Indonesia berebut ikan seharga mobil Mercy lawan 4 negara
Indonesia baru menangkap 750 ton ikan seharga Rp 1 M per ekor itu, masih kalah dari Jepang dan Australia.
Laut ternyata menyimpan potensi luar biasa. Bayangkan saja, di kawasan perairan bebas Samudera Hindia, terdapat ikan yang berharga sama dengan merek mobil mewah bikinan Jerman, Mercedez Benz. Ikan ini dihargai lebih dari Rp 1 miliar per ekor.
Pengajar Institut Pertanian Bogor Suhana yang ikut dalam diskusi kelautan diselenggarakan Kamar Dagang dan Industri mengatakan ikan tersebut berjenis Blue Fin Tuna (Tuna Sirip Biru). Hanya lima negara boleh menangkapnya. Indonesia termasuk punya hak mencari ikan tersebut, tapi dengan kuota yang telah ditentukan.
-
Apa itu Intip Ketan? Intip ketan merupakan kuliner khas Bulan Ramadan. Makanan ini tidak bisa dijumpai pada bulan-bulan lainnya selain Bulan Ramadan.
-
Kapan Kapolda Kepri mencium istrinya? Kapolda Kepulauan Riau, Irjen Yan Fitri Halimansyah tertangkap kamera sedang mencium istrinya saat melantik ratusan calon anggota Polri di Polda Kepri.
-
Apa itu kue ketan? Kue ketan adalah salah satu makanan tradisional yang memiliki tempat istimewa dalam ragam kuliner nusantara.
-
Kapan Intip Ketan bisa dijumpai? Intip ketan merupakan kuliner khas Bulan Ramadan. Makanan ini tidak bisa dijumpai pada bulan-bulan lainnya selain Bulan Ramadan.
-
Kenapa Kulat Pelawan mahal? Jika dijual, Kulat Pelawan amat mahal, harganya bisa mencapai jutaan rupiah per kilogram. Proses pertumbuhan jamur ini konon terbilang sulit, karena harus menunggu sambaran petir. Semakin jarang ditemukan, makin tinggi juga harganya di pasaran.
-
Apa bentuk khas Kue Petulo Kembang? Kue petulo kembang ini terbilang unik karena bentuknya seperti mi gulung yang memiliki beragam warna.
"Harganya seharga mobil Mercy, itu ada di Samudera Hindia. Indonesia sendiri kuota hanya 750 ton per tahun," kata Suhana di Kantor KADIN , Jakarta, Jumat (22/8).
Selain Indonesia, negara lain yang boleh menangkap ikan ini adalah Jepang dengan kuota 3.000 ton per tahun, lalu paling banyak Australia dengan 5.000 ton per tahun. Barulah disusul Selandia Baru dan Korea Selatan.
"Indonesia paling sedikit kuotanya, padahal kita lokasinya paling dekat. Jepang dapat kuota banyak karena mereka klaim ikan ini berasal dari mereka dan berkembang biak di Samudera Hindia itu," tegasnya.
Untuk bisa menangkap dan menjual blue fin tuna, Indonesia dan 4 negara lain tergabung dalam organisasi yang disebut CCSBT. Negara selain kelima anggota kartel ini diharamkan menangkap blue Fin tuna, walaupun kapalnya berada di laut bebas.
"Menangkap tuna itu masuk organisasi itu, Indonesia baru aktif dalam 2-3 tahun belakang. Tanpa itu ilegal. Indonesia anggota aktif," jelasnya.
Untuk masuk anggota organisasi CCSBT ternyata tidak gratis. Indonesia harus membayar sekitar Rp 1 miliar per tahun yang anggarannya diambil dari APBN. Namun jika dihitung dari hasil ikan yang ditangkap, Indonesia masih untung banyak.
"Satu ekor ikan itu besar bisa ber ton-ton itu seharga Mercy per ekor. Ikan ini dijual ke Jepang untuk dikonsumsi. Sekarang kita minta perhatian pemerintah agar terus melobi dan kuota kita ditambah," kata Suhana.
Baca juga:
Produksi lokal berlebih, Indonesia masih doyan impor ikan
Perizinan ekspor impor bakal dibuat online
Indonesia belum buka keran impor ikan besar-besaran karena malu
Meski produksi Cakalang dan Tuna cukup, RI masih perlu impor