke pemilik warung atas nama Dian Eka Sari setempat. Menyusul, viralnya perbincangan di masyarakat hingga menjadi atensinya Walikota Solo dan PT Waskita Karya (Persero).
Para mandor proyek pembangunan Masjid Sheikh Zayed Solo (SZGMS) Jawa Tengah, siap melunasi utang ratusan juta ke pemilik warung atas nama Dian Eka Sari setempat. Menyusul, viralnya perbincangan di masyarakat hingga menjadi atensinya Walikota Solo dan PT Waskita Karya (Persero).
Para mandor yaitu Sugiyantoro, Sunandar dan Guntur Mustofa menyatakan tidak ada maksud sama sekali untuk membuat kegaduhan dan permasalahan seperti ini yang menjadi topik hangat di masyarakat. Pihaknya berjanji untuk melunasi utang Rp 145 juta tersebut.
-
Siapa yang mengikuti sholat Idul Adha di masjid atau lapangan terbuka? Di pagi hari Idul Adha, umat Muslim berkumpul di masjid-masjid atau lapangan terbuka untuk melaksanakan sholat berjemaah, mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW.
-
Bagaimana kerusakan pada masjid? Laporan dari Reuters menyebutkan sebagian dari Masjid Tinmel mengalami keruntuhan. Gambar-gambar yang beredar di internet menunjukkan dinding-dinding yang roboh, menara setengah roboh, dan tumpukan besar puing.
-
Kenapa beduk Masjid Jami Sabilul Huda Indramayu berlubang? Rupanya setelah tak jadi dipinjam, beduk itu tiba-tiba berlubang dengan sendirinya.
-
Apa yang dilakukan Bung Karno pada Masjid Jamik di Bengkulu? Bung Karno yang dahulu sempat mengenyam pendidikan di Insinyur Teknik Sipil dari Technische Hoogeschool (THS) atau dikenal dengan Institut Teknologi Bandung (ITB), berniat untuk merenovasi masjid tersebut karena sudah tak layak dan juga membahayakan jemaah.
-
Bagaimana Masjid Langgar Tinggi dirawat? Kendati sudah tiga kali diperbaiki, namun Assegaf tak mau bentuk aslinya diubah. Ia menginginkan agar bangunan menjadi warisan Islam zaman perdagangan di abad ke-19, sebagai bekal informasi bagi anak cucu.
-
Bagaimana masjid ini menjadi 'rumah' bagi siapa saja? Pendiri dan marbot masjid disebut sengaja membuat masjid menjadi 'rumah' bagi siapa saja yang ingin singgah.
"Untuk masalah utang piutang ini saya menyatakan siap bertanggung jawab untuk membayar lunas saat ini," ucap salah satu Mandor dalam keterangannya dikutip, Minggu (19/3).
Para Mandor mengaku kasus ini tidak ada keterkaitan sama sekali dengan pihak PT Waskita Karya. Mereka pun menyampaikan permintaan maaf kepada Walikota Solo, Gibran Rakabuming Raka dan PT Wakil Karya atas kegaduhan yang timbul.
"Kami selaku mandor meminta maaf yang sebesar-besarnya terutama kepada Walikota Solo Gibran Rakabuming sudah membuat kegaduhan seperti ini. Untuk masalah ini tidak ada hubungannya dengan Waskita Karya sebenernya, masalah ini mutlak urusan warung dan mandor," ucapnya.
Dian Ekasari selaku Pemilik Warung juga berterima kasih dan menyatakan tidak ada maksud untuk membuat nama Waskita Karya jadi tidak baik. "Terima kasih kepada Walikota Solo Bapak Gibran dan Waskita Karya sudah membantu dan menjembatani pertemuan ini. Tidak ada maksud sama sekali untuk membuat jelek nama Waskita Karya dan memviralkan kasus ini," ucap Dian.
Dengan ini, Director of Operation I dan QSHE I Waskita Karya Ketut Pasek Senjaya bersyukur masalah ini sudah selesai. Menurutnya, pihaknya sejak awal meminta langsung kepada dan Corporate Secretary untuk mengawal tuntas kasus tersebut.
"Saya langsung meminta kepada Tim Proyek Masjid Syeikh Zayed Solo dan Corporate Secretary untuk segera dituntaskan dan memanggil para mandor untuk pergi ke Solo walaupun mereka sudah bekerja di Gresik, Tangerang dan Ambon," ucapnya.
Sebelumnya, miris benar nasib Dian (38), pemilik warung makan Restu Bunda di sekitar Masjid Raya Sheikh Zayed Solo. Betapa tidak, sejumlah mandor dan pekerja proyek prestisius memiliki utang padanya hingga ratusan juta Rupiah. Utang makan tersebut terakumulasi hingga mencapai Rp145 juta.
Ditemui wartawan, Dian mengaku dijanjikan oleh para mandor terkait sistem pembayaran biaya makan pekerja. Yakni dibayarkan setiap dua minggu sekali. Namun kenyataannya, pembayaran sering terlambat bahkan tidak dibayar sama sekali hingga proyek selesai.
"Dulu itu perjanjiannya dibayar tiap dua minggu sekali. Tapi malah nggak dibayar," kata Dian, Jumat (16/3).
Ditambahkan Dian, para mandor perusahaan juga tidak tepat waktu. Bahkan sampai 4 minggu baru dibayarkan. Ia menerangkan, para pekerja yang berutang di bawah tanggungan tiga mandor. Di antaranya mandor berinisial N yang memiliki utang Rp65 juta. Kemudian G yang berutang Rp50 juta. Keduanya merupakan warga Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Selanjutnya mandor berinisial G asal Purwodadi yang masih memiliki utang Rp30 juta.