Harta Orang Kaya AS Tembus USD 1,1 Triliun di Tengah Naiknya Angka Kemiskinan
Menurut laporan yang diterbitkan oleh Institute for Policy Studies dan American for Tax Fairness, miliuner AS secara kolektif memiliki total kekayaan hingga USD 1,1 triliun. Angka ini hampir 40 persen lebih banyak sejak pertengahan Maret 2020.
Para miliuner dunia mampu mengantongi kekayaan berlipat selama pandemi Covid-19. Kondisi ini terutama dirasakan di Amerika Serikat.
Menurut laporan yang diterbitkan oleh Institute for Policy Studies dan American for Tax Fairness, miliuner AS secara kolektif memiliki total kekayaan hingga USD 1,1 triliun. Angka ini hampir 40 persen lebih banyak sejak pertengahan Maret 2020.
-
Bagaimana cara orang kaya ini dimakamkan? Makam ini menyimpan kerangka empat anggota keluarga kaya 'tuan tanah' yang dikremasi dan dikubur bersama dengan lima kereta kencana dan lima kuda.
-
Kenapa orang berpura-pura kaya? Perilaku ini umumnya dilakukan untuk menyembunyikan keterbatasan keuangan mereka.
-
Kapan kerangka manusia ditemukan di Bekasi? Dia menjelaskan, kerangka manusia ditemukan di lahan Kosong Grand Wisata, Kampung Bulak Jambu, Tambun Selatan Kabupaten Bekasi pada pukul 17:00 WIB pada Rabu, 4 September 2024.
-
Dimana kerangka manusia ditemukan di Bekasi? Dia menjelaskan, kerangka manusia ditemukan di lahan Kosong Grand Wisata, Kampung Bulak Jambu, Tambun Selatan Kabupaten Bekasi pada pukul 17:00 WIB pada Rabu, 4 September 2024.
-
Mengapa makam tersebut diyakini sebagai makam orang kaya? "Ini mungkin adalah anggota kelas pemerintahan Chimu," katanya, menunjuk pada perhiasan yang ditemukan bersama mereka.
-
Apa yang menjadi ciri khas orang yang gemar berpura-pura kaya? Satu hal yang membedakan orang-orang ini adalah kecenderungan mereka untuk membahas cita rasa dan gaya hidup yang dianggap elite.
Tidak hanya orang yang sangat kaya yang mampu memulihkan kerugian, ada pula yang bernasib jauh lebih baik dibandingkan mereka.
Seperti apa yang Elon Musk rasakan. Dia kini lebih kaya hingga USD 155 miliar. Hal itu terdorong karena pasar Tesla yang terus meroket selama setahun terakhir.
Melansir laman CNN, laporan World Health Organization (WHO) juga menunjukkan, setidaknya sebanyak 46 orang telah bergabung di barisan miliuner sejak 18 Maret 2020.
Di samping itu, walau banyak bermunculan miliuner baru, tetap saja pandemi memperburuk krisis ketimpangan di AS yang sudah membuat resah.
Tak hanya di AS, bahkan di hampir seluruh negara di dunia. Banyak dari mereka telah kehilangan pekerjaan atau mendapat potongan gaji semenjak adanya pandemi global.
Negara AS memang terkenal sebagai negara pencetak miliuner. Sebanyak 660 miliuner AS sekarang sudah memiliki kekayaan hingga USD 4,1 triliun atau dua pertiga lebih banyak dari jumlah yang dimiliki oleh 50 persen terbawah dari populasi AS.
Tingkat Kemiskinan Meningkat
Menurut ekonom dari University of Chicago, University of Notre Dame, dan Lab for Economic Opportunities, dari sekian banyak penghuni AS, sekitar 8 juta dari mereka telah jatuh miskin selama enam bulan terakhir di tahun 2020.
Padahal, tingkat kemiskinan AS sempat menurun selama bulan-bulan pertama masa pandemi. Hal itu terjadi karena adanya pemeriksaan stimulus dari pemerintah federal.
Namun sangat disayangkan, tingkat kemiskinan itu naik lagi hingga 2,4 poin persentase selama paruh kedua tahun ini. Persentase tersebut menunjukkan peningkatan hampir dua kali lipat lebih besar bahkan jika dibandingkan tahun 1960-an.
Bagi mereka yang berpendidikan sekolah menengah ke bawah menunjukkan pelonjakan angka kemiskinan hingga menjadi 22,5 persen. Angka itu lebih besar jika dibandingkan total pada bulan Juni yang hanya 17 persen.
Tingkat kemiskinan lebih tinggi ditemukan di negara-negara berkembang, seperti Florida, Mississippi, Arizona, dan North Carolina. “Sistem asuransi pengangguran kurang efektif,” kata ekonom dalam laporan tersebut.
Adanya statistik mengenai kekayaan dan kemiskinan di AS telah memberikan gambaran lebih lanjut terkait pemulihan ekonomi yang jika digambarkan berbentuk huruf K.
Seiring berjalannya waktu, pasar saham kembali berada pada rekor tertinggi, pasar perumahan sedang booming, dan perkembangan teknologi begitu pesat. Namun di sisi lain, maskapai penerbangan, restoran, hotel, dan bioskop masih belum terkendali dan pulih.
Janet Yellen, Menteri Keuangan Presiden Joe Biden telah mengakui masalah tersebut dan mengatakan itu bukan hal baru. "Jauh sebelum Covid-19, ekonomi kami berbentuk K, di mana kekayaan dibangun di atas kekayaan, sementara keluarga pekerja semakin jatuh," ujar Yellen.
Bersama Menteri Keuangannya tersebut, Biden menyerukan tindakan yang berani untuk meredakan kesenjangan tesebut.
Rencananya AS akan mengeluarkan senilai USD 1,9 triliun untuk seruan tersebut. Dana tersebut akan mencakup pemeriksaan stimulus USD 1.400, bantuan negara bagian dan lokal USD 350 miliar, dan sisanya untuk tunjangan pengangguran.
Pasar Perumahan Melonjak
Pandemi pun telah membuat pasar perumahan memperoleh keuntungan mencapai level tertinggi pada tahun 2020. Itu termasuk harga rumah dan sumber utama kekayaan.
Ekonomi AS memang belum cukup pulih dari pandemi, namun S&P 500 mampu naik hingga 72 persen dari titik terendahnya pada bulan Maret. Pemulihan yang jika digambarkan membentuk huruf V itu telah mencerminkan optimisme mengenai vaksin dan triliunan bantuan yang telah diberikan oleh Washington. Selain itu, juga adanya langkah-langkah dari Federal Reserve telah memaksa para investor untuk bertaruh di pasar saham.
Dengan begitu, terjadinya lonjakan saham itu akhirnya membuat para miliarder menjadi semakin kaya. Itupun didukung oleh permainannya yang hebat. Namun di sisi lain, ada pula jutaan orang AS yang kurang sejahtera dia tidak bisa ikut merasakan ledakan pasar saham tersebut.
Harga saham Tesla yang meroket telah membuat Musk memiliki kekayaan lebih dari 600 persen. Peraih keuntungan besar lainnya yang merupakan pesaing Tesla yakni Amazon, juga telah meraup keuntungan lebih besar.
Terhitung kekayaan Jeff Bezos pemiliki Amazon telah mencapai lebih dari 68 miliar selama pandemi. Sedangkan Co-Founder dan CEO Facebook, Mark Zuckerberg, pun telah mengantongi sekitar USD 37 miliar sejak pertengahan Maret.
Kesenjangan dan ketimpangan memang bukan terjadi di Amerika. Pasti beberapa negara lain pun memiliki nasib sama.
Menurut laporan Oxfam International, setidaknya perlu waktu lebih dari satu dekade yang bisa dilakukan oleh para orang kelas terbawah untuk memulihkan kerugiannya selama pandemi. Namun sebaliknya, hanya butuh waktu sembilan bulan untuk pulih bagi para 1.000 miliarder teratas dunia.
Reporter: Aprilia Wahyu Melati
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)