Dahlan belajar dari China soal penjualan BUMN
Di China, BUMN yang sudah setengah mati akhirnya diserahkan ke pegawainya agar karyawan lebih semangat.
Dalam seminar di depan Dewan Guru Besar UI Dahlan Iskan menjelaskan lima hal yang berkaitan dengan kepemimpinan Indonesia di masa depan. Mulai dari ketahanan pangan, ketahan energi, infrastruktur, birokrasi, hingga dunia pendidikan.
Usai persentasi, Dewan Guru Besar UI mempertanyakan beberapa penjelasan Dahlan. Salah satunya tentang pengelolaan BUMN Indonesia yang saat ini cenderung hanya mencari keuntungan, bukan pada pelayanan masyarakat.
-
Di mana Badr Dahlan ditahan? Jadi Mimpi Buruk Dahlan ditahan di wilayah Khan Younis bersama sejumlah warga Palestina tak berdosa lainnya.
-
Di mana Dahlan Djambek lahir? Pria yang lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat pada tahun 1925 ini merupakan putra dari ulama besar yang tersohor di Minangkabau yaitu Syekh Muhammad Djamil Djambek.
-
Kapan Yusuf Ivander Damares lahir? Yusuf yang lahir melalui program bayi tabung ini telah tumbuh jadi remaja ganteng.
-
Kapan KH Ahmad Dahlan dilahirkan? KH Ahmad Dahlan, yang lahir dengan nama Muhammad Darwis, dilahirkan pada 1 Agustus 1868 di Kampung Kauman, Yogyakarta.
-
Kapan Sultan Iskandar Muda berkuasa? Ia berkuasa dari tahun 1607 sampai 1636.
-
Kapan M Rizqi Iskandar Muda lahir? Secara kebetulan, Rizqi yang kelahiran Batang, Jateng, 9 November 2002 itu merupakan legislator termuda di DPRD Jateng pada periode ini.
"Kenapa BUMN hanya kita berminat pada bidang komersil saja. Kenapa bukan bidang layanan-layanan kepada masyarakat? Misalnya BUMN yang mendukung untuk pertanian sangat sedikit sedangkan untuk bidang konstruksi banyak sekali," kata seorang Guru Besar kepada Dahlan di Aula FK UI Salemba, Jakarta Pusat, Rabu (27/11).
Dahlan langsung menampik anggapan itu. Dia menegaskan, tidak semua perusahaan BUMN menghasilkan untung. Beberapa BUMN yang dianggap merugi bisa dijual ke pihak lain agar tidak membebani keuangan negara.
"Di China, BUMN yang dianggap penting dan strategis itu dimiliki 100 persen oleh pemerintah. Yang dianggap kurang strategis pemerintah jual 50 persen. BUMN yang tidak produktif sama sekali, dijual. Tapi jualnya ke karyawan dan pengelolanya bukan pihak luar," papar Dahlan.
Dahlan juga menceritakannya pengalamannya keliling China untuk mempelajari sistem perekonomian negeri tirai bambu tersebit. Terutama soal kemungkinan menjual BUMN yang merugi.
"Saya Pengen BUMN yang setengah mati itu diberi ke karyawannya seperti di China. Ini biar mereka semangat lagi dan di China itu terbukti. Saya mau seperti itu. Tapi aturan kita belum ada yang kesana. Ini agar BUMN kita produktif," katanya.
(mdk/noe)