Ekonomi Dunia Masih Terpuruk di 2024, Sri Mulyani Ungkap Penyebanya
Ramalan IMF menyebut kondisi ekonomi dunia masih terpuruk.
Ramalan IMF menyebut kondisi ekonomi dunia masih terpuruk.
- Sri Mulyani soal Ekonomi Deflasi Lima Bulan Berturut-turut: Ini Karena Penurunan Harga Pangan
- Di ISF 2024, Sri Mulyani: Situasi Ekonomi Global Sedang Tidak Baik hingga 2026
- Sri Mulyani Pede Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,2 Persen di 2024
- Sri Mulyani Sebut Ekonomi Makin Melemah: Amerika Kuat, China Terlilit Utang
Ekonomi Dunia Masih Terpuruk di 2024, Sri Mulyani Ungkap Penyebanya
Ekonomi Dunia Masih Terpuruk di 2024
Kondisi perekonomian global hingga akhir tahun 2023 masih diliputi ketidakpastian.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut Amerika Serikat (AS), China dan Eropa masih dalam kondisi ekonomi yang melemah.
"Di Amerika inflasi masih di atas target dan suku bunga masih tinggi. Meskipun AS mungkin pada minggu-minggu ini menunjukkan bahwa ada tanda-tanda tingkat suku bunga sudah pada titik puncaknnya,"
ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa, Jakarta, Jumat (15/12).
Dia menjelaskan tekanan fiskal di AS masih tinggi.
Bahkan akses berhemat (acsess saving) masyarakat AS tergerus yang disebabkan oleh inflasi.
"Ini akan membayangi perlemahan prospek ekonomi di AS," kata Sri Mulyani.
Kendati begitu, Bendahara Negara ini menyampaikan AS cukup optimis tahun 2024 tidak akan mengalami resesi.
"Sedikit kabar baiknya AS cukup optimis tak akan mengalami resesi seperti dikhawatirkan ekonomi AS akhir tahun lalu," terangnya.
Di China, Sri Mulyani bilang negara tersebut masih dalam kondisi pelemahan ekonominya dan belum menujukkan tanda-tanda berakhir.
Hal ini dipengaruhi faktor struktural yang bersifat jangka menengah.
Demografi, diskriminasi usia pada angkatan kerja dan krisis properti masih menjadi faktor pemberat ekonomi negara tersebut.
Selanjutnya, perekonomian di kawasan Eropa melemah cukup tajam. Bahkan di Jerman dan Inggris sempat mengalami kontraksi.
"Defisit fiskalnya tinggi, inflasinya core inflation juga masih tinggi," kata dia.
Hal tersebut menyebabkan Eropa alami kondisi tekanan suku bunga yang belum menunjukkan tanda-tanda sampai titik puncak.
Selain ekonomi, kondisi geopolitik menunjukkan risiko yang makin tinggi.
Berbagai kondisi tersebut membuat perekonomian global masih akan melemah.
Tercermin dari ramalan Dana Moneter International (IMF) yang menyebut kondisi ekonomi dunia masih terpuruk.
"Tahun depan IMF (International Monetory Fund) masih memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia juga belum membaik,"
ungkapnya.