Industri operator harus punya dana cadangan setelah jual layanan
"Pertama adalah tarif itu harus affordable (terjangkau). Tarif itu harus terjangkau dari sisi masyarakat. Kedua, industri operator ini harus sustainable (berkelanjutan) artinya harus mempunyai cadangan dana setelah menjual layanannya untuk melakukan pemeliharaan dari sistem."
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan tarif layanan jasa telekomunikasi haruslah terjangkau masyarakat sekaligus membuat bisnis tetap berkelanjutan atau suistainable. Operator harusnya menjual layananya dengan harga yang terjangkau masyarakat. Selain itu operator telekomunikasi harus mempunyai dana untuk mengembangkan layanannya dan menjaga kualitas yang diberikan kepada konsumennya.
"Pertama adalah tarif itu harus affordable (terjangkau). Tarif itu harus terjangkau dari sisi masyarakat. Kedua, industri operator ini harus sustainable (berkelanjutan) artinya harus mempunyai cadangan dana setelah menjual layanannya untuk melakukan pemeliharaan dari sistem," katanya seperti dikutip Antara, Rabu (17/5).
-
Mengapa industri telekomunikasi di Indonesia terus berkembang? Pada tahun 2021, sektor informasi dan komunikasi menyumbang sekitar Rp 748,75 triliun terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
-
Bagaimana Telkom menghadapi evolusi dunia telekomunikasi? “TelkomGroup telah market leader di Indonesia, namun kita harus melakukan ekspansi bisnis di kawasan untuk dapat memenangkan market yang lebih besar," katanya.. Untuk itu, mereka menetapkan strategi Five Bold Moves yang sejalan dengan tren global untuk mengantisipasi kondisi market telco Indonesia dimana layanan legacy kian stagnan dan menurun. Fokus strategi tersebut pada digital connectivity, digital platform, digital services.
-
Bagaimana menurut Menkominfo, industri telekomunikasi Indonesia bisa menjadi lebih sehat? “Sudah bagus, tiga operator ini sehat. Dan saya minta jangan ada perang harga supaya industrinya sehat, investasinya berkelanjutan, perusahaannya lebih bagus, dan ujungnya, kan, ke pelayanan, ke masyarakat,”
-
Bagaimana Telkom terus melanjutkan langkah transformasinya? Telkom terus melanjutkan langkah transformasi melalui inisiatif Five Bold Moves (5BM) yang terdiri dari Fixed Mobile Convergence (FMC), InfraCo, Data Center Co, B2B Digital IT Service Co dan DigiCo.
-
Di mana Telkom membangun Telkom Smart Office? Telkom Indonesia saat ini juga tengah membangun Telkom Smart Office di kawasan IKN sebagai upaya penguatan pengembangan IKN dengan infrastruktur digital yang lengkap antara lain Konektivitas Digital, Platform Digital, dan Layanan Digital.
-
Siapa yang memimpin upaya pengembangan bisnis dan kemitraan strategis PT Tera Data Indonusa Tbk? “Axioo dan Pongo kedepannya akan terus mengeluarkan jajaran produk baru sesuai dengan kebutuhan pasar. Kami optimis dengan beberapa seri Axioo dan Pongo yang diluncurkan akan dapat menggarap pasar yang lebih luas lagi karena didukung oleh inovasi terbaru, harga terjangkau dan layanan purna jual yang optimal," ucap Timmy Theopelus, Vice President Business Development & Strategic Partnerships PT Tera Data Indonusa, Tbk.
Rudiantara mengatakan, kompetisi di industri telekomunikasi harus rasional. Dengan menjual produk di bawah harga pokok penjualan, operator bukan lagi berbisnis. Untuk itu, pihaknya akan selalu berusaha memastikan agar industri telekomunikasi bisa seimbang dalam menjalankan bisnis dan layanan kepada masyarakat.
"Jika operator terus menerus banting-bantingan harga maka industri telekomunikasi akan rusak."
Rudiantara berharap agar masyarakat tidak dibuat susah dengan persoalan tarif data. Menurut dia, masyarakat membutuhkan informasi sederhana yang mudah dipahami dan dimengerti dalam penghitungan tarif data. "Jangan masyarakat dibawa-bawa cara menghitung per 'megabyte'. Masyarakat disederhanakan saja per menit 'voice' berapa. Harusnya lebih murah dan layanannya terjaga. Kita harus konversi 'customer experience' menjadi regulasi," katanya.
Besaran tarif data, menurut Rudiantara, bukan satu-satunya hal yang membuat industri berkelanjutan. Skala ekonomi juga menjadi faktor bagi industri yang berkelanjutan. Menurut dia, saat ini masih terlalu banyak operator telekomunikasi, sehingga skala ekonominya menjadi lebih rendah.
Untuk itu dia berharap terjadi konsolidasi di industri telekomunikasi sehingga menjadikan skala ekonomi yang memadai untuk berkembang. "Indonesia harus punya marjin untuk cukup berkembang. Ada faktor lain seperti 'economy of scale'. Saya selalu katakan dengan jumlah izin yang demikian banyak, ini membuat 'scale of economy' tidak tercapai. Akibatnya yang penting dapat pelanggan, rugi gak ada masalah, tidak benar bisnis seperti itu. Harus ada konsolidasi jadi variabelnya banyak," katanya.
Ketua Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi mengatakan kepastian tarif data akan menjamin industri telekomunikasi tumbuh dan berkelanjutan. "Tarif data mempertimbangkan kepentingan konsumen dan kepentingan ekonomi nasional," katanya.
Menurut Tulus, tarif telekomunikasi di Indonesia sudah sangat murah. Memang jika dibandingkan dengan negara di Afrika, tarif telekomunikasi di Indonesia terlihat lebih mahal. Namun menurut Tulus, jika dibandingkan dengan negara-negara di Asia, tarif di Indonesia masih lebih murah.
Saat ini persaingan tarif antar operator telekomunikasi di Indonesia sudah sangat 'liar'. Mereka saling banting harga layanan telekomunikasinya. Meski mereka bersaing, namun disayangkan para operator tidak berkompetisi dalam menjaga coverage dan service level. Bahkan tarif promosi yang diberikan oleh operator sudah menjurus kepada penjebakkan konsumen.
"Seharusnya masyarakat tidak perlu lagi meributkan masalah tarif. Justru masyarakat harus memikirkan bagaimana kualitas layanan yang diberikan kepada operator. Kualitas tersebut termasuk coverage dan service level. Seharusnya BRTI lebih ketat dalam melakukan pengawasan terhadap coverage dan service level," ucap Tulus.
Jika ingin industri telekomunikasi sehat, seharusnya regulator bisa memaksa agar operator telekomunikasi yang belum hadir di daerah terpencil, terluar dan dan terdepan. Diharapkan dengan kehadiran lebih dari satu operator, masyrakat memiliki pilihan.
"Seharusnya Kominfo bisa memaksa semua operator yang beroperasi di Indonesia dapat menggembangkan layanan telekomunikasinya di seluruh Indonesia. Jika mereka tak mampu Kominfo harus bisa bertindak tegas dan memberikan hukuman. Kayaknya regulator tidak berdaya dengan operator telekomunikasi."
Baca juga:
Genjot industri tekstil, Kemenperin gelar pameran produk ber-SNI
Produsen elektronik asal Jepang bidik penjualan 20 persen di 2017
Industri e-commerce diakui sering terkendala sistem pembayaran
Suku bunga kredit dinilai hambat pertumbuhan industri RI