Indonesia Bakal Ekspor Listrik ke Singapura, Nilainya Mencapai Rp308 Triliun
Luhut menceritakan, kesepakatan ekspor listrik dengan Singapura sudah dimulai melalui nota kesepahaman alias MoU pada Maret 2023.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaita mengumumkan kerja sama Cross Border Electricity Interconnection dengan Singapura, dalam rangka Inodnesia melakukan ekspor listrik ke Singapura.
Luhut menceritakan, kesepakatan ekspor listrik dengan Singapura sudah dimulai melalui nota kesepahaman alias MoU pada Maret 2023. Pasca melalui pembahasan panjang, suplai listrik tersebut akan bersumber dari energi surya (solar panel).
Menurut dia, kemitraan ini sangat strategis bagi kedua negara. Untuk Singapura, kerja sama ini bakal mengamankan pasokan listrik bersih melalui sistem penyimpanan energi baterai dan Solar PV yang diproduksi di Indonesia.
"Bagi Indonesia, pasar ini sangat penting dan aman dalam lansekap ekspor energi kita. Kita memiliki banyak silika di negara ini untuk bahan baku panel surya. Jadi, kita membangun industri panel surya karena kita telah mengekspor energi bersih ke Singapura. Jadi, saya rasa ini menguntungkan kedua negara," ungkapnya dalam rangkaian acara ISF 2024 di JCC, Jakarta, Kamis (5/9).
Berdasarkan perhitungan dari timnya, nilai kontrak dari proyek ini berkisar di angka USD 20 miliar, atau setara Rp308,38 triliun (kurs Rp15.419 per dolar AS).
"Saya pikir nilai kontrak dari proyek ini, pak Rachmat (Kaimuddin) berbisik ke saya, sekitar USD 20 miliar. Mari kita bekerja sama," seru Luhut.
Sudah Jalin Kontrak dengan 5 Perusahaan
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves, Rachmat Kaimuddin menjelaskan, pada 2023 silam pemerintah telah menjalin kontrak dengan 5 perusahaan untuk ekspor listrik ke Singapura, dengan kapasitas sebesar 2 gigawatt (GW).
Kemudian masuk 2 perusahaan tambahan yang bisa menyuplai 1,4 GW listrik, sehingga total mencapai 3,4 GW.
"Jadi kemarin kita hitung kasar kan, kalau solar panel dikali 6 lah. 3,4 dikali 6 berarti 20,4 (GW). Nah, 20,4 itu biasanya satu giga satu billion," terang Rachmat.
Dengan adanya kesepakatan ini, Rachmat buka kemungkinan untuk membangun jalur transmisi baru agar tidak mengganggu kabel eksisting.
"Sepertinya kita lagi harus cari juga jalur yang lain. Ya pulaunya, pulaunya memang kan masih di Kepri ya, sekitar-sekitar Sumatra. Tapi ya mungkin perlu kita pikirkan jalurnya nanti lihat mana, gitu," ungkapnya.
"Makanya nanti harus kerja sama dengan Pemerintah Singapura, pastikan ini jalur-jalurnya itu enggak mengganggu apa-apa ke depan. Tapi ya memang kalau kita lihat, bukan pakai jalurnya yang sudah ada sekarang," terang Rachmat.