Investasi sektor tekstil naik, pengusaha malah banyak gulung tikar
Industri tekstil yang berorientasi ekspor relatif tidak menghadapi permasalahan.
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengadakan pertemuan dengan Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) dan kalangan industri tekstil untuk membahas masalah yang sedang dihadapi oleh pelaku usaha, terutama soal anomali investasi di sektor tekstil.
Kepala BKPM Franky Sibarani mengatakan, data BKPM menunjukkan perkembangan positif investasi sektor tekstil, sementara di sisi lain kalangan industri existing menyebut banyak masalah mengancam kelangsungan usaha mereka. Bahkan tidak sedikit yang melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karyawannya.
-
Kapan Bahlil memaparkan tentang investasi dan ekonomi? Menteri Investasi Bahlil Lahadalia memaparkan realisasi investasi dan pertumbuhan ekonomi dalam acara 'Trinegah Political and Economic Outlook 2024', Jakarta, Rabu (31/1).
-
Bagaimana BRImo membantu nasabah berinvestasi? Nasabah juga kini semakin mudah berinvestasi melalui BRImo. Kini Anda dapat melakukan pembelian emas, surat berharga, dana pensiun, hingga pembukaan deposito hanya dari smartphone.
-
Apa yang diukur oleh Indeks Bisnis UMKM? Indeks Bisnis UMKM merupakan indikator yang mengukur aktivitas UMKM di Indonesia yang dilakukan setiap kuartal oleh BRI Research Institute.
-
Bagaimana BRI meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia? Sebagai bank yang berfokus pada pemberdayaan UMKM, BRI memiliki jutaan database nasabah, baik simpanan maupun pinjaman. Ini menyebabkan BRI terpapar risiko data privacy breach dan cyber security system.
-
Apa yang dilakukan Kemenkumham untuk meningkatkan perekonomian Indonesia? Menurut Yasonna, dengan diselenggarakannya Temu Bisnis Tahap VI, diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan perekonomian Indonesia.
-
Bagaimana Cak Imin membandingkan pelayanan investasi di Indonesia dengan Cina? Menurut Cak Imin, pelayanan terhadap investasi di Indonesia masih jauh dari Cina. Kata ketua umum PKB ini, di Cina telah memberikan pelayanan yang memadai."Pelayanan yang diberikan kepada investasi jauh dari Tiongkok misalnya. Mereka betul-betul pelayanan yang memadai," ujarnya.
"Investasi di sektor tekstil sepanjang Semester I-2015 tumbuh positif. Bahkan beberapa proyek investasi yang sedang konstruksi menyatakan prospek mereka untuk melakukan ekspor ketika sudah memasuki tahap produksi komersial. Tapi di sisi lain, kalangan industri tekstil existing justru menyuarakan permasalahan menyangkut kelangsungan usahanya, bahkan ada yang menutup usaha dan melakukan PHK terhadap karyawannya," ujarnya di Jakarta, Sabtu (5/6).
BKPM mencatat, sepanjang Semester I-2015 realisasi investasi untuk sektor tekstil masih tumbuh positif, naik 58 persen atau sebesar Rp 3,88 triliun dibandingkan Semester 1-2014. Realisasi investasi seluruh sub sektor tekstil pada Semester I-2015 juga tumbuh positif, yaitu industri pengolahan serat tekstil tumbuh 213 persen atau Rp 2,40 triliun dari 82 proyek, industri penenunan tekstil tumbuh 613 persen atau Rp 163 miliar dari 25 proyek, industri pakaian jadi tumbuh 16 persen atau senilai Rp 941 miliar, serta industri perlengkapan pakaian tumbuh 563 persen atau Rp 216 miliar.
Dalam pertemuan tersebut, terungkap bahwa permasalahan banyak dihadapi oleh industri yang memiliki pangsa pasar domestik. "Adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi menyebabkan daya beli masyarakat menurun dan lebih memprioritaskan untuk membeli kebutuhan primer, dibandingkan membeli kebutuhan sekunder, termasuk tekstil," jelas dia.
Pasar tekstil domestik juga semakin tertekan dengan maraknya produk ilegal yang membanjiri pasaran. Hal ini membuat industri yang bergantung pada pasar domestik tidak bisa bertahan. Menurut data API, pusat industri tekstil Mohamad Toha di Bandung saja yang pada awalnya berjumlah 42 pabrik, kini tinggal 26 yang beroperasi.
"Sementara untuk industri tekstil yang berorientasi ekspor relatif tidak menghadapi permasalahan, kecuali untuk meningkatkan daya saing ekspor melalui kebijakan perdagangan bebas khususnya dengan Uni Eropa dan Turki," jelas Franky.
Dalam pertemuan tersebut, BKPM dan API mengidentifikasi beberapa isu yang dapat didorong untuk meningkatkan daya saing industri tekstil existing. Di antaranya soal perizinan, khususnya yang menyangkut perizinan penggunaan air permukaan, perizinan tenaga kerja wanita untuk shift malam, tarif listrik bagi industri yang berdaya saing dengan negara lainnya dan sebagainya.
"BKPM akan mengintensifkan koordinasi dengan Kementerian/Lembaga untuk mengatasi permasalahan–permasalahan tersebut. Misalnya, jika menyangkut pertanahan, tentu kami akan berkoordinasi dengan Kementerian Agraria dan Tata Ruang. Termasuk koordinasi dengan Pemerintah Daerah menyangkut izin-izin di daerah," tutupnya.
(mdk/idr)