Indonesia barter masakan padang dengan minyak Nigeria
Tahun lalu, defisit dagang dengan Nigeria mencapai USD 1 miliar.
Kementerian Perdagangan menawarkan perjanjian kerja sama ekonomi terbatas dengan Nigeria. Negara Afrika itu merupakan salah satu eksportir minyak untuk kebutuhan bahan bakar Indonesia, selain Arab Saudi dan Iran.
Besarnya impor minyak dari negara tersebut, bikin neraca perdagangan dari sisi Indonesia melempem. Tahun lalu, defisit dagang dengan Nigeria mencapai USD 1 miliar. Sebab ekspor dari Indonesia ke Nigeria hanya mencapai USD 500 juta.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kemendag Gusmardi Bustami mengatakan pihaknya mengupayakan agar negara kawasan Afrika Barat itu bersedia membuka pasar bagi produk unggulan Tanah Air, misalnya masakan padang, tekstil, dan alas kaki.
Gusmardi menyatakan beberapa produk Indonesia, khususnya nasi padang, digemari warga Nigeria. "(Warga Nigeria) sangat senang dengan restoran Padang. Secara kultur kita dekat, tinggal bagaimana menggali ini untuk meningkatkan hubungan ke depan," ujarnya di kantornya, akhir pekan ini.
Bila kerja sama itu bisa terlaksana, maka kebijakan Nigeria yang melarang ratusan produk Indonesia masuk dapat dicabut. Saat ini, Kemendag mencatat lebih dari 200 barang buatan Tanah Air dilarang masuk ke pasar negara kaya minyak ini lantaran berpotensi mengalahkan produk dalam negeri mereka yang serupa, terutama tekstil.
"Mereka punya alasan (melarang) karena tingginya pengangguran di sana sekitar 26 persen. Selain itu pengusaha kita belum kenal pengusaha di sana. Kita harus datang dulu, lihat dengan mata kepala kita," kata Gusmardi.
Kemendag mengklaim Nigeria mulai melunak dan mengizinkan pembuatan draf awal perjanjian kerja sama itu. Formatnya adalah preferential trade agreement (PTA), yaitu beberapa produk Indonesia atau Nigeria dikenai bea masuk di bawah 20 persen. Kebijakan ini akan menguntungkan produk tekstil, sepatu olah raga, farmasi, alas kaki, dan kerajinan Indonesia yang selama ini sepenuhnya dilarang masuk.
Gusmardi menargetkan dengan perjanjian bilateral ini dapat meningkatkan nilai ekspor Indonesia ke negara itu menjadi USD 700 juta per tahun. Keuntungan lain bila Nigeria bersedia menjalin PTA adalah negara itu bisa menjadi sarana Indonesia memasarkan produk ke negara di Afrika wilayah Barat dan Tengah. "Benin, Ghana, Pantai Gading bisa masuk dari Nigeria," ungkapnya.