Dahlan Iskan Kritik Keputusan Pemerintah Tetapkan 4 Perusahaan Pemegang Saham IBC
Menurutnya, dengan banyak perusahaan yang terlibat itu justru akan menyulitkan proses pengambilan keputusan oleh IBC terkait pembentukan industri baterai kendaraan listrik (EV battery) di Tanah Air.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Periode 2011-2014, Dahlan Iskan mengkritisi keputusan pemerintah yang menetapkan empat perusahaan besar sebagai pemegang saham PT Indonesia Battery Corporation (IBC).
Menurutnya, dengan banyak perusahaan yang terlibat itu justru akan menyulitkan proses pengambilan keputusan oleh IBC terkait pembentukan industri baterai kendaraan listrik (EV battery) di Tanah Air.
-
Kapan Damri berencana membeli bus listrik? Perum Damri mengusulkan Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp1 triliun untuk 2025 yang akan digunakan untuk penyediaan 100 bus listrik Transjakarta dan peremajaan bus diesel angkutan perintis.
-
Kapan Lukman Hakim meninggal? Lukman Hakim meninggal di Bonn pada 20 Agustus 1966.
-
Kapan Kota Solo resmi dialiri listrik? Pada 12 Maret 1901, Kota Solo resmi dialiri listrik.
-
Kapan M Rizqi Iskandar Muda lahir? Secara kebetulan, Rizqi yang kelahiran Batang, Jateng, 9 November 2002 itu merupakan legislator termuda di DPRD Jateng pada periode ini.
-
Kapan lelang motor Omesh berakhir? Setelah nungguin sekitar 4 hari, akhirnya ada yang menang lelang dengan harga Rp 300 juta.
-
Bagaimana motor listrik bekerja? Cara kerja motor listrik terbilang sederhana, di mana ia mengkonversi energi listrik menjadi energi mekanik, memungkinkan motor untuk bergerak seperti motor berbahan bakar konvensional.
"Pada awalnya saya mengira bahwa pemegang saham dari IBC itu Pertamina saja atau PLN saja. Tapi ternyata diputuskan sangat kompak empat perusahaan. Saya bisa membayangkan alangkah rumitnya pengambilan keputusannya," keluh Dahlan dalam acara diskusi panel virtual, Kamis (20/5).
Dahlan mengungkapkan, dengan bertenggernya empat perusahaan besar selaku pemegang saham di IBC maka proses pengambilan keputusan menjadi lebih rumit. Menyusul, harus terpenuhinya kesepakatan dari masing-masing pemegang saham.
"Sehingga, saya bisa memahami alangkah sulitnya nanti IBC mengambil keputusan teknologi apa yang bisa dipakai dan di produksi. Mengambil keputusan saja sulitnya bukan main, apalagi kalau lewat prosedur yang begitu panjang lewat (persetujuan) pemegang saham," sebutnya.
Padahal, kata Dahlan perkembangan teknologi untuk pembuatan baterai listrik sendiri terus mengalami perubahan dalam waktu yang sangat dekat. Dengan begitu, Indonesia dituntut juga cepat untuk mengambil keputusan saat ini.
"Jangan- jangan ketika pengambilan keputusannya itu panjang sekali, sehingga tidak relevan keputusan itu. Atau harus memperbaharui lagi proposalnya dan seterusnya," terangnya.
Oleh karena itu, Dahlan mengusulkan kepada pemerintah untuk mau memangkas jumlah perusahaan pemegang saham di IBC menjadi satu saja. Hal ini demi efisiensi dalam proses pengambilan keputusan.
"Sehingga saya meskipun sudah diputuskan empat perusahaan yang akan join di IBC, saya masih tetap berharap ada pemikiran ulang bahwa satu saja pemegang sahamnya. Terserah PLN atau Pertamina begitu. Agar sesuatu yang mengambil keputusan cepat dan strategis, sehingga tidak termakan oleh waktu proses pengambilan keputusannya," ungkapnya.
Keputusan Erick Thohir
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir mengumumkan peresmian pembentukan Indonesia Battery Corporation (IBC) sebagai basis pembentukan industri baterai kendaraan listrik (EV battery) di Tanah Air.
Perusahaan holding ini akan terdiri dari empat perusahaan BUMN, yakni PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum (MIND ID), PT Aneka Tambang Tbk (Antam), PT Pertamina (Persero), dan PT PLN (Persero).
Erick mengatakan, pembentukan IBC ini jadi bukti kesuksesan rencana pemerintah selama satu tahun terakhir. Menurut dia, alam Indonesia juga diuntungkan lantaran banyak menyimpan nikel sebagai bahan dasar pembentukan EV battery.
"Alhamdulillah yang sudah kita jalankan sama-sama, kita mau, kompak, ini bisa terbukti. Apalagi kita dikasih anugerah kekayaan nikel hampir 24 persen dunia," kata Erick Thohir dalam sesi teleconference, Jumat (26/3).
Erick Thohir menyatakan, kehadiran EV battery juga nantinya akan membuat Indonesia lebih bersahabat dengan ekonomi ramah lingkungan (green economy).
Pembentukan Indonesia Battery Corporation ini juga disebutnya sebagai bukti bahwa pemerintah yang tidak ingin terlambat lagi jadi pemain dunia dalam suatu bidang.
"Alhamdulillah kita manfaatkan momentum sangat penting, inovasi EV battery berbasis nikel, kita ambil langkah cukup berani, tak mau kalah sama RTT (Republik Rakyat Tiongkok), Amerika Serikat (AS), Korea. Kita bisa jadi pemain global," tuturnya.
(mdk/idr)