Intip Teknologi Anyar Pupuk Kaltim untuk Tekan Emisi Gas Amoniak
Selain berdampak pada efisiensi energi, inovasi ini secara tidak langsung juga berdampak pada penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) serta penghematan gas alam untuk memproduksi amoniak.
PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim/PKT) melakukan inovasi denga menciptakan teknologi Low Pressure Ammonia Absorber di Pabrik Urea PKT-4. Teknologi ini mampu meningkatkan efisiensi energi dan meminimalkan emisi gas amoniak.
Melalui inovasi ini, amoniak yang terserap akan direcycle ke unit sintesa, sehingga terjadi peningkatan produksi Urea hingga 14 ton per hari dan penurunan Ammonia Losses 7 ton per hari.
-
Kapan Kalpataru dibuat berdasarkan hasil uji karbon? Pada tahun 2014 silam, dilakukan uji karbon 14 terhadap kalpataru di Beta Analytic Radical Foundation Laboratory yang berada di Miami-Florida, USA. Hasil uji karbon yang dilakukan lembaga terpercaya di dunia itu menunjukkan kalpataru dibuat antara tahun 1445 – 1525.
-
Apa yang menunjukkan pertumbuhan industri manufaktur Indonesia? Geliat pertumbuhan ini dapat terlihat dari peningkatan permintaan baru yang menunjukkan aktivitas produksi yang semakin terpacu.
-
Apa yang diproduksi di pabrik kerupuk milik Pak Haji? Sampai sekarang, usaha kerupuk tersebut terus memproduksi kerupuk setiap harinya dan menjadi salah satu kerupuk favorit warga setempat.
-
Kapan puncak kejayaan industri kapuk di Jawa? Puncaknya adalah tahun 1936-1937 di mana kapuk jawa mampu memenuhi 85 persen kebutuhan dunia.
-
Bagaimana cara pemerintah menerapkan dekarbonisasi di industri perkapalan? Pemerintah, dalam hal ini, PT. Biro Klasifikasi Indonesia (persero) atau BKI sebagai induk holding BUMN jasa survei atau IDSurvey mendorong isu dekarbonisasi dalam dunia kapal perniagaan guna meningkatkan efisiensi kapal dan perlindungan lingkungan.
-
Apa yang menjadi fokus utama Menko Perekonomian dalam pengembangan industri hijau di Indonesia? Dalam pengembangan industri hijau di Indonesia, pemerintah mendorong berbagai program seperti pemanfaatan EBTKE, penerapan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai, dan lain sebagainya. Termasuk mendorong kebijakan hilirisasi yang arahnya sejalan dengan tren pengembangan industri hijau tersebut.
Direktur Keuangan dan Umum PKT, Qomaruzzaman menjelaskan, selain berdampak pada efisiensi energi, inovasi ini secara tidak langsung juga berdampak pada penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) serta penghematan gas alam untuk memproduksi amoniak. Inovasi ini juga sebagai langkah PKT mengimplementasikan prinsip industri hijau secara signifikan dan berkesinambungan, yang mencakup efisiensi energi, efisiensi pemakaian bahan baku dan bahan penolong hingga efisiensi pemakaian air.
"PKT juga menerapkan inovasi teknologi yang mengacu pada 4R (Reduce, Reuse, Recycle dan Recovery) pada proses produksi, dibarengi penggunaan energi baru terbarukan serta pemenuhan baku mutu lingkungan pada limbah cair maupun emisi," terang Qomaruzzaman dikutip di Jakarta, Senin (6/12).
Lebih lanjut, pengembangan inovasi menjadi salah satu upaya PKT untuk meningkatkan efisiensi sekaligus daya saing perusahaan di kancah nasional maupun global, serta mendorong efektivitas pabrik dan perangkat pendukung lainnya, yang diciptakan secara mandiri.
Seluruh inovasi yang digagas PKT sejauh ini terbukti mampu menekan biaya operasional, sekaligus menyelamatkan perusahaan dari berbagai potensi risiko kerugian.
"Nilai efisiensi perusahaan mampu tercapai dari setiap inovasi yang digagas. Mulai efektivitas proses produksi, peningkatan performa perangkat pabrik, hingga jasa pelayanan dan perbaikan. Jika dirupiahkan, seluruh tools tersebut menghasilkan penghematan hingga Miliaran Rupiah,” tambah Qomaruzzaman.
Atas inovasi ini juga, PKM menyabet penghargaan Rintisan Teknologi Industri (Rintek) 2021 dari Kementerian Perindustrian RI, yang dinilai konsisten mendukung proses peningkatan kemampuan teknologi industri nasional secara berkelanjutan, serta mengembangkan daya saing industri melalui pengembangan riset dan teknologi bernilai tinggi.
Kata Menperin
Menteri Perindustrian RI Agus Gumiwang Kartasasmita, mengungkapkan penghargaan ini sebagai apresiasi bagi pelaku industri yang konsisten menciptakan dan memanfaatkan teknologi baru, untuk meningkatkan kualitas produk dalam memenuhi kebutuhan konsumen.
Langkah ini sebagai bagian dari upaya Kemenperin mendorong industri nasional melakukan penciptaan teknologi baru, agar mampu menjadi tuan di negeri sendiri dan kompetitif hingga kancah internasional.
"Rintisan teknologi industri merupakan salah satu wujud nyata implementasi program prioritas pada peta jalan Making Indonesia 4.0, untuk menjadikan Indonesia masuk dalam jajaran 10 negara dengan perekonomian terbesar di dunia pada 2030," kata Agus.
Dikatakannya, Pemerintah secara proaktif terus memacu pengembangan industri nasional agar lebih berdaya saing melalui berbagai instrumen, baik berupa kebijakan maupun pemberian fasilitas fiskal maupun nonfiskal. Apalagi sektor industri manufaktur selama ini konsisten memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional.
"Maka untuk mencapai target 10 negara perekonomian terbesar di dunia, diperlukan terobosan bidang industri dengan memanfaatkan perkembangan teknologi mutakhir, karena tidak cukup hanya mengandalkan pertumbuhan ekonomi secara organik," tutup Menteri Agus.
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)