Intip Kondisi Ekonomi Jepang, Inflasi Capai Level Tertinggi dalam 40 Tahun
Di Jepang inflasi konsumen inti yang tidak termasuk harga makanan segar telah naik 3,6 persen pada bulan Oktober dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Data pemerintah menunjukkan laju pertumbuhan ini tertinggi sejak 1982.
Inflasi di negara Jepang telah meningkat ke level tertinggi dalam 40 tahun. Ini dipicu melemahnya nilai tukar Yen dan membuat harga komoditas di negara tersebut mahal.
Dilansir dari Al-Jazeera, di Jepang inflasi konsumen inti yang tidak termasuk harga makanan segar telah naik 3,6 persen pada bulan Oktober dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Data pemerintah menunjukkan, ini merupakan laju pertumbuhan tertinggi sejak 1982.
-
Kenapa peredaran mata uang Jepang di Sumatra menyebabkan inflasi? Di Provinsi Sumatra banyak beredar mata uang Jepang yang sudah menjadi alat tukar sehari-hari masyarakat. Akan tetapi, peredaran mata uang ini justru mengakibatkan inflasi, sehingga nilainya terus merosot dan harga-harga barang terus melambung.
-
Kapan inflasi terjadi? Inflasi terjadi ketika harga barang dan jasa secara umum mengalami kenaikan yang terus-menerus dalam suatu periode waktu tertentu hingga mengurangi daya beli uang.
-
Kenapa devaluasi mata uang bisa menyebabkan inflasi? Ketika ini terjadi, harga impor menjadi lebih mahal, karena mata uang lokal nilainya berkurang.
-
Bagaimana inflasi mempengaruhi nilai investasi? “Inflasi juga dapat memengaruhi nilai tukar. Negara-negara dengan tingkat inflasi rendah biasanya mengalami apresiasi nilai mata uang dibandingkan negara-negara dengan inflasi yang lebih tinggi,” ujar Kar Yong Ang.
-
Apa itu inflasi? Sekadar informasi, inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa, yang berdampak pada biaya hidup.
-
Bagaimana cara Jepang mengelola keuangan di Indonesia? Gedung Departement of Finance dijadikan tempat untuk melakukan aktivitas keuangan sehari-hari. Gedung ini juga menjadi tempat pengelolaan keuangan dan pemutusan kebijakan ekonomi oleh Jepang.
Inflasi di Jepang masih lebih rendah dibandingkan dengan tingkat inflasi yang terjadi pada ekonomi Inggris dan Amerika Serikat. Tapi, ini tetap menimbulkan kekhawatiran pada ekonomi terbesar ketiga di dunia ini. Sebab, pertumbuhan harga masih jauh dari target serta diikuti dengan stagnasi yang telah berlangsung selama beberapa dekade.
Bank of Japan telah menentang tren kenaikan suku bunga global. Di mana, Gubernur Haruhiko Kuroda minggu ini menegaskan kembali perlunya mempertahankan stimulus untuk mendukung pemulihan ekonomi negara yang rapuh dari pandemi Covid-19.
Kuroda berpendapat inflasi di atas target bersifat sementara dan sebagian besar merupakan hasil dari harga komoditas global yang naik.
Ekonomi Jepang Terkontraksi Inflasi
Data ekonomi yang dirilis pemerintah awal pekan ini menunjukkan ekonomi Jepang secara tak terduga berkontraksi sebesar 0,3 persen pada kuartal ketiga setelah tiga kuartal berturut-turut mengalami pertumbuhan. Kondisi ini dipicu konsumsi swasta yang merosot.
Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida bulan lalu menggelontorkan dana stimulus sebesar USD 260 miliar yang ditujukan untuk menopang perekonomian, termasuk langkah-langkah untuk membantu rumah tangga mengelola kenaikan biaya energi.
Selain itu, dengan kelonggaran kebijakan bank sentral juga telah membantu meningkatkan keuntungan perusahaan Jepang di luar negeri dengan menurunnya nilai Yen. Hal itu telah berkontribusi pada kenaikan biaya barang impor.
Sebelumnya mata uang Jepang jatuh ke level terendah dalam 32 tahun pada bulan Oktober, ini mencapai 151 yen per dolar Amerika Serikat. Meskipun telah kembali mengalami kenaikan menjadi sekitar 140 yen.
Reporter Magang: Hana Tiara Hanifah
(mdk/idr)