Rupiah Ditutup Melemah Jadi Rp15.955 Per Dolar Amerika Serikat
Pasar telah mengalami minggu yang kacau, sebagian besar dipicu oleh angka penggajian Amerika.
Pada perdagangan sore ini, nilai tukar rupiah ditutup melemah 30,5 poin di level Rp15.955 per dolar Amerika Serikat (AS) dari penutupan sebelumnya di level Rp15.924,5 per dollar AS.
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi menjelaskan pasar telah mengalami minggu yang kacau, sebagian besar dipicu oleh angka penggajian AS yang secara mengejutkan lemah seminggu yang lalu yang menyebabkan saham global jatuh.
"Tetapi pasar mengganggap kekhawatiran atas resesi AS terlalu berlebihan, dengan fokus beralih langsung ke serangkaian pembacaan inflasi utama minggu ini. Disisi lain pasar Jepang hari ini libur nasional," jelas Ibrahim dalam keterangan tertulisnya, Senin (12/8).
Menurut FedWatch Tool milik CME Group, peluang The Fed memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin pada pertemuan kebijakan berikutnya pada 17-18 September turun menjadi 52 persen, dari 69 persen sehari sebelumnya, dengan pemangkasan 25 basis poin sekarang dianggap memiliki probabilitas 49 persen.
Selain itu, sentimen terhadap Tiongkok tetap dibatasi oleh kekhawatiran yang terus-menerus atas melambatnya pemulihan ekonomi di negara tersebut, terutama setelah serangkaian pembacaan yang lemah pada bulan Juli.
"Meskipun data inflasi terkini menunjukkan beberapa perbaikan, masih harus dilihat apakah tren disinflasi Tiongkok sedang berbalik," terang dia.
Sedangkan dari sisi internal, yang akan mempengaruhi perekonomian Indonesia lima tahun ke depan. International Monetary Fund (IMF) meramalkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tertahan di level 5,1 persen hingga 2029.
Dia melanjutkan proyeksi pertumbuhan ekonomi RI 2024 dari IMF adalah 5,0 persen. Pertumbuhan ekonomi itu didukung oleh peningkatan konsumsi publik dan pertumbuhan investasi yang mengimbangi hambatan ekspor neto (net export) karena tekanan eksternal.
"Pertumbuhan ekonomi akan sedikit meningkat menjadi 5,1 persen menurut IMF, melalui dukungan ekspansi fiskal. Inflasi utama juga diperkirakan tetap stabil di titik tengah dari rentang target yang dipatok pemerintah," tutur dia.
Risiko pelemahan rupiah
Secara umum, risiko yang dihadapi Indonesia relatif seimbang. Adapun, risiko negatif utama mencakup volatilitas harga komoditas yang terus menerus, seperti efek gejolak geopolitik; perlambatan mendadak perekonomian mitra dagang utama, hingga efek negatif dari kondisi keuangan global yang lebih ketat ke depannya.
Kebijakan moneter Indonesia juga dinilai sudah tepat, dengan kebijakan makroprudensial yang akomodatif sehingga mendukung pertumbuhan kredit dan likuiditas tetap aman.
"Kebijakan moneter harus selalu didorong oleh data, berdasarkan perkembangan kondisi domestik, hingga nilai tukar yang bisa meredam guncangan," terang Ibrahim.
Lebih lanjut, Ibrahim memperkirakan untuk perdagangan besok, nilai tukar rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp15.900 - Rp15.090 per dolar AS.