Dari Atas Kursi Roda, Penderita Celebral Palsy Menangkan Kompetisi Logo dan Desain dari Amerika
Sejak usia sekitar 2 tahun, Dika, sapaan akrabnya didiagnosa menderita celebral palsy (CP).
Sejak usia sekitar 2 tahun, Dika, sapaan akrabnya didiagnosa menderita celebral palsy (CP).
Dari Atas Kursi Roda, Penderita Celebral Palsy Menangkan Kompetisi Logo dan Desain dari Amerika
Tidak menjadi beban orang lain.
Itulah harapan dari Andhika Syaifuddin ketika bertekad menjadi pribadi yang mandiri. Sejak usia sekitar 2 tahun, Dika, sapaan akrabnya didiagnosa menderita celebral palsy (CP).
Mendengar diagnosa dokter itu, hati orang tua Dika runtuh. Tidak tega melihat sang anak di usia sangat kecil menderita penyakit yang membuatnya sangat bergantung terhadap kursi roda.
Dalam wawancara yang diunggah di akun YouTube Pecah Telur, Dika menceritakan orang tua Dika sangat all out. Keduanya berjuang agar Dika bisa kembali normal.
Namun, hingga memasuki usia TK hingga SD, usaha tersebut tak membuahkan hasil.
- Ibu Fery Farhati Ganis Baswedan Support dan Kagum dengan Karya Penyandang Disabilitas
- FOTO: Antusiasme Anak-Anak Pengidap Celebral Palsy Ikut Kampanye di Car Free Day
- Memukau Mirip Putri Ariani, Ini Sosok Pemenang Americas Got Talent 2019 yang Bawa Pulang USD1 Juta
- Cerebral Palsy, Ketahui Penyebab dan Terapi yang Bisa Dilakukan
Dika berujar kepada orang tuanya, pengobatan sebaiknya dihentikan.
Dia mengaku sudah merasa lelah mengonsumsi obat-obatan, jamu, hingga terapi segala macam. Air mata sang ibu pecah saat sang anak mengutarakan perasaannya.
Di satu sisi, Dika tidak ingin membebani orang tua dan keluarga, termasuk adik-adiknya.
Dia pun kemudian nekat meminta izin kepada orang tuanya untuk tinggal di Balai Rehabilitasi Terpadu Penyandang Disabilitas (BRTPD).
Orangtua Dika mengizinkan. Selama tinggal di balai rehabilitasi, Dika mengikuti berbagai aktivititas, salah satunya mengikuti kurus desain grafis.
Hingga satu hari, temannya memberi kabar ada sebuah kompetisi logo dan desain grafis. Mendengar itu, Dika terpacu untuk mengikuti kompetisi itu.
Setiap malam, Dika 'mencuri' waktu di laboratorium komputer untuk mempelajari desain atau logo.
Sesekali, Dika ditegur petugas keamanan yang sedang berjaga, dan memintanya kembali ke asrama. Hasil belajar melalui YouTube membuahkan hasil.
Dika keluar sebagai pemenang dalam kompetisi logo dan desain grafis yang diselenggarakan sebuah perusahaan multinasional Amerika.
merdeka.com
Hadiah yang dia terima dari kompetisi itu sekitar USD500 atau sekitar Rp7,6 juta.
Namun, Dika tidak diizinkan menyebut perusahaan yang dia ikuti kompetisinya.
Capaian itu membuat Dika semakin tertantang meningkatkan kemampuannya dalam mendesain.
Dia bahkan pernah mendapatkan USD100 atau sekitar Rp1,5 juta dari Canva atas hasil karya desainnya.
Tawaran mulai mengalir deras. Hingga kemudian berbekal bakatnya dalam mendesain, Dika memiliki pendapatan tetap sekitar Rp1 hingga Rp7 juta yang rutin dia terima setiap bulan.