Fintech Crowdlending TaniFund bantu petani kembangkan usaha
Pertanian merupakan salah satu sektor terpenting dalam menopang perekonomian Indonesia.
Pertanian merupakan salah satu sektor terpenting dalam menopang perekonomian Indonesia. Faktanya, berdasarkan data BPS kuartal IV-2016, sektor pertanian adalah penyumbang produk domestik bruto (PDB) terbesar kedua setelah sektor industri pengolahan, dengan kontribusi sebesar 13.54%.
Sektor ini juga menyerap sebanyak 32% tenaga kerja di Indonesia. Namun meski demikian, pemerintah masih mengalami kendala dalam memajukan sektor ini, terutama dalam menyelesaikan permasalahan rantai distribusi yang terlalu panjang dan sulitnya mendapatkan permodalan.
Bulan Januari tahun 2016, startup e-commerce TaniHub diluncurkan untuk membantu kelompok tani yang kesulitan dalam menjual hasil panen, baik karena kurangnya akses penjualan maupun yang kesulitan menghadapi trading terms dari klien mereka. Misi utama TaniHub adalah memotong rantai distribusi sehingga disparitas harga antara petani dengan pembeli menjadi lebih kecil.
Seiring perjalanan, TaniHub menyadari bahwa untuk benar-benar membantu petani agar lepas dari tengkulak, diperlukan suatu inovasi keuangan yang dapat mendukung kebutuhan permodalan mereka. Sehingga pada Januari 2017 didirikan TaniFund sebagai sebuah sarana teknologi keuangan (FinTech) crowdlending untuk menghubungkan para petani yang membutuhkan permodalan dengan masyarakat umum atau lembaga keuangan yang ingin memberikan pinjaman.
Dalam acara peluncuran TaniFund tanggal 18 Juli 2017 di XXI Club Djakarta Theater yang di hadiri oleh sekitar 160 undangan, Chairman & co-founder TaniFund Pamitra Wineka menjelaskan, kini TaniFund sudah membiayai 12 program budidaya sejak bulan April 2017, dan berencana menambah 4 sampai 5 project baru setiap bulan.
"Saat ini sudah ada program yang pembiayaannya bekerjasama dengan bank, yaitu dengan Bank Bukopin," katanya.
Direktur Pengembangan Bisnis & Teknologi Informasi Bukopin Adhi Bramantya, yang turut hadir sebagai panelis menjelaskan, Bukopin senantiasa berinovasi untuk mengikuti perkembangan dunia usaha digital dan sudah mulai bekerjasama dengan startup e-commerce dan fintech. Sebagai informasi, sebelumnya Bank Bukopin sudah bekerjasama dengan TaniHub untuk membiayai transaksi petani sehingga para petani sudah bisa mendapatkan pembayaran dalam 3 hari kerja.
Pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun memberikan respon positif dengan peluncuran TaniFund. "Kami menyambut baik segala inovasi baru di sektor keuangan, apalagi yang mendukung program inklusi keuangan pemerintah dan menyasar pada sektor produksi," tutur Rahmat Waluyanto, Wakil Ketua Dewan Komissioner OJK disela-sela menyaksikan penyerahan surat tanda terdaftar sebagai penyelenggara layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi oleh OJK kepada TaniFund. Surat ini juga menyatakan bahwa TaniFund sudah secara resmi terdaftar dan diawasi oleh OJK.
Sebenarnya, apa yang membedakan TaniFund dengan fintech pinjam meminjam lainnya? "Hal yang unik dari kami adalah kami hanya fokus pada bidang produksi seperti pertanian, perikanan, dan peternakan," jawab Ivan Arie, CEO & co-founder TaniFund.
Kata dia, model pembiayaan pun dengan sistem bagi hasil sehingga baik pihak petani, pemodal dan TaniFund sendiri akan berusaha sebaik mungkin untuk mensukseskan setiap program yang dikerjakan. Terkait management risiko, Ivan menjelaskan, tim TaniFund sudah terlebih dahulu melakukan survei kelayakan usaha untuk setiap program yang akan digarap sebelum mempublikasikannya di website.
"Kami hanya bekerjasama dengan petani-petani terbaik dan berpengalaman," pungkasnya.
Sejak berdiri, TaniHub dan TaniFund sudah bekerjasama dengan lebih dari 1.300 petani di seluruh Indonesia. Dan dalam acara peluncuran TaniFund turut hadir 12 petani yang menjadi perwakilan dari masing-masing kelompok tani yang sudah dibiayai oleh TaniFund.
Semuanya mengaku bahwa bekerjasama dengan TaniFund sangat mudah, cepat dan membantu meningkatkan kesejahteraan para petani anggota kelompoknya. Diharapkan agar misi TaniFund untuk bertumbuh bersama-sama dengan petani dan pemodal bisa terwujud, dan perekonomian pedesaan bisa maju sehingga pemuda pemudi desa tidak lagi perlu pergi ke kota untuk mencari pekerjaan.
-
Bagaimana Finnet mendukung transformasi digital di Indonesia? Kami didukung dengan IT Infrastructure yang handal dan memiliki lisensi terlengkap di Perusahaan sejenis. Kami yakin Finnet dapat menjadi One Stop Solution yang tumbuh bersama mitra untuk bersama-sama mendigitalkan sistem pembayaran di Indoensia.
-
Bagaimana cara kerja e-commerce dalam mengelola sistem pembayaran? Pada marketplace, sistem pembayaran dan pengiriman sudah diatur hingga tuntas tanpa melibatkan penjual ataupun pembeli. Namun, pada e-commerce tentu saja semuanya harus dijalankan secara independen. Mulai dari sistem pembayaran yang dipilih hingga metode pengiriman yang digunakan.
-
Apa perbedaan utama antara e-commerce dan marketplace? Meskipun keduanya seringkali digunakan secara bergantian, namun sebenarnya ada perbedaan yang signifikan di antara keduanya.
-
Siapa yang melakukan riset tentang kepuasan berbelanja online di e-commerce? Melihat situasi pasar digital di awal tahun 2024 yang terus bergerak mengikuti perkembangan kebutuhan dan preferensi masyarakat, IPSOS melakukan riset dengan tajuk ”Pengalaman dan Kepuasan Belanja Online di E-commerce”.
-
Siapa yang membangun bisnis melalui marketplace? Selain itu, penjual bisa secara independen membangun bisnisnya melalui fasilitas yang ada di platform ini.
-
Kenapa Jack Ma memulai bisnis e-commerce? Berkat kesabarannya, Ma bersama rekannya memberanikan diri untuk memulai bisnis di bidang e-commerce pada tahun 1999 silam.