Impor Turun, Neraca Perdagangan Oktober 2019 Tercatat Surplus
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Oktober 2019 mengalami surplus. Realisasi ini membaik dari posisi neraca perdagangan Oktober 2018 yang mengalami defisit sebesar USD1,75 miliar.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Oktober 2019 mengalami surplus. Realisasi ini membaik dari posisi neraca perdagangan Oktober 2018 yang mengalami defisit sebesar USD1,75 miliar.
Kepala BPS, Suhariyanto menjelaskan, bila dibandingkan secara bulanan, mengalami perbaikan dari September 2019 yang tercatat defisit USD163,9 juta. Adanya surplus tersebut bukan karena kinerja ekspor yang moncer, melainkan adanya penurunan tajam pada nilai impor.
-
Kapan BPS dibentuk? Sejarah BPS dimulai pada tahun 1960, ketika Biro Pusat Statistik didirikan.
-
Apa yang dihapus dari BPJS? Kepala Humas BPJS Kesehatan Rizzky Anugerah menjawab pertanyaan publik terkait naiknya iuran ketika Kelas Rawat Inap Standar (KRIS) berlaku.
-
Apa tugas utama dari BPS? Tugas BPS adalah melaksanakan tugas pemerintahan di bidang statistik sesuai peraturan perundang-undangan.
-
Kenapa ekspor telur ke Singapura bisa menjadi bukti keberhasilan Indonesia di pasar dunia? Singapura menjadi salah satu negara dengan standar mutu dan keamanan pangan yang tinggi, sehingga ekspor ini menjadi salah satu keberhasilan Indonesia di pasar dunia.
-
Bagaimana BRI membantu Gravfarm dalam memperluas pasar ekspor? BRI terus memberikan dukungan bagi UMKM binaannya untuk dapat “go ekspor”. Dukungan nyata tersebut diberikan melalui partisipasi UMKM binaan BRI dalam tradefair ataupun eksibisi yang dapat membantu perluasan pasar ekspor untuk pelaku usaha.
"Menjadi catatan, surplus ini tercipta bukan karena ekspor yang naik, tapi karena impor turun lebih dalam. Ekspor kan juga tercatat turun," kata dia dalam konferensi pers di Kantornya, Jakarta, Jumat (15/11).
Dia menjelaskan, surplus sebesar USD 161,3 juta tersebut disumbang oleh sektor nonmigas sebesar USD 990,5 juta. Sektor minyak dan gas (migas) sendiri tercatat masih mengalami defisit sebesar USD 829,2 juta.
Laju Ekspor Impor
Nilai impor Oktober 2019 tercatat mencapai USD14,77 miliar. Realisasi ini mengalami penurunan tajam sebesar 16,39 persen dibandingkan dengan Oktober 2018 yang sebesar USD17,67 miliar. Namun bila dibandingkan dengan September 2019 terjadi peningkatan 3,57 persen dari USD14,26 miliar.
Kemudian nilai ekspor tercatat mencapai USD14,93 miliar. Realisasi ini mengalami penurunan 6,13 persen dari Oktober 2018 yang mencapai USD15,91 miliar. Tetapi dibandingkan dengan September 2019 mengalami peningkatan 5,92 persen dari USD14,10 miliar.
"Laju ekspor-impor di Oktober 2019 dipengaruhi sejumlah dinamika ekonomi global," ujarnya.
Di mana perdagangan internasional melemah dan harga komoditas bergerak fluktuatif. Seperti harga minyak mentah Indonesia (ICP) yang tercatat menurun jadi USD59,82 per barel dari September 2019 yang sebesar USD60,84 per barel.
Di samping itu, ada pula komoditas nonmigas yang mengalami penurunan kinerja yakni karet, nikel, dan perak. Serta komoditas nonmigas yang mengalami peningkatan kinerja yakni coklat, batu bara, minyak sawit, juga seng.
"Diharapkan surplus neraca dagang tercipta, karena kinerja ekspor tumbuh dan impor menurun," ujarnya.
Komoditas yang Surplus
Secara rinci, pada komoditas non migas tercatat mengalami surplus USD990,5 juta. Sedangkan pada migas terjadi defisit sebesar USD829,2 juta.
Defisit migas terdiri dari nilai minyak mentah yang mengalami defisit USD237,5 juta dan hasil minyak defisit USD1 miliar. Namun pada gas tercatat surplus USD409,4 juta.
Adapun sepanjang Januari-Oktober 2019 kinerja neraca perdagangan Indonesia masih tercatat defisit sebesar USD1,79 miliar. Realisasi ini lebih baik dari periode Januari-Oktober 2018 yang defisit sebesar USD5,5 miliar.
Sementara itu laju komoditas nonmigas sepanjang awal tahun hingga akhir Oktober 2019 tercatat surplus sebesar USD5,48 miliar. Lebih rendah dari posisi akhir Oktober 2018 yang surplus USD5,2 miliar.
Sedangkan untuk komoditas migas tercatat defisit sebesar USD7,2 miliar. Nilai itu lebih baik dari periode yang sama di tahun lalu yang mengalami defisit sebesar USD10,8 miliar.
(mdk/azz)