Curhat Petani Tembakau, Khawatir Penjualan Hasil Panen Anjlok
Tanpa dukungan dari industri, para petani akan menghadapi kesulitan dalam menjual hasil panen mereka.
Kritik terhadap Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) masih saja mengemuka. Hal ini disebabkan karena tembakau memiliki kontribusi signifikan terhadap perekonomian daerah.
Selain itu, tembakau bukan sekadar tanaman musiman yang bernilai ekonomi tinggi, tetapi juga memainkan peran penting dalam ekosistem pertanian.
Menurut Nanang Teguh Sembodo, perwakilan Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) di Jawa Tengah, adanya rencana untuk menyamakan kemasan rokok tanpa identitas merek dalam Rancangan Permenkes akan berdampak negatif pada daya serap industri terhadap tembakau lokal.
Ia mengingatkan bahwa tanpa dukungan dari industri, para petani akan menghadapi kesulitan dalam menjual hasil panen mereka.
"Jika aturan ini diterapkan, kami khawatir penjualan tembakau kami menurun. Ini membuat kami jadi resah," ungkapnya dalam sebuah wawancara yang dikutip pada Jumat (29/11).
Menurut Nanang, wacana kebijakan ini tidak hanya akan membatasi daya jual tembakau, tetapi juga berpotensi mengurangi jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam sektor ini.
Ia menilai bahwa kebijakan tersebut bersifat diskriminatif karena hanya fokus pada dampak kesehatan tanpa mempertimbangkan aspek ekonomi yang memengaruhi kehidupan para petani.
Lebih lanjut, Nanang menekankan pentingnya peran tembakau dalam perekonomian lokal, mengingat tanaman ini adalah satu-satunya tanaman musiman yang memiliki nilai jual tinggi. Di beberapa daerah, tembakau bahkan dapat membantu mengatasi masalah hama seperti kera dan tikus.
"Tembakau telah menjadi bagian dari budaya dan identitas masyarakat pedesaan, terutama di daerah seperti Temanggung, Boyolali, dan Wonosobo, di mana sebagian besar petani sangat bergantung pada hasil panen tembakau," tambahnya.
Dalam konteks terbatasnya lahan yang ada, tembakau memiliki keunggulan strategis dibandingkan dengan tanaman lain. Hal ini menjadi perhatian tersendiri bagi Nanang, karena kondisi para petani tembakau masih jauh dari harapan, terutama dengan kurangnya dukungan kebijakan yang melindungi hak dan kepentingan mereka.
Banyak petani merasa terpinggirkan akibat kebijakan pemerintah yang tidak sejalan dengan kebutuhan mereka.
Kemasan Rokok Tidak Mencantumkan Identitas Merek
Dwijo Suyono, seorang pengamat kebijakan publik berpendapat bahwa kebijakan ini memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap ekosistem tembakau nasional yang mencakup jutaan petani.
Menurutnya, Rancangan Permenkes tersebut hanya akan memperburuk kondisi industri tembakau yang sudah tertekan. Dwijo menegaskan bahwa kebijakan ini akan semakin menyulitkan para petani tembakau yang selama ini sudah berada dalam posisi yang rentan.
Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya perlindungan bagi seluruh pelaku dalam ekosistem tembakau, mulai dari petani, pekerja, hingga pedagang.
"Padahal, kebijakan publik itu harusnya melibatkan perlindungan bagi semua pelaku di ekosistem tersebut, mulai dari petani, pekerja, hingga pedagang. Namun, kenyataan yang ada menunjukkan bahwa pemerintah lebih banyak menekan sektor tembakau melalui berbagai aturan," terangnya.
Dengan demikian, Dwijo menilai bahwa seharusnya kebijakan publik dapat menciptakan keseimbangan yang lebih baik dan tidak hanya berfokus pada penekanan terhadap sektor tertentu.
Perlindungan Petani Tembakau
Dwijo menekankan bahwa masih banyak wilayah yang belum memiliki peraturan daerah yang mengatur perlindungan bagi petani tembakau. Ia juga menyoroti pentingnya adanya keselarasan antara kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat dan daerah dalam pengelolaan sektor tembakau.
"Agar sektor ini tetap berkelanjutan dan dapat terus berkontribusi pada perekonomian daerah, maka pemerintah harus merumuskan kebijakan yang dapat melindungi industri tembakau dan para pekerja di dalamnya," tutupnya.