Harga Cabai Rawit Merah Bertahan Tinggi, Ikan Mulai Mahal
Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) menyebut harga cabai rawit merah masih mahal di kisaran Rp 85.000-90.000 per kilogram (Kg). Sementara, untuk harga komoditas pangan lainnya masih relatif normal.
Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) menyebut harga cabai rawit merah masih mahal di kisaran Rp 85.000-90.000 per kilogram (Kg). Sementara, untuk harga komoditas pangan lainnya masih relatif normal.
“Yang masih bertahan tinggi cabai rawit merah, masih pedas di angka Rp 85.000-90.000 per kilogram. Komoditas lain masih relatif normal stoknya ada seperti daging ayam, telur masih relatif normal,” kata Ketua Umum Ikappi, Abdullah Mansuri, saat dihubungi Liputan6.com, Senin (2/2).
-
Di mana harga bahan pangan di pantau? Situs Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Rabu 21 Februari 2024 pukul 13.00 WIB menunjukkan kenaikan harga beberapa bahan pangan, terutama beras dan cabai rawit merah.
-
Mengapa harga cabai rawit di Pasar Batangase naik? Untuk itu, jika selama ini telah dilakukan program tanam cabai, namun karena masih tingginya permintaan, harga juga masih sangat tinggi. Sehingga tahun depan, pihaknya berencana untuk memasifkan penanaman cabai, tidak hanya imbauan tetapi memberikan bibit gratis, direncanakan sebanyak 50 juta bibit.
-
Kapan harga bahan pangan di Jakarta terpantau naik? Situs Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Rabu 21 Februari 2024 pukul 13.00 WIB menunjukkan kenaikan harga beberapa bahan pangan, terutama beras dan cabai rawit merah.
-
Bagaimana Heru menghadapi masa harga cabai murah? Saat harga murah, para petani biasanya kapok menanam cabai. Tidak demikian dengan Heru. Ia konsisten menanam cabai baik saat harganya murah maupun melambung tinggi. Dia juga memastikan kualitas cabainya selalu bagus.
-
Kenapa banyak warganet bercanda tentang harga bawang? Banyak warganet bercanda bahwa jika harga bawang naik, mungkin itu karena David Beckham yang menanamnya.
-
Kenapa harga beras di Jawa Tengah naik? Kenaikan ini dinilai signifikan dengan kondisi kemarau panjang yang sedang melanda berbagai daerah di Jawa Tengah.
Kenaikan harga tersebut disebabkan beberapa faktor, di antaranya pasokan dari petani minim. Sebab, para petani tidak memproduksi atau tidak menanam cabai rawit merah lantaran mereka takut gagal panen, untuk menghindari harga drop.
Selain faktor cuaca dan petani, harga cabai rawit merah mahal juga disebabkan karena daya beli masyarakat menurun dan permintaan rendah. “Faktor salah satunya yaitu musim hujan terus, takut gagal panen, daya beli masyarakat menurun,” ujarnya.
Adapun berdasarkan data dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN) per 1 Februari 2021. Berikut harga pangan dari semua provinsi:
Beras Rp 11.800 per kg, daging ayam Rp 33.550 per kg, daging sapi Rp 119.600 per kg, telur ayam Rp 26.250 per kg, bawang merah Rp 31.500 per kg, bawang putih Rp 27.900 per kg, cabai merah Rp 48.350 per kg, cabai rawit hijau Rp 60.000 per kg, minyak goreng Rp 14.500 per kg, gula pasir Rp 15.650 per kg.
Harga Ikan Mulai Mahal
Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI), Abdullah Mansuri mengatakan, masyarakat harus mewaspadai naiknya harga ikan saat ini. Sebagai contoh ikan mas kini naik menjadi Rp 37.000 per kilogram (Kg).
“Yang harus waspada itu komoditas ikan, di musim seperti ini laut sedang tidak bagus. Banyak nelayan yang tidak melaut sehingga harganya otomatis naik,” kata Abdullah Mansuri saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (2/2).
Abdullah mencontohkan harga ikan yang melonjak naik yakni ikan mas, yang semula harganya Rp 33.000-34.000 per kg sekarang sudah Rp 37.000, sementara untuk ikan Bandeng di kisaran Rp 35.000.
“Memang untuk ikan laut sudah musim paceklik, nelayan sulit berlayar dalam mencari ikan karena ombaknya tinggi, dan tidak ada ikan juga jadi ritme tahun ini selalu terjadi,” ujarnya.
Dia mengatakan, biasanya masyarakat mengambil alternatif komoditas lain ikan lain untuk menghindari mahalnya ikan. Seperti beralih ke ikan tamban. Menurutnya, pemerintah perlu mendorong agar nelayan-nelayan ikan tamban tidak menaikkan harga.
“Pemerintah bisa mengawal dan mendorong agar nelayan-nelayan tamban tidak menaikkan harga,” katanya.
Reporter: Tira Santia
Sumber: Liputan6
(mdk/bim)