Ekonom sebut pelemahan Rupiah berlanjut sampai akhir tahun, ini sebabnya
Ekonom Indef Bima Yudhistira menjelaskan pelemahan Rupiah ini dipicu adanya rencana kenaikan Fed Rate 25 bps, kenaikan suku bunga acuan The Fed, ancaman perang dagang Amerika Serikat-China, dan sentimen cadangan devisa.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bima Yudhistira menilai trend pelemahan Rupiah masih akan terus berlanjut hingga akhir akhir tahun nanti. Hal tersebut dipicu adanya rencana kenaikan Fed Rate 25 bps.
Bima menuturkan, indikasi lain yang menyebabkan Rupiah akan terus melemah yakni dipicu oleh bunga acuan The Fed yang naik berbalikan dengan yield Treasury bound 10 tahun menjadi 2,88 persen per 6 September 2018. Prediksi ini, kata Bima sesuai dengan teori Inverted Yield Curves, dimana yield surat utang AS jangka panjang menurun sedangkan yield jangka pendek menurun.
-
Apa yang membuat Pejuang Rupiah istimewa? "Makin keras kamu bekerja untuk sesuatu, makin besar perasaanmu ketika kamu mencapainya."
-
Di mana IDR digunakan? Dalam kehidupan sehari-hari, IDR digunakan untuk berbagai transaksi, termasuk pembelian barang dan jasa, pembayaran tagihan, dan transaksi keuangan lainnya.
-
Kapan Pejuang Rupiah harus bersiap? "Jangan khawatir tentang menjadi sukses tetapi bekerjalah untuk menjadi signifikan dan kesuksesan akan mengikuti secara alami." – Oprah Winfrey
-
Bagaimana redenominasi rupiah dilakukan di Indonesia? Nantinya, penyederhanaan rupiah dilakukan dengan mengurangi tiga angka nol di belakang, contohnya Rp 1.000 menjadi Rp 1.
-
Mengapa IDR digunakan di Indonesia? Sebagai alat tukar resmi negara Indonesia, IDR digunakan dalam berbagai transaksi ekonomi di dalam negeri.
-
Siapa yang menolak menerima uang suap ratusan juta rupiah? Jujurnya Jenderal TNI Tolak Uang Suap Ratusan Juta Banyak pejabat tersandung kasus korupsi, tapi Mayjen Eddie M Nalapraya justru tak tergiur uang suap.
"Artinya, ekspektasi investor dalam jangka pendek khawatir adanya market crash, dan lebih memilih membeli surat utang yang bertenor jangka panjang. Inverted Yield Curves menjadi indikator pra-krisis global sejak tahun 1970-an," ungkap Bima di Jakarta, Minggu (9/9).
Bima menyebut, kondisi ini justru berbeda dari dalam negeri, di mana berbanding terbalik dengan yield Treasury bond. Yield SBN 10 tahun terus mengalami kenaikan menjadi 8,69 persen. Yield yang naik di Negara berkembang itu mencerminkan tingkat resiko berinvestasi semakin besar, apalagi Indonesia masuk kedalam Fragile Five, 5 Negara paling rentan terpapar krisis.
"Konsekuensinya pelaku pasar masih melanjutkan flight to quality, beralih ke aset yang lebih aman salah satunya greenback (dolar). Indikator USD index berada pada level 95,3 atau naik 3,5 persen sejak awal tahun 2018. Kenaikan dolar index jadi indikasi tren super dolar akan berlanjut hingga akhir tahun," ungkap Bima
Sementara itu, di sisi lain ancaman perang dagang kembali memanas setelah Trump kembali mengancam kenaikan tarif senilai USD 267 miliar barang asal China. Efek berlanjutnya perang dagang tersebut, berpengaruh signifikan terhadap penurunan kinerja neraca perdagangan Indonesia.
"Hingga Juli 2018, neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit hingga USD 3 miliar," imbuhnya.
Sentimen cadangan devisa juga berpengaruh terhadap prilaku pasar. Cadangan devisa per Agustus 2018 anjlok ke USD 117,9 miliar, terendah sejak Januari 2017. Penurunan cadangan devisa disebabkan oleh intervensi Bank Indonesia untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah.
"Gejolak Rupiah yang mengalami eskalasi menguras cadangan devisa secara konsisten. Perlu dicatat cadev dibanding PDB Indonesia hanya 14 persen jauh dibawah Negara peers, Filipina 26 persen dan Thailand 58 persen," pungkasnya.
Baca juga:
Rupiah anjlok, pedagang perkecil ukuran tahu dan tempe
Pelemahan Rupiah bikin harga daging beku melejit hingga Rp 100.000 per Kg
Sandiaga sayangkan banyak yang tak mengikutinya menjual dolar demi Rupiah
Sandiaga ajak bantu pemerintah yang kerepotan menangani gejolak Dolar
Rupiah terus melemah, pengusaha bersiap naikkan harga produk