Faisal Basri sebut kebijakan SBY turunkan harga BBM jahat
Pemerintah mengajarkan masyarakat untuk tidak berempati pada generasi mendatang.
Ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri geram dengan beban subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang terus menyandera keuangan pemerintah. Dia meyakini APBN 2014 terancam defisit lebih dari 3 persen disusul pemangkasan anggaran Rp 43 triliun, imbas kebijakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebelumnya.
Faisal meyakini, penurunan harga jual premium dan solar lima tahun lalu hanya berkaitan dengan kepentingan pemilihan presiden.
-
Apa alasan utama Soeharto memberikan subsidi BBM? Alasan pemberian subsidi BBM karena harga jual BBM terutama minyak tanah, berada di bawah biaya produksinya.
-
Bagaimana cara pemerintah untuk mengalihkan subsidi BBM? Implementasinya menunggu revisi Peraturan Pemerintah (Perpres) Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak rampung.
-
Kenapa pemerintah mau mengalihkan anggaran subsidi BBM? Melalui opsi tersebut, pemerintah bakal mengalihkan anggaran subsidi untuk membiayai kenaikan kualitas BBM melalui pembatasan subsidi bagi sebagian jenis kendaraan.
-
Bagaimana cara Soeharto mempertahankan kebijakan subsidi BBM? Sayangnya, saran Habibie yang kala itu menjabat Menteri Riset dan Teknologi tak digubris. Soeharto berkukuh mempertahankan subsidi, dengan alasan negara masih punya uang.
-
Kenapa subsidi BBM dimulai di era Soeharto? Alasan pemberian subsidi BBM karena harga jual BBM terutama minyak tanah, berada di bawah biaya produksinya.
-
Siapa yang menentang kebijakan subsidi BBM di era Soeharto? Subsidi BBM Ditentang Habibie Satu sisi, Presiden ketiga Republik Indonesia Bacharuddin Jusuf Habibie pada tahun 2014 pernah menyatakan dia tidak setuju bila BBM terus disubsidi.
"Bayangkan tiga kali SBY menurunkan harga BBM, situasi sekarang semakin buruk gara-gara itu, pertama kan 2008 dan kemudian dua kali lagi 2009 menjelang pemilu. Memang efektif sih, karena hasilnya Pak SBY terpilih satu putaran," ujarnya dalam diskusi
Data yang dipegang Faisal menunjukkan, negara dengan Produk Domestik Bruto di bawah Indonesia seperti Timor Leste, Thailand, ataupun Filipina, mampu menerapkan kebijakan harga BBM tanpa subsidi. Inflasi di negara-negara itu juga tidak membebani masyarakat, kendati pemerintahnya tak menjual murah energi.
Sedangkan di Indonesia, isu subsidi BBM membuat ekonomi tersandera. Pertumbuhan melambat, anggaran pemerintah dipangkas, semuanya demi mempertahankan harga premium dan solar murah, yang dinikmati kelas menengah.
Mantan Komisioner Komisi Pengawas Persaingan Usaha ini mengingatkan bahwa membuat murah harga jual BBM adalah kebijakan yang jahat.
"Jadi ini kita bukan tersandera BBM, tapi menyandera diri sendiri. Dan gara-gara subsidi BBM tidak berkesudahan, efeknya ke mana-mana, itu jahat. Yang paling jahat karena membuat sesuatu yang mahal jadi murah," kata Faisal.
Lebih lanjut, dengan harga jual BBM seperti sekarang yang tidak menggambarkan ongkos produksi sesungguhnya, pemerintah mengajarkan masyarakat untuk tidak berempati pada generasi mendatang.
"Kita kuras terus dan cadangan minyak kita sudah nol, harga yang harus dibayar adalah harga internasional. Dan itu yang mengalami generasi mendatang."
Atas dasar itu, Faisal mendesak menjelang lengser, SBY berbesar hati menebus kesalahannya lima tahun lalu. Dengan menaikkan harga jual BBM, justru presiden akan meninggalkan warisan bagus kepada pemimpin selanjutnya.
"Itu perlu sebelum Pak SBY turun, untuk bayar dosa dia tiga kali turunkan (harga jual). Supaya presiden yang akan datang tidak terbebani. Kalau mereka nanti harus naikkan harga bisa sampai 70 persen, siapapun presidennya akan jatuh," cetusnya.
Baca juga:
Prabowo dan Jokowi ditantang hapus subsidi BBM
Menkeu desak alihkan anggaran bantuan BBM ke subsidi manusia
Jokowi cuma akan tindak pencurian buat kurangi subsidi BBM
Prabowo-Jokowi dinilai tidak punya misi perbaikan sektor energi
Hemat BBM subsidi pakai kartu ala kubu Prabowo