Israel Terus Gempur Gaza, McD Cs Rugi Besar Digempur Gerakan Boikot
Perang di Timur Tengah dapat mempengaruhi kepercayaan konsumen.
Perang di Timur Tengah dapat mempengaruhi kepercayaan konsumen.
- Israel Bunuh 10 Warga Palestina Saat Antre Membeli Tepung di Gaza Selatan
- Israel Hancurkan Banyak Pemakaman Di Gaza, Kuburan Digali dan Mayat Dicuri
- Jumlah Pemukim Yahudi Baru di Israel Berkurang 50 Persen, Mereka Takut Datang dan Menetap Sejak Agresi di Gaza
- McD Malaysia Gugat DBS, Tuntut Ganti Rugi Rp20 Miliar Akibat Aksi Boikot
Israel Terus Gempur Gaza, McD Cs Rugi Besar Digempur Gerakan Boikot
Gerakan boikot pada produk-produk, termasuk makananan cepat saji, seperti Mcdonalds dan KFC yang terafiliasi dengan Israel memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap pendapatannya.
Melansir dari Irish Examiner, boikot ini terjadi di kawasan Asia, Timur Tengah, dan beberapa wilayah Eropa mengalami penurunan penjualan akibat dari seruan untuk memboikot produk mereka karena dianggap memiliki hubungan dengan Israel di tengah konflik di Gaza.
Banyak orang di Timur Tengah mengubah kebiasaan konsumsi mereka sejak perang dimulai, sehingga mengurangi permintaan makanan cepat saji dari pengecer Amerika.
McDonald's menjadi sasaran boikot setelah foto dan video di media sosial menunjukkan toko waralabanya di Israel memberikan makanan kepada tentara negara tersebut setelah serangan 7 Oktober.
“Semua orang terkena dampaknya, ini adalah sesuatu yang tidak disadari banyak orang, tidak hanya merek-merek barat, semua orang terkena dampak konflik pasca 7 Oktober,” kata Brandon Guthrie, salah satu pendiri dan mitra umum di Shatranj Capital Partners, dikutip Minggu (2/6).
Guthrie mengatakan dampak terhadap McDonald's dan Starbucks jauh lebih tinggi karena mereka lebih banyak terpapar di Mesir, Yordania dan Maroko.
Meskipun McDonald's tidak mengungkapkan berapa besar kerugian yang ditanggung perusahaan akibat boikot ini selama kuartal keempat.
Kepala Eksekutif McDonald's Chris Kempczinski sempat mengatakan pada bulan Februari bahwa dampak paling nyata terjadi di Timur Tengah, dan juga terjadi di negara-negara Muslim seperti Indonesia dan Malaysia.
Bahkan beberapa waralaba KFC di Asia Tenggara juga tak luput dari boikot. Lebih dari 100 gerai KFC di Malaysia terpaksa tutup sementara.
Tak hanya itu, di Pakistan, merek air dan minuman ringan lokal di beberapa toko kelontong diberi ruang penyimpanan dan preferensi yang lebih besar dibandingkan Coca-Cola dan Pepsi.
Berbagai poster beredar di kalangan warga Pakistan yang menyebut perusahaan multinasional besar, termasuk merek minuman AS, sebagai produk yang terkait dengan Israel.
Produsen kaleng Pepsi dan Coca-Cola, Pakistan Alumunium Beverage Cans mengalami penurunan penjualan sebesar 11 persen pada kuartal yang berakhir 31 Maret.
Sebagian disebabkan oleh menurunnya permintaan domestik akibat reaksi terhadap kerusuhan di Timur Tengah.
Di sisi lain, AmRest Holdings yang terdaftar di Bursa Efek Warsawa, salah satu operator makanan cepat saji terbesar di Eropa dengan merek-merek termasuk Burger King, KFC dan Pizza Hut, mengatakan dalam laporan kuartal pertamanya bahwa perang di Timur Tengah dapat mempengaruhi kepercayaan konsumen dan mengubah kecenderungan mereka terhadap makanan cepat saji konsumsi dan cara mereka mengonsumsi.