Kinerja Impor Indonesia Meroket Jadi Rp336,93 Triliun di Juli 2024
Secara tahunan, nilai impor Juli 2024 mengalami peningkatan 11,07 persen.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja impor pada periode Juli 2024 mencapai USD21,74 miliar atau Rp336,93 triliun. Angka ini naik 17,82 persen secara bulanan (month to month/mtm) jika dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai USD18,45 miliar.
Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan peningkatan pada kinerja impor ditopang oleh impor migas senilai USD3,56 miliar atau naik sebesar 8,78 persen mtm. Sementara impor non migas mencapai USD18,18 miliar meningkat 19,76 persen mtm.
"Meningkatnya nilai impor secara bulanan disebabkan peningkatan nilai impor non-migas dengan andil sebesar 16,26 persen, sementara itu andil peningkatan nilai impor migas adalah sebesar 1,56 persen," kata Amalia dalam konferensi pers, Jakarta, Kamis (15/7).
Adapun secara tahunan, nilai impor Juli 2024 mengalami peningkatan sebesar 11,07 persen. Lalu ia merinci nilai impor migas dan non-migas masing-masing naik sebesar 13,59 persen dan 10,60 persen.
"Kenaikan nilai impor migas didorong oleh peningkatan volume dan peningkatan rata-rata harga agregat," imbuh dia.
Secara lebih spesifik, kelompok migas yang mengalami peningkatan impor cukup tinggi adalah impor hasil minyak yakni mencapai 30 persen. Sedangkan nilai impor non-migas lebih didorong oleh kenaikan volume yang sebesar 31,74 persen.
Kinerja Ekspor Juli 2024
Sementara itu, kinerja ekspor per Juli 2024 mencapai USD22,21 miliar atau Rp348,78 triliun. Capaian ini naik 6,65 persen secara bulanan (month to month/mtm) dibanding ekspor Juni 2024.
Nilai ekspor migas tercatat senilai USD1,42 miliar atau naik 15,57 persen. Sedangkan nilai ekspor non-migas juga naik sebesar 5,98 persen dengan nilai USD20,79 miliar.
Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan peningkatan nilai ekspor Juli secara bulanan terutama didorong peningkatan ekspor non-migas. Antara lain pada komoditas biji logam terak dan abu yang naik sebesar 3.973,44 persen dengan andil 3,32 persen.
Kemudian logam mulia dan perhiasan ataupun permata naik 51,11 persen dengan andil 1,28 persen. Serta mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya naik 14,89 persen dengan andil 0,81 persen. Sehingga secara tahunan nilai ekspor pada bulan Juli mengalami peningkatan 6,46 persen.
"Kenaikan ini didorong oleh peningkatan ekspor non-migas terutama pada logam mulia dan perhiasan permata HS71, biji logam terak dan abu HS26, dan kakao serta olahannya HS18," kata Amalia.
Neraca Perdagangan Indonesia Surplus 51 Bulan Berturut-turut
Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Juli 2024. Artinya RI telah membukukan surplus selama 51 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan RI per Juli 2024 sebesar USD470 juta atau turun sebesar USD1,92 miliar secara bulanan (month to month/mtm).
"Surplus Juli 2024 ini lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya ataupun dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya," kata Amalia.
Dia menambahkan surplus pada neraca perdagangan barang ditopang oleh beberapa negara yakni Amerika Serikat (AS) USD1,27 miliar, India USD1,23 miliar dan dengan Filipina USD740 juta.
Sementara itu, Indonesia juga mengalami defisit perdagangan dengan beberapa negara antara lain dengan Tiongkok sebesar USD1,707 miliar, Australia USD603 juta dan dengan Singapura USD403 juta.