Dukung Pembangunan Rendah Karbon, BUMN Semen Ciptakan Bahan Bangunan Ramah Lingkungan
Beberapa produk SIG tercatat 21 persen sampai dengan 38 persen lebih rendah karbon dibandingkan semen konvensional.
Ini dilakukan untuk mendukung pembangunan rendah karbon dan mengejar target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2050.
Dukung Pembangunan Rendah Karbon, BUMN Semen Ciptakan Bahan Bangunan Ramah Lingkungan
Direktur Operasi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG), Reni Wulandari menyebut bahwa pihaknya tengah fokus meningkatkan kapabilitas dengan berinovasi menciptakan solusi bahan bangunan ramah lingkungan.
Ini dilakukan untuk mendukung pembangunan rendah karbon dan mengejar target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2050.
- Kurangi Emisi Karbon, PLTU Ombilin Gunakan Limbah Serbuk Kayu Jadi Bahan Bakar
- PT SIG Pasok 400 Ribu Ton Semen Ramah Lingkungan buat Infrastruktur IKN
- Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca, BUMN Semen Gunakan 559.625 Ton Sampah Jadi Bahan Bakar Subtitusi Batu Bara
- Dukung Realisasi Netralitas Karbon, AHM Berkomitmen Terus Memperkuat Program Elektrifikasi Kendaraan Bermotor
"Peningkatan kapabilitas ini tertuang dalam Peta Jalan Keberlanjutan (Sustainability Roadmap) 2030 SIG," ujarnya dalam sesi talk show Green Economy Expo 2024, dikutip dari Antara, Rabu (10/7).
Salah satu penerapan prinsip ekonomi sirkular yang dilakukan SIG dalam kegiatan produksi adalah penggunaan bahan bakar alternatif dari limbah industri, biomassa, dan sampah perkotaan yang diolah menjadi refuse-derived fuel (RDF).
SIG memulihkan keberadaan energi atau mineral pada limbah yang sebelumnya tidak termanfaatkan, menjadi alternatif pengganti atas sumber daya alam yang dipakai dalam produksi semen dengan tetap memenuhi standar untuk menjaga kualitas produk dan kepatuhan lingkungan.
Selain pemanfaatan bahan bakar alternatif, proses produksi di pabrik-pabrik SIG ditunjang dengan implementasi plant digitalization melalui pemanfaatan machine learning, big data dan artificial intelligence untuk optimasi kegiatan produksi untuk mencapai efisiensi penggunaan energi dan peningkatan produktivitas.
Pihaknya turut melakukan riset dan pengembangan untuk menghasilkan produk dengan emisi lebih rendah, tetapi memiliki kualitas setara di kelas peruntukannya yang disebut green cement.
"Untuk mendorong percepatan capaian penurunan emisi karbon, SIG juga mengembangkan energi terbarukan melalui penggunaan panel surya pada unit-unit operasionalnya, serta optimasi gas panas buang dari proses produksi semen (Waste Heat Recovery Power Generation)," ungkap Reni.
Pada tahun 2023, penggunaan bahan bakar dan bahan baku alternatif di seluruh pabrik SIG dinyatakan mengalami peningkatan mencapai 1,65 juta ton, emisi gas rumah kaca (GRK) cakupan 1 (dari operasional) berkurang sebesar 4,9 juta ton GRK dibandingkan baseline tahun 2010, dan cakupan 2 (emisi tidak langsung dari energi listrik) diturunkan sebanyak 0,15 juta ton GRK.
Dengan melakukan pola operasi yang berkelanjutan, SIG memperoleh sertifikat Green Label dari Green Product Council Indonesia, sertifikat Ekolabel Swadeklarasi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), dan Sertifikat Industri Hijau dari Kementerian Perindustrian.
"Beberapa produk SIG tercatat 21 persen sampai dengan 38 persen lebih rendah karbon dibandingkan semen konvensional, di antaranya semen curah untuk berbagai kebutuhan pembangunan infrastruktur dan stabilisasi tanah, semen masonry untuk aplikasi non-struktural, serta produk turunan semen inovatif seperti beton berpori untuk membantu penyerapan air ke dalam tanah, beton cepat kering untuk perbaikan jalan dalam waktu singkat dan menghindari kemacetan karena penutupan jalan, serta beton dekoratif yang estestis," ucap Reni.