Terungkap, 4 Alasan Ekonomi dan Keuangan Syariah Sulit Berkembang di Indonesia
Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar, Indonesia memiliki tanggung jawab untuk menjadi kiblat bagi inovasi pengembangan ekonomi syariah di masa depan.
Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar, Indonesia memiliki tanggung jawab untuk menjadi kiblat bagi inovasi pengembangan ekonomi syariah di masa depan.
Terungkap, 4 Alasan Ekonomi dan Keuangan Syariah Sulit Berkembang di Indonesia
4 Alasan Ekonomi dan Keuangan Syariah Sulit Berkembang di Indonesia
Indonesia sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia bukan saja memiliki potensi ekonomi syariah yang luar biasa. Melainkan memiliki tanggung jawab untuk menjadi kiblat bagi inovasi pengembangan ekonomi syariah ke depan.
Namun di tengah berbagai kemajuan yang telah dicapai dalam pengembangan ekonomi dan keuangan syariah, masih ada 4 tantangan yang perlu diselesaikan.
Pertama, masih tingginya ketergantungan Indonesia terhadap bahan baku halal dari luar negeri, baik itu daging maupun bahan-bahan turunan seperti emulsifier yang banyak digunakan dalam industri makanan.
"Sementara itu, daging potong yang disembelih di rumah potong hewan di dalam negeri pun belum semua memiliki sertifikasi halal," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia, Juda Agung dalam opening ceremony Festival Ekonomi dan Keuangan Syariah (FEKSyar) di Kawasan Timur Indonesia (KTI), Kendari, Sulawesi Tenggara, Senin (8/7).
Kedua, rendahnya pangsa keuangan syariah, karena inovasi produknya masih terbatas dan basis investor keuangan syariah yang belum kuat.
Bahkan beberapa kalangan seringkali belum sepenuhnya terliterasi dengan baik terhadap produk keuangan syariah.
merdeka.com
"Sehingga terkadang mereka beranggapan bahwa keuangan syariah atau bank syariah sama dengan bank konvensional. Ini yang terus perlu terus kita luruskan dan kita lakukan edukasi," kata Juda.
Ketiga, potensi pasar yang besar baik dari dalam negeri dan luar negeri belum tergarap dengan baik seperti modest (sederhana) fesyen.
Padahal potensi Indonesia sangat besar untuk menjadi pusat modest fesyen dunia di Indonesia.
"Kita lihat semakin banyak negara yang bukan mayoritasnya muslim seperti Jepang, Korea dan sebagainya yang mulai membuka wisata ramah muslim mereka membuka restoran-restoran yang halal ya keperluan-keperluan para traveler. Dari muslim ini juga tentu saja akan membuka permintaan membuka peluang bagi produk-produk halal," ujar Juda.
Keempat, masih rendahnya literasi ekonomi syariah.
Berdasarkan hasil survei Bank Indonesia yang terakhir dilakukan di 10 provinsi menunjukkan literasi keuangan ekonomi syariah masih 28 persen.
Artinya dari 100 orang Indonesia baru 28 orang yang memahami mengenai ekonomi dan keuangan syariah.