Inilah Penyebab Indonesia Tak Signifikan Raup Cuan Perang Dagang
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Rosan Roeslani, membeberkan penyebab Indonesia tak banyak menikmati dampak positif perang dagang Amerika Serikat (AS)-China. Salah satunya karena kepastian hukum dan pertanahan Indonesia yang tidak lebih baik dibanding negara tetangga seperti Vietnam.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Rosan Roeslani, membeberkan penyebab Indonesia tak banyak menikmati dampak positif perang dagang Amerika Serikat (AS)-China. Salah satunya karena kepastian hukum dan pertanahan Indonesia yang tidak lebih baik dibanding negara tetangga seperti Vietnam.
"Beberapa pemberitaan menunjukkan kita tidak menikmati kue dari perang dagang ini seperti Vietnam. Padahal EoDB (ease of doing business) kita membaik. Tapi mungkin kepastian di Vietnam lebih jelas baik dari sisi hukum dan tanah," ujar Rosan di Jakarta, ditulis Rabu (17/7).
-
Bagaimana uang berperan dalam penimbunan kekayaan? Ini berarti menyimpan uang sama artinya dengan menyimpan kekayaan.
-
Bagaimana cara membagi anggaran untuk investasi? Martua menyarankan adanya pembagian porsi alokasi anggaran untuk berinvestasi.“Untuk pemula, secara umum bisa dialokasikan dengan pembagian 40% - 30% - 20% dan 10%," rinci Martua.
-
Kapan orang kaya berinvestasi? Orang kaya berinvestasi untuk jangka panjang dan tidak panik saat pasar bergejolak.
-
Di mana 'uang perahu' sering terjadi? Didapati salah satu calon membayar Rp 5 miliar kepada partai politik untuk dapat dicalonkan sebagai wakil rakyat dari partai tersebut.
-
Kapan koin-koin perak itu dicetak? Otoritas Arkeologi Sharjah mengumumkan penemuan 409 koin perak kuno yang berasal dari abad ke 3 SM.
-
Kenapa koin itu penting? Sebagai seorang Yahudi dan penguasa Helenistik yang penting, ia memegang gelar ganda sebagai imam besar dan raja - yang merupakan ciri khas yang terlihat pada tulisan di koin.
Saat perang dagang tengah memanas beberapa waktu lalu, Vietnam menjadi salah satu negara tujuan investasi yang memikat produsen asal China. Sayangnya, kondisi yang sama tidak dinikmati oleh Indonesia.
Rosan melanjutkan, beberapa isu yang harus diperbaiki Indonesia adalah terkait penegakan kontrak dan perizinan konstruksi. Sebab, peringkat EoDB versi Bank Dunia menunjukkan, indikator penegakan kontrak Indonesia turun dari peringkat 145 ke 146.
Sementara itu, sistem perizinan konstruksi dari 108 turun ke posisi 112, perlindungan investor minoritas dari 43 mundur ke posisi 51. Selain itu perdagangan lintas batas juga merosot dari posisi 112 ke posisi 116. "EoDB kita isunya adalah enforcing dan issuing contract itu isu yang paling berat," kata Rosan.
Rosan menambahkan, meski kebijakan perekonomian telah mengarah ke arah yang lebih baik, namun masih perlu untuk terus diperbaiki. "Kita suka semuanya pasti dan terukur dan itu yang masih agak kurang dari kita. Kebijakan-kebijakan fiskal terkoordinasi dengan baik. Ekonomi kita sudah going in the right direction. Tapi mungkin kecepatannya yang harus ditambah," tandasnya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan bahwa dampak perang dagang Amerika Serikat-China terhadap perekonomian negara di dunia berbeda-beda, tergantung seberapa besar hubungan dagang suatu negara terhadap negara tersebut. Dampak terhadap Indonesia sendiri sangat minim.
Baca juga:
Sri Mulyani: Dampak Perang Dagang AS-China Berbeda Setiap Negara
Menko Darmin soal Surplus Dagang: Kita Mampu Saat Perdagangan Dunia Bermasalah
Dua Pembuat Mobil Listrik China Berminat Pindahkan Pabrik ke Indonesia
Harga Minyak Turun Dipicu Kecemasan Perang Dagang
Bos Huawei: OS Hongmeng Lebih Bertenaga Dari Android dan MacOS
Schroder Prediksi Bank Indonesia Turunkan Suku Bunga Acuan, Berikut Pendorongnya
Bos BI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II 2019 Melandai