Indonesia akan Belajar dari Malaysia Soal Pengelolaan Keuangan Syariah
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan, Indonesia akan belajar dari Malaysia dalam mengelola ekonomi syariah. Malaysia dinilai telah lebih dulu sukses di bidang ekonomi syariah.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan, Indonesia akan belajar dari Malaysia dalam mengelola ekonomi syariah. Malaysia dinilai telah lebih dulu sukses di bidang ekonomi syariah.
"Indonesia akan belajar dari Malaysia bagaimana mereka berhasil," kata dia, dalam acara ISEF 2019, di JCC Senayan, Jakarta, Kamis (14/11).
-
Di mana Sri Mulyani dilahirkan? Sri Mulyani lahir di Tanjung Karang, Lampung, 26 Agustus 1962.
-
Apa yang diraih oleh Bank Syariah Indonesia? BSI mendapatkan penghargaan sebagai The Indonesia Customer Experience of The Year – Banking Award dalam ajang Asian Experience Awards 2023.
-
Apa yang Sri Mulyani tunjukkan kepada cucunya? Sri Mulyani juga memperlihatkan pekerjaannya kepada cucu yang lebih besar.
-
Apa profesi suami Siti Purwanti? Terungkap bahwa Patrice Bouttier, seorang pria asal Perancis, adalah seorang koki di salah satu hotel bintang lima dan telah menekuni bidang kuliner selama 30 tahun.
-
Siapa Mutiara Baswedan? Mutiara Annisa Baswedan lahir pada 3 Juni 1997. Kini, gadis kecil dalam foto di atas pun sudah tumbuh dewasa. Menjadi anak pertama dan perempuan satu-satunya, Mutiara juga sangat dekat dengan sang ayah.
-
Kapan Ririn Ekawati merayakan bisnis barunya? Bisnis baru ini adalah hadiah terbaik untuk Ririn yang baru saja berulang tahun.
Dia menjelaskan, saat ini industri halal dan ekonomi syariah terus tumbuh dan berkembang. Seiring dengan perbankan dan keuangan syariahnya, tak terkecuali di Indonesia.
Akan tetapi, menurutnya konsep syariah tidak terlalu booming di Indonesia meskipun menjadi negara yang mayoritas penduduknya beragama muslim
"Indonesia sedikit terlambat dan kita baru saja memberlakukan undang-undang soal perbankan syariah pada 1981 an dan sukuk global syariah diberlakukan 10-15 tahun lalu. Sementara asuransi syariah baru beberapa bulan dilakukan," ujarnya.
Kendati demikian, meskipun terlambat dia optimis Indonesia bisa sukses seperti Malaysia. "Walaupun terlambat, sudah memulai proses ini, Instrumen syariah di Malaysia bisa dipelajari. Misalnya melihat bagaimana fokus investasi dan instrumen sosial seperti zakat dan wakaf di masyarakat," ujarnya.
Produk Keuangan Syariah
Artinya, akuntabilitas pengelolaan zakat dan wakaf di Indonesia juga harus ditingkatkan. Hal ini tentunya akan dikerjakan oleh Kemenkeu bersama dengan Bank Indonesia (BI) untuk menambah kepastian dengan kebijakan agar impact sektor keuangan syariah bisa lebih besar untuk dimanfaatkan.
Dia mengungkapkan, pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan minat masyarakat Indonesia untuk penjualan sukuk syariah terbesar di dunia. Namun tak banyak masyarakat Indonesia yang membeli, justru dibeli dari luar negeri.
"Kami memberikan edukasi dan memberikan kepastian dan membeli instrumen untuk mereka, tanpa keruwetan dan kesulitan pembahasannya," ujarnya.
Misalnya dengan produk sukuk ritel agar kaum milenial bisa memahami dengan mudah instrumen investasi syariah. Lalu sukuk berbasis lingkungan melalui green sukuk.
Dengan produk-produk yang mudah dipahami, kualitas syariah diharapkan bisa meningkat. Sehingga klaim risiko tinggi, harga mahal, tidak efisien bisa dihilangkan.
(mdk/azz)