Potret Kalpataru Kayu Bercabang dengan Motif Rumah Ibadah Empat Agama Warisan Sunan Bonang, Ini Makna di Baliknya
Kayu ini bentuk pengakuan terhadap eksistensi agama Islam, Hindu, Buddha, dan Konghucu.
Kayu ini bentuk pengakuan terhadap eksistensi agama Islam, Hindu, Buddha, dan Konghucu.
Jauh sebelum Pancasila dirumuskan, Sunan Bonang sudah membawa misi kesatuan dengan menghargai perbedaan dalam misi-misi dakwahnya. Salah satunya dibuktikan dengan kalpataru, kayu bercabang empat yang punya filosofi mendalam.
Kalpataru merupakan kayu jati bercabang empat. Pada setiap sudutnya, terdapat motif bangunan suci agama tertentu.
Mengutip Instagram @tuban_bercerita, terdapat bangunan suci pasa setiap sisi kayu. Mulai dari agama Islam yang dilambangkan dengan musala. Hindu dengan pura, Buddha dengan vihara, dan Konghucu dengan kelenteng.
Kalpataru pertama kali ditemukan di kompleks makam Sunan Bonang. Kayu jati bercabang empat ini menjadi penyanggah Pendapa Rante bagian timur. Saat ini, kalpataru disimpan di Museum Kambang Putih, Kabupaten Tuban.
Pada tahun 2014 silam, dilakukan uji karbon 14 terhadap kalpataru di Beta Analytic Radical Foundation Laboratory yang berada di Miami-Florida, USA.
Hasil uji karbon yang dilakukan lembaga terpercaya di dunia itu menunjukkan kalpataru dibuat antara tahun 1445 – 1525. Tahun ini menunjukkan masa hidup Sunan Bonang.
Mengutip situs resmi IAIN Tuban, Sunan Bonang diperkirakan wafat pada tahun 1525 Masehi.
Kalpataru juga dikenal dengan sebutan pohon harapan yang menggambarkan kehidupan.
Kayu jati dengan empat cabang yang menggambarkan rumah ibadah agama-agama berbeda ini menunjukkan sikap Sunan Bonang.
Ia adalah ulama besar yang mau menerima keberadaan agama lain di sekitarnya.
Melalui Kalpataru, Sunan Bonang menyampaikan pentingnya menjaga harmoni sosial, bersikap toleran, serta saling menghormati meskipun ada perbedaan latar belakang kepercayaan dan budaya berbeda.
Pahatan rumah ibadah empat agama tersebut memperlihatkan bahwa Sunan Bonang melalukan proses internalisasi nilai-nilai religi dengan mengindahkan kontekstualitas masyarakat.
Salah satu Walisongo penyebar agama Islam di Pulau Jawa ini menjadi bukti bahwa moderasi beragama di Kabupaten Tuban sudah ada sejak jauh-jauh hari.
Selain Kalpataru, Sunan Bonang meninggalkan alat musik bonang di Desa Bonang, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
Saat pemugaran gerbang kedua di kompleks makam Sunan Bonang, pernah ditemukan patung kepala arcakala. Bukti tersebut menunjukkan bahwa Sunan Bonang seorang ulama yang pluralis. Sosok yang mau menerima keberadan keyakinan lain yang ada di sekitarnya.
Sebagian ulama menyebut Sunan Bonang sebagai gurunya para guru. Alasannya, Sunan Bonang merupakan salah satu ulama terkenal, seorang sufi, ilmuwan dan satu-satunya Wali Songo yang meninggalkan karya tulis dan ajaran tertulis.
Potret dapur dengan pemandangan super indah dan langka.
Baca SelengkapnyaBerikut potret empat Raja keturunan Mataram Islam dalam satu momen yang jarang terjadi.
Baca SelengkapnyaPada awal pendiriannya, masjid ini hanya diperuntukkan keluarga keraton.
Baca SelengkapnyaSejak puluhan abad silam, daerah ini sudah jadi wilayah penting bagi kehidupan masyarakat.
Baca SelengkapnyaTempat sejumlah tokoh besar Indonesia menimba ilmu agama dan pengetahuan umum.
Baca SelengkapnyaKota Kediri punya tiga kampung moderasi beragama, di sana warga beda agama hidup harmonis dan toleran.
Baca SelengkapnyaRatusan santri yang memadati Pelabuhan Jangkar berasal dari beberapa pondok pesantren di Situbondo.
Baca SelengkapnyaKeakraban Umi Kalsum dan calon besan curi perhatian.
Baca SelengkapnyaAirlangga terlihat duduk di sebelah Bamsoet di tengah isu Munas Golkar.
Baca Selengkapnya