Ini Pemicu Rupiah Jadi Perkasa Hingga Level Rp 14.200 per USD
Peneliti Center of Reforms on Economics (CORE), Piter Abdullah mengatakan, ada dua faktor yang menjadi penyebab penguatan Rupiah selama tiga pekan terakhir. Pertama, yakni faktor-faktor pendorong (push factors) berupa sentimen negatif atas kondisi perekonomian AS.
Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat beberapa hari ini. Pada Jumat ini saja, Rupiah bahkan perkasa hingga kisaran 14.200 per USD.
Peneliti Center of Reforms on Economics (CORE), Piter Abdullah mengatakan, ada dua faktor yang menjadi penyebab penguatan Rupiah selama tiga pekan terakhir. Pertama, yakni faktor-faktor pendorong (push factors) berupa sentimen negatif atas kondisi perekonomian AS.
-
Bagaimana Pejuang Rupiah bisa menghadapi tantangan ekonomi? "Tidak masalah jika kamu bekerja sampai punggungmu retak selama itu sepadan! Kerja keras terbayar dan selalu meninggalkan kesan abadi."
-
Bagaimana redenominasi rupiah dilakukan di Indonesia? Nantinya, penyederhanaan rupiah dilakukan dengan mengurangi tiga angka nol di belakang, contohnya Rp 1.000 menjadi Rp 1.
-
Apa manfaat utama dari Redenominasi Rupiah untuk mata uang Indonesia? Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah, menyatakan manfaat utama dari redenominasi rupiah adalah untuk mempertahankan harkat dan martabat rupiah di antara mata uang negara lain.
-
Mengapa Redenominasi Rupiah sangat penting untuk Indonesia? Rupiah (IDR) termasuk dalam golongan mata uang dengan daya beli terendah. Hal ini semakin menunjukan urgensi pelaksanaan redenominasi rupiah di Indonesia.
-
Kapan Pejuang Rupiah harus bersiap? "Jangan khawatir tentang menjadi sukses tetapi bekerjalah untuk menjadi signifikan dan kesuksesan akan mengikuti secara alami." – Oprah Winfrey
-
Siapa yang memimpin rencana redenominasi rupiah di Indonesia? Rencana penyederhanaan mata uang telah digulirkan oleh Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia (BI) melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 77/PMK.01/2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Keuangan Tahun 2020-2024.
"Kita ketahui bahwa seiring meningkatnya intensitas perang dagang AS - China, pertumbuhan ekonomi AS justru mengalami perlambatan. Perlambatan pertumbuhan ekonomi AS diperkirakan akan direspons oleh The Fed dengan menunda kenaikan suku bunga," jelas dia kepada Liputan6.com, Jumat (30/11).
Dia menambahkan, perkiraan tersebut semakin diperkuat dengan adanya sinyal dari Gubernur The Fed dalam waktu dekat ini, untuk tidak menaikkan suku bunga acuan para Desember mendatang.
"Perlambatan pertumbuhan AS ditambah penundaan suku bunga The Fed membuat para investor global mulai mengalihkan dana investasinya ke negara-negara yang dianggap memiliki prospek keuntungan terbesar ke depan," sambungnya.
Indikator kedua, lanjutnya, yakni faktor-faktor yang menarik masuknya aliran investasi ke Indonesia atau disebut pull factors. Menurutnya, beberapa indikator ekonomi Indonesia menunjukkan prospek keuntungan yang menarik bagi investor asing.
"Prospek keuntungan ini ditunjukkan oleh yield SBN yang sudah demikian tinggi dipicu oleh kenaikan suku bunga acuan BI sebesar 175 bps sejak Mei yang lalu, serta harga saham yang sudah demikian murah, diindikasikan oleh PER yang rendah," ungkapnya.
"Selain itu, prospek investasi di Indonesia diperkuat oleh tren penurunan harga minyak selama sebulan terakhir. Penurunan harga minyak diyakini akan memperkuat neraca perdagangan sekaligus mengurangi beban APBN," dia menambahkan.
Piter Abdullah menyimpulkan, kombinasi kedua faktor tersebut menyebabkan derasnya aliran modal asing masuk ke dalam negeri, serta turut mendongkrak kurs Rupiah.
"Kombinasi push factors dan full factors menyebabkan aliran modal asing dalam bentuk portfolio mengalir deras ke Indonesia, dan mendorong penguatan Rupiah secara drastis dan cepat," ujar dia.
Reporter: Tommy Kurnia
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Nilai Tukar Rupiah Perkasa di Level Rp 14.308 per USD
Bos PLN Soal Penguatan Rupiah dan Harga Minyak Anjlok: Itu Rezeki Dari Allah
Faisal Basri: Rupiah Menguat Bukan Karena Usaha Pemerintah, Tapi Utang
Faisal Basri Prediksi Rupiah Masih Akan Melemah di 2019
Menko Darmin Optimistis Rupiah Menguat Masih Berpeluang Terjadi, Ini Sebabnya
Jokowi Apresiasi BI Buat Rupiah Menguat Signifikan Hingga Rp 14.500 per USD