Hanya Sedikit Negara Mampu Keluar Dari Jebakan Kelas Menengah, Bagaimana Indonesia?
Menteri Sri Mulyani menjelaskan ada empat kunci yang perlu dilakukan Indonesia untuk keluar dari jebakan kelas menengah. Pertama, kepemilikan sumber daya manusia (SDM) yang produktif.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani mengakui hanya sedikit negara di dunia mampu keluar dari jebakan kelas menengah (middle income trap). Bahkan, menurutnya, negara adidaya seperti Amerika Serikat pun masih terjebak masalah ini dan berlangsung sudah lama.
"Middle income indikatornya pendapatan per kapita mencapai USD 5.000-USD 15.000. Amerika saja USD 10.000-USD 15.000 masih di middle income dan sudah lama," ujarnya di Bali, kemarin.
-
Sri Mulyani bertemu Presiden Jokowi, apa tujuan pertemuannya? Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani diagendakan menemui Presiden Joko Widodo atau Jokowi di Istana Merdeka Jakarta, Jumat (2/2) siang. Sri Mulyani akan melaporkan hal-hal terkait anggaran pendapatan belanja negara (APBN) tahun 2024.
-
Apa yang dilakukan Kemenkumham untuk meningkatkan perekonomian Indonesia? Menurut Yasonna, dengan diselenggarakannya Temu Bisnis Tahap VI, diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan perekonomian Indonesia.
-
Di mana Sri Mulyani dilahirkan? Sri Mulyani lahir di Tanjung Karang, Lampung, 26 Agustus 1962.
-
Apa yang dilakukan Sri Mulyani setelah bertemu dengan Jokowi? Namun, Sri Mulyani enggan bicara banyak setelah rapat bersama Jokowi. Dia menolak memberikan pernyataan dan enggan tanya jawab dengan awak media. Sembari menjawab singkat, ia cuma menunjukkan gestur minta maaf dengan tangannya.
-
Apa yang Sri Mulyani tunjukkan kepada cucunya? Sri Mulyani juga memperlihatkan pekerjaannya kepada cucu yang lebih besar.
-
Kapan Sri Mulyani dan Retno Marsudi bertemu? Kemarin (1/8), akhirnya kita bertemu saat rapat bersama di Istana Merdeka... Always glad to meet my bestie,",
Menteri Sri Mulyani menjelaskan ada empat kunci yang perlu dilakukan Indonesia untuk keluar dari jebakan kelas menengah. Pertama, kepemilikan sumber daya manusia (SDM) yang produktif.
"Maka kalau presiden fokus SDM tidak hanya anggaran tapi juga programnya," ucapnya.
Kedua, kepemilikan infrastruktur. Infrastruktur dibutuhkan untuk meningkatkan daya saing bangsa dan produktifitas. "Apalagi untuk Indonesia yang kepulauan, infrastruktur sangat dibutuhkan," tuturnya.
Ketiga, kualitas institusi. Birokrasi, anti korupsi, kompetensi dalam suatu institusi mutlak diperlukan. Tidak hanya institusi pemerintah, namun juga swasta.
"Kalau kita lihat negara yang lewat middle income trap seperti Singapura, Taiwan, Hongkong, Israel, Jepang, Korea Selatan. Maka reformasi birokrasi penting sekali."
Keempat ialah kebijakan. "Negara yang lewat middle adalah selalu negara yang terbuka dan mampu memanfaatkan globalisasi untuk mendorong daya saing. Negara yang makin kompetitif," bebernya.
Baca juga:
Pemerintah Kebut Aturan Kenaikan Gaji PNS Hingga 5 Persen di 2019
Kemenkeu Gelar Kompetisi Pengelolaan Aset Negara Pertama di Indonesia
Ekonom World Bank: Penyederhanaan Struktur Tarif Cukai Rokok Sudah Tepat
Sri Mulyani Temukan 5,4 Juta Kepesertaan Ganda di Data Jaminan Kesehatan Nasional
Sri Mulyani Blak-blakan Soal Isu Kenaikan Harga BBM Tahun Depan