Faisal Basri Kritik Menteri Jonan Soal Proyek Jaringan Gas Rumah Tangga
Proyek besar ini, kata Faisal hanya akan menguntungkan pemilik pabrik pipa karena secara langsung akan semakin banyak pipa dibutuhkan untuk membangun lebih banyak jargas. Sementara yang diinginkan oleh rakyat adalah bagaimana menikmati energi secara mudah dan murah.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Faisal Basri mengkritik proyek jaringan gas (jargas) rumah tangga atau gas kota yang digagas oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan. Menteri Jonan diketahui saat ini memang tengah menggarap proyek pembangunan jargas, yang ditarget sebanyak 24,7 juta sambungan rumah tangga pada 2025.
"Namanya Jonan, mau nambah program ugal-ugalan baru namanya gas kota. Jadi ada 24,7 juta saluran gas untuk rumah tangga yang akan dibangun sampai 2025. Saya respek sama Jonan soal kereta api, lainnya mah kacau. Dia main-main dengan gas," ujarnya di Kedai Tempo, Jakarta, Rabu (14/8).
-
Siapa yang mencium Jonas Rivanno? Asmirandah kemudian mengerjai Chloe dengan cara menunjuk sesuatu untuk mengalihkan perhatian sang putri. Setelah perhatian Chloe teralihkan, Asmirandah segera mengambil kesempatan untuk mencuri ciuman dari Vanno.
-
Kenapa mahasiswa UGM mengembangkan ESDS? Yogi mengatakan bahwa pengembangan ESDS tersebut berawal dari keprihatinan mereka terhadap tingginya kasus stunting di Tanah Air.
-
Apa peran Jonas Rivanno dalam sinetron Tertawan Hati? Jonas Rivanno mendapat peran sebagai sosok Mario Darmawan yang merupakan pasangan Naysila Mirdad.
-
Apa yang menjadi mimpi Johan sejak SD? Walaupun berasal dari keluarga pas-pasan, Johan sudah bermimpi bisa kuliah di UGM sejak SD.
-
Bagaimana proses Evan Dimas bergabung ke PSIS Semarang? Dalam proses peminjaman itu, Evan Dimas telah melalui serangkaian tes seperti tes fisik dan tes kesehatan untuk memastikan kondisinya.
-
Apa yang menjadi bukti semangat juang Jonas Andreas Latumeten dalam dunia medis? Perjuangan hidupnya tidak sia-sia, ia berhasil menjadi dokter ahli jiwa generasi awal di Tanah Air dan ikut serta dalam pergerakan nasional Indonesia.
Proyek besar ini, kata Faisal hanya akan menguntungkan pemilik pabrik pipa karena secara langsung akan semakin banyak pipa dibutuhkan untuk membangun lebih banyak jargas. Sementara yang diinginkan oleh rakyat adalah bagaimana menikmati energi secara mudah dan murah.
"Harapannya gas untuk keadilan buat rakyat, akan dibangun saluran pipa baru yang untung cuma pemilik pabrik pipa, perusahaan pipa. Ribuan kilometer lah panjangnya nanti. Padahal rakyat cuma peduli energi masuk ke dia," jelasnya.
Selain proyek jargas, dia juga mengkritik peranan Ignatius Jonan dalam mendukung proyek tol laut ketika menjadi Menteri Perhubungan. Saat ini proyek tersebut dinilai tak menunjukkan progres dan hanya menguntungkan pihak galangan kapal.
"Tol laut udah nggak kedengeran nasibnya. Tapi pengadaan kapalnya sudah selesai. Jonan sudah senang deh, pokoknya pengadaan kapalnya sudah beres. Kalau kita bangunnya gini terus, sementara kebutuhan naik, utangnya ya akan naik terus," katanya.
Sebelumnya, pemerintah berkomitmen memberikan akses energi yang lebih mudah, murah dan ramah lingkungan untuk masyarakat. Salah satunya dengan membangun jaringan gas bumi untuk rumah tangga di berbagai wilayah.
Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, memaparkan keunggulan menggunakan gas bumi sebagai bahan bakar rumah tangga. Dia menyebutkan, gas bumi merupakan bahan bakar yang bisa digunakan secara terus-menerus oleh masyarakat, sebab tidak terbatas tempat penyimpanan seperti Liqufied Petroleum Gas (LPG).
"Jadi kalau membeli LPG tabung LPG 3 Kg atau yang 5 Kg, atau yang 12 Kg itu kadang kalau malam habis dan tokonya tutup juga tidak bisa (memasak), kalau (pakai jargas) ini bisa, jadi setiap saat itu ada," kata Menteri Jonan, saat meresmikan Jargas di Kabupaten Bogor, Rabu (27/2).
Keunggulan berikutnya adalah energi yang harganya lebih murah sehingga masyarakat yang menggunakan akan jauh lebih hemat. Dia membandingkan dengan, menggunakan LPG ukuran 3 Kg, bisa lebih hemat sekitar 20 persen per bulannya.
"Penghematannya tergantung besar kecilnya pemakaiannya, mungkin bisa Rp 20.000, Rp 30.000 per bulan, tapi kalau menggunakan LPG yang non subsidi bedanya bisa Rp 100.000 per bulan, jadi ini menurut saya lebih hemat," lanjut Menteri Jonan.
Manfaat berikutnya adalah mengurangi impor penggunaan LPG. Menteri Jonan mengungkapkan, setiap tahun Indonesia membutuhkan LPG sebanyak 6,5 juta ton, 4 juta ton berasal dari impor sedangkan sisanya dari sumur gas dalam negeri. Jika mayoritas masyarakat beralih menggunakan gas bumi maka akan menghemat devisa.
"Impor gas bumi sekitar Rp 50 triliun, sayang uangnya kalau bisa dihemat untuk pembangunan," tandasnya.
(mdk/idr)