Iklim Bisnis Penerbangan RI Dinilai Belum Menarik Minat Maskapai Asing
Pengamat penerbangan, Alvin Lie mengaku tak yakin akan ada maskapai asing yang tertarik untuk masuk dan berinvestasi di Indonesia. Sebab iklim bisnis penerbangan di tanah air belum begitu menarik.
Pengamat penerbangan, Alvin Lie mengaku tak yakin akan ada maskapai asing yang tertarik untuk masuk dan berinvestasi di Indonesia. Sebab iklim bisnis penerbangan di tanah air belum begitu menarik.
"Selama ini kan Indonesia juga tidak pantang investasi asing masuk ke sektor penerbangan asal memenuhi peraturan yang ada yaitu maksimal hanya 49 persen asing, 51 persen Indonesia. Kenyataannya tidak ada yang masuk kan?," kata dia, saat dihubungi merdeka.com, Selasa (11/6).
-
Siapa yang bertemu dengan Airlangga Hartarto saat membahas investasi di Indonesia? Delegasi kongres Amerika Serikat yang terdiri Jonathan Jackson, Young Kim, Andy Barr, dan Jasmine Crockett, bertemu dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di Jakarta di Jakarta, Senin (28/8).
-
Bagaimana Cak Imin membandingkan pelayanan investasi di Indonesia dengan Cina? Menurut Cak Imin, pelayanan terhadap investasi di Indonesia masih jauh dari Cina. Kata ketua umum PKB ini, di Cina telah memberikan pelayanan yang memadai."Pelayanan yang diberikan kepada investasi jauh dari Tiongkok misalnya. Mereka betul-betul pelayanan yang memadai," ujarnya.
-
Siapa yang mendorong penerapan skema investasi 'family office' di Indonesia? Presiden Joko Widodo mengumpulkan sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju dan kepala lembaga negara untuk membahas potensi skema investasi 'family office' dalam rapat internal di Istana Negara Jakarta, Senin (1/7) lalu.
-
Bagaimana cara Indonesia menarik investasi 'family office'? Dia harus datang kemari (Indonesia). Misalnya, dia taruh duitnya 10 atau 30 juta dolar AS, dia harus investasi berapa juta, dan kemudian dia juga harus memakai orang Indonesia untuk kerja di family office tadi. Jadi, itu nanti yang kita pajakin.
-
Apa saja yang dilakukan Kemenko Perekonomian untuk mewujudkan transportasi berkelanjutan di Indonesia? Pemerintah telah menetapkan pengembangan infrastruktur sebagai salah satu prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, dengan pembentukan Proyek Strategis Nasional (PSN). Pengembangan infrastruktur yang signifikan akan terus dilanjutkan sebagaimana dijelaskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 guna mewujudkan visi strategis 100 tahun Indonesia. Menko Airlangga juga menyampaikan bahwa Pemerintah telah membangun lebih dari 2.000 km jalan tol yang menghubungkan pusat-pusat komersial, industri, dan perumahan utama di tanah air, menciptakan value chain perdagangan yang lebih kuat. Dalam program PSN tersebut, Indonesia juga mengembangkan proyek transportasi perkotaan seperti MRT yang telah selesai pada tahun 2019 dan proyek LRT Jabodebek yang baru saja selesai.
-
Bagaimana cara membagi anggaran untuk investasi? Martua menyarankan adanya pembagian porsi alokasi anggaran untuk berinvestasi.“Untuk pemula, secara umum bisa dialokasikan dengan pembagian 40% - 30% - 20% dan 10%," rinci Martua.
"Kalau memang ini sedemikian hebatnya industri transportasi udara Indonesia sedemikian menguntungkan, menjanjikan tidak usah diundang juga berbondong-bondong masuk," lanjut dia.
Dia mengungkapkan selama 10 tahun terakhir cuma ada satu maskapai asing yang masuk dan menjajal bisnis angkutan udara di Indonesia. "Faktanya 10 tahun terakhir apa ada investor asing masuk? Cuma sekali, waktu itu kalau nggak salah Indigo dengan Tiger Air mencoba menghidupkan kembali Mandala kan. Tapi itu cuma bertahan 1-2 tahun setelah itu gulung tikar, dan pemain-pemain nasional yang ada pun berguguran," urai Alvin.
Contoh kasus ini, lanjut Alvin, seharusnya menjadi bahan pelajaran bagi pemerintah untuk melihat industri penerbangan Indonesia. Jika memang industri penerbangan Indonesia tidak atraktif, maka pemerintah seharusnya membuat berbagai kebijakan yang membuat bisnis angkutan udara menjadi menarik.
"Kita seharusnya bertanya apa yg membuat kurang atraktif, apakah peraturan-peraturan, kebijakan dan sebagainya sudah mendukung industri ini apa belum. Jangan sedikit-sedikit asing, sedikit-sedikit asing. Sedemikian tidak percayanya kepada orang kita sendiri. Asing pun kalau tidak diberikan insentif pun tidak akan masuk kan? Nah kalau mau memberi insentif, beri dulu insentif pada pemain lokal kita, maskapai nasional kita ini," ungkapnya.
Salah satu kebijakan pemerintah yang mendapat catatan dari Alvin adalah kebijakan terkait tarif batas atas alias TBA. Dia mengatakan, sejak ditetapkan terakhir kali pada 2014, revisi TBA baru dilakukan lagi tahun 2019. Padahal sepanjang kurun waktu 2014-2019 adanya banyak hal berubah dalam perekonomian maupun industri penerbangan.
"Tarif batas atas kita ini kan ditetapkan sejak 2014 tidak pernah direvisi sampai 2019. Nilai tukar rupiah tahun 2014 berapa? Sekarang berapa? Sejak tahun 2014 itu gaji pegawainya sudah naik berapa kali, berapa puluh persen. Biaya-biaya lain seperti fasilitas dan layanan di bandara sudah naik berapa, tapi harga tiketnya tidak boleh naik. Bagaimana airline kita mau bertahan hidup," ujarnya.
Oleh karena itu, dengan keadaan yang demikian, dia ragu akan ada maskapai asing yang tertarik untuk masuk ke Indonesia. "Saya tidak yakin ada yang mau masuk toh peraturannya sama, tidak ada insentif dan sebagainya. Tidak usah diundang pun kalau industri ini sangat menguntungkan kan sudah pada masuk," tandasnya.
Baca juga:
Maskapai Asing Masuk ke RI Dinilai Tak Ampuh Tekan Harga Tiket Pesawat
Pemerintah Tak Bakal Buru-buru 'Impor' Maskapai Asing
Saudia Airlines Tolak Berangkatkan Jemaah Haji dari Bandara Kertajati
Mengupas Rencana 'Impor' Maskapai Asing Tekan Harga Tiket Pesawat
Menhub Budi Sebut Pengoperasian Maskapai Asing Beri Peluang Reformasi
Kemenhub Sebut Maskapai RI Tengah Rugi, Begini Saham AirAsia dan Garuda