Ini masalah besar sektor kelautan yang akan dihadapi Jokowi
Aktivitas masyarakat pesisir hanya diarahkan untuk menangkap dan produksi ikan.
Presiden Indonesia terpilih Joko Widodo dalam programnya akan mengembangkan sektor kelautan Indonesia. Jokowi sapaan akrabnya akan menjadi Indonesia sebagai negara poros maritim dunia.
Ketua Dewan Pembina Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI), Riza Damanik mengatakan dalam mengimplementasikan kebijakan tersebut, Jokowi setidaknya akan menghadapi empat masalah besar yang mendasar.
-
Apa yang ditemukan oleh nelayan tersebut? Trevor Penny menemukan pedang tersebut ketika magnet yang dia gunakan saat menyusuri sungai menarik benda logam dan ternyata itu adalah pedang kuno berusia 1.200 tahun.
-
Kenapa Kulat Pelawan mahal? Jika dijual, Kulat Pelawan amat mahal, harganya bisa mencapai jutaan rupiah per kilogram. Proses pertumbuhan jamur ini konon terbilang sulit, karena harus menunggu sambaran petir. Semakin jarang ditemukan, makin tinggi juga harganya di pasaran.
-
Kenapa nelayan di Jepara melakukan tradisi Larung Kepala Kerbau? Dilansir dari berbagai sumber, upacara Larung Kepala Kerbau ini sebagai bentuk rasa terima kasih nelayan setelah melaut dan menangkap ikan selama setahun penuh. Selain itu, melakukan tradisi ini juga sebagai bentuk doa kepada Tuhan agar permohonan para nelayan bisa terpenuhi pada tahun-tahun berikutnya.
-
Apa itu kue ketan? Kue ketan adalah salah satu makanan tradisional yang memiliki tempat istimewa dalam ragam kuliner nusantara.
-
Bagaimana cara nelayan merayakan tradisi Larung Kepala Kerbau? Pesta Bersenang-senang Saat Larung Kepala Kerbau atau Tradisi Lomban digelar, baik itu masyarakat biasa atau nelayan turut tumpah ruah dalam kegembiraan dan menghabiskan waktu bersenang-senang di laut. Selain itu, ada juga lomba menangkap bebek dan angsa yang dilepaskan ke tengah laut. Kemudian ada lomba mengambil barang yang dilempar dari perahu.
-
Apa yang dilakukan para nelayan dalam Sedekah Laut Tambaklorok? Acara itu berupa larung sesaji ke tengah laut yang kurang lebih berjarak 25 km dari dermaga nelayan.
"Pertama adalah masalah ketimpangan agraria di laut kita. 99 persen nelayan memburu ikan di laut di bawah 12 mil. Ini menyebabkan kompetisi ikan dilaut pesisir, konflik, kerusakan lingkungan," ucap Riza dalam seminar di LIPI, Gatot Subroto, Jakarta, Selasa (16/9).
Masalah kedua adalah masalah ketimpangan infrastruktur laut. Indonesia mempunyai 816 pelabuhan yang 78 persennya berada di Indonesia bagian Barat. Padahal penangkapan ikan banyak di Indonesia Timur. "Infrastruktur di Barat dan pabrik pengolahan malah di Jawa. Ini penting dipecahkan."
Masalah yang ketiga adalah ketimpangan pengelolaan. Aktivitas masyarakat pesisir hanya diarahkan untuk menangkap dan produksi ikan. Mereka tidak pernah diajari tentang pengelolaan ikan dan lain sebagainya. Padahal pengelolaan ikan jauh. "Tidak ada pengolahan dan seterusnya. Ini kesalahan fatal kebijakan UU perikanan, mereka hanya diarahkan untuk menangkap ikan," tambahnya.
Masalah mendasar terakhir adalah ketimpangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek). Selama ini tidak ada penelitian yang mengembangkan sektor perikanan. Padahal anggaran pemerintah banyak untuk penelitian ini.
Padahal, temuan BPK pada 2009 menyebutkan dana APBN digunakan untuk 9 judul penelitian di KKP. "Dana ini tidak sedikit tapi tidak digunakan untuk pengelola sumber kelautan. Ini krusial harus dibicarakan," katanya.