Indonesia Butuh Rp3.643 Triliun Sediakan Listrik Hijau
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, Indonesia membutuhkan sekitar USD243 miliar atau sekitar Rp3.643,8 triliun untuk menyediakan listrik dari energi baru dan terbarukan yang lebih hijau.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, Indonesia membutuhkan sekitar USD243 miliar atau sekitar Rp3.643,8 triliun untuk menyediakan listrik dari energi baru dan terbarukan yang lebih hijau.
Anggaran tersebut diperlukan guna mencapai target NDC Indonesia untuk menurunkan emisi karbon hingga 29 persen dengan upaya sendiri, dan 41 persen dengan bantuan internasional pada 2030.
-
Apa yang baru ditemukan di inti Bumi? Sebuah tim dari Universitas Nasional Australia telah menemukan bukti adanya lapisan baru pada planet ini yang berada di inti yang paling dalam. Dimaksudkan "Inti terdalam" ini adalah seperti bola paduan besi serta nikel.
-
Apa yang baru saja dilangsungkan oleh Putri Isnari di Balikpapan? Putri Isnari baru saja melangsungkan prosesi penyampaian hantaran uang panai di Balikpapan.
-
Apa yang dilakukan Sri Mulyani setelah bertemu dengan Jokowi? Namun, Sri Mulyani enggan bicara banyak setelah rapat bersama Jokowi. Dia menolak memberikan pernyataan dan enggan tanya jawab dengan awak media. Sembari menjawab singkat, ia cuma menunjukkan gestur minta maaf dengan tangannya.
-
Siapa yang diwisuda baru-baru ini? Kebahagiaan kini tengah dirasakan komedian Komeng. Pasalnya anak kembarnya, Ganteng Maritza Aldi dan Bagus Athallah telah lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA).
-
Apa prestasi terbaru yang diraih Kustini Sri Purnomo? Pada Kamis (29/2), Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo mendapat penghargaan dari Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Republik Indonesia. Ia menjadi salah satu kepala daerah dari 58 bupati se-Indonesia yang menerima penghargaan Baznas Award dengan kategori Kepala Daerah Pendukung Pengelolaan Zakat Terbaik.
-
Di mana Sri Mulyani dilahirkan? Sri Mulyani lahir di Tanjung Karang, Lampung, 26 Agustus 1962.
"Dibutuhkan USD243 miliar untuk mencapai target kontribusi yang ditentukan secara nasional (Nationally Determined Contribution/NDC). Ini hanya untuk sektor ketenagalistrikan," kata Sri Mulyani di Jakarta, dikutip Antara, Rabu (13/7).
Dia menjelaskan, untuk mencapai target NDC yang sebesar 29 persen, sektor ketenagalistrikan perlu mengurangi emisi karbon hingga 314 juta ton setara karbondioksida. "Angka itu menjadikan sektor ketenagalistrikan penyumbang pengurang emisi karbon kedua terbesar setelah sektor kehutanan," imbuhnya.
Adapun untuk mencapai target NDC yang sebesar 41 persen, sektor ketanagalistrikan perlu mengurangi emisi karbon hingga 446 juta ton setara karbondioksida pada 2030. Pendanaan untuk mengurangi emisi karbon tidak hanya akan datang dari uang pemerintah, namun juga dari swasta dan pembiayaan internasional.
Karena itu, saat ini pemerintah juga masih menyusun teknis pengenaan pajak karbon untuk memberikan insentif bagi pelaku usaha yang telah berhasil mengurangi emisi karbon. Pemerintah juga masih mendiskusikan terkait harga karbon yang paling adil.
"Sayangnya pasar karbon global tidak memiliki harga karbon yang universal. Ini perdebatan serius dalam pertemuan Menteri Keuangan negara anggota G20 terkait harga karbon yang adil yang mencerminkan tanggung jawab umum yang berbeda," tandasnya.
Baca juga:
Mengenal Gas Rawa, Pemanfaatan Energi Alternatif di Banjarnegara
Sherpa Meeting ke-2, Indonesia Bakal Pamerkan Terumbu Karang Pencegah Perubahan Iklim
Menteri Bahlil akan Setop Ekspor Bauksit, Timah dan Listrik EBT
Pemerintah Haramkan Indonesia Ekspor Listrik dari Energi Baru Terbarukan
PTPN Group Bangun Pabrik Gas Berbahan Baku Limbah Cair Sawit
Sukseskan Transisi Energi, PLN Usung Konsep Kekuatan Rakyat