Indef: Pertumbuhan Ekonomi RI Hanya 5 Persen, Jangan Salahkan Perang Dagang
Faktor internal di dalam negeri lebih berperan terhadap pertumbuhan ekonomi negara dibanding faktor eksternal seperti tendensi perang dagang.
Peneliti senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Enny Sri Hartati menyoroti pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam beberapa waktu terakhir yang masih tertahan di level 5 persen.
Seperti diketahui, perekonomian negara pada triwulan I-2019 tumbuh sebesar 5,07 persen, atau meningkat tipis dari periode sama tahun sebelumnya yang hanya 5,06 persen.
-
Mengapa pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023 meningkat dibandingkan dengan kuartal I-2023? “Pertumbuhan ekonomi kita secara kuartal (q-to-q) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang ini sejalan dengan pola yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya, yaitu pertumbuhan triwulan II selalu lebih tinggi dibandingkan di triwulan I,” terang Edy.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023 dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya? Jika dibandingkan dengan kuartal II-2022, ekonomi RI mengalami perlambatan. Sebab tahun lalu di periode yang sama, ekonomi mampu tumbuh 5,46 persen (yoy).
-
Kapan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,17 persen secara tahunan? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Apa yang Airlangga Hartarto katakan tentang target pertumbuhan ekonomi Indonesia? Penerapan ekonomi hijau dalam jangka panjang diproyeksikan dapat menstabilkan pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 6,22 persen hingga 2045," kata Airlangga di Jakarta, Kamis (4/7).
-
Bagaimana strategi pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi? Oleh karena itu, pendekatan pembangunan perlu diubah dari reformatif menjadi transformatif yang setidaknya mencakup pembangunan infrastruktur baik soft maupun hard, sumber daya manusia, riset, inovasi, reformasi regulasi, tata kelola data dan pengamanannya serta peningkatan investasi dan sumber pembiayaan.
-
Apa yang dilakukan Kemenkumham untuk meningkatkan perekonomian Indonesia? Menurut Yasonna, dengan diselenggarakannya Temu Bisnis Tahap VI, diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan perekonomian Indonesia.
Enny menilai, itu bukanlah pencapaian yang baik lantaran pertumbuhannya masih lebih kecil dari triwulan IV-2018 yang sebesar 5,18 persen.
"Bukan persoalan 5,07 yang menjadi concern kami. Tetapi kalau lihat semua indikator pertumbuhan, kualitas pertumbuhan kita betul-betul memburuk," keluh dia di Jakarta, Rabu (8/5).
Dia mengatakan, faktor internal di dalam negeri lebih berperan terhadap pertumbuhan ekonomi negara dibanding faktor eksternal seperti tendensi perang dagang.
"Jadi, ini tidak hanya lampu kuning. Selalu pemerintah mengkambinghitamkan sektor global. Sektor eksternal hanya 20 persen. Sumber utama pertumbuhan ada di dalam negeri," tegasnya.
"Dampak dari perang dagang itu justru aliran investasi lari ke emerging market. Kalau kemarin yang banyak disoroti adalah penurunan di Singapura dan Jepang, tapi negara tetangga kita yang tumbuh seperti Thailand dan Vietnam justru enggak disoroti," kecam dia.
Oleh karenanya, dia mengimbau pemerintah untuk bisa memanfaatkan momen perang dagang, dimana banyak investasi yang bertebaran di negara-negara berkembang.
"Indonesia, basis pertumbuhannya itu di sumber daya. Artinya, ketika kita hanya di 5 persen, jangan lagi-lagi mengkambinghitamkan eksternal. Sumber dalam negeri yang harus disoroti," pungkas dia.
Reporter: Maulandy Rizky Bayu Kencana
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Indef: Target Pertumbuhan Ekonomi 5,3 Persen di Akhir 2019 Sulit Tercapai
Sri Mulyani Optimis Pertumbuhan Ekonomi Capai 5,3 Persen di 2019, Ini Pemicunya
Jurus Menperin Airlangga Genjot Pertumbuhan Ekonomi dari Sektor Industri
Rupiah Masih Betah di Level Rp14.300 per USD
BPS: Masyarakat Rasakan Perbaikan Ekonomi, Namun Optimismenya Lebih Rendah
Konsumsi Rumah Tangga Capai 5,01 di Kuartal I-2019
Kuartal I-2019, Pertumbuhan Ekonomi di Maluku dan Papua Masih Lesu