Jokowi: Perubahan Iklim Tak Akan Selesai Selama Masih Berorientasi Ekonomi
Mitigasi perubahan iklim melalui transisi energi tak akan bisa tercapai jika negara dunia didorong dalam konteks ekonomi.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menganggap ancaman perubahan iklim sangat berbahaya. Sehingga transisi energi dan isu keberlanjutan jadi hal mendesak dan tak bisa dipinggirkan.
Jokowi lantas menganggap mitigasi perubahan iklim melalui transisi energi tak akan bisa tercapai jika negara dunia didorong dalam konteks ekonomi.
- Bicara Perubahan Iklim, Jokowi Tegaskan Komitmen Indonesia Bangun Ekonomi dan Industri Hijau
- Jokowi Tantang Negara Maju Berikan Pinjaman Murah Demi Atasi Dampak Perubahan Iklim
- Jokowi Bersyukur Ekonomi RI Tumbuh 5,11 Persen, Inflasi Terkendali
- Jokowi: Di Tengah Krisis Dunia Bertubi-tubi, Perekonomian Kita Cukup Kokoh
"Yang ingin saya tekankan, perubahan iklim tak akan pernah bisa terselesaikan selama dunia gunakan pendekatan ekonomi. Selama dunia hanya hitung keuntungan sendiri, pentingkan ego sentris sendiri-sendiri," kata Jokowi dalam sesi pembukaan Indonesia Internasional Sustainibility Forum (ISF) 2024 di Jakarta Convention Center, Kamis (5/9/2024).
Menurut dia, penyelesaiannya butuh pendekatan kolaboratif dan berprikemanusiaan. Sehingga terjadi kolaborasi positif antara negara maju dan berkembang.
"Dan, kemanusiaan agar prosesnya tidak mengorbankan rakyat kecil. Ekonomi hijau tidak hanya tentang lingkungan, tapi bagaimana menciptakan kesejahteraan yang berkelanjutan bagi rakyat," tegas Jokowi.
Lebih lanjut, RI 1 menyampaikan, Indonesia memiliki potensi energi hijau besar, lebih dari 3.600 gw. Indonesia juga disebutnya memiliki PLTS Apung di Waduk Cirata dengan kapasitas 192 MW, terbesar di Asia Tenggara dan terbesar ketiga di dunia.
Potensi Energi Hijau di Indonesia
Di sisi lain, ia melanjutkan, Indonesia juga memiliki potensi besar dalam penyerapan karbon. Dengan adanya kawasan hutan mangrove terbesar di dunia seluas 3,3 juta ha.
"Itu mampu menyerap karbon 8-12 kali lebih baik dibanding hutan hujan tropis, yang banyak orang tidak tahu," ujar Jokowi.
Namun, Jokowi menekankan semua itu tak akan berarti selama negara maju ogah menanamkan investasinya.
"Semua tidak akan memberikan pendekatan signifikan, selama negara maju tidak berani berinvestasi. Selama riset dan teknologi tidak dibuka secara luas, dan selama pendanaan tidak diberikan dalam skema yang meringankan negara berkembang. Tiga hal itu penting untuk jadi catatan kita semua," ungkapnya.
"Indonesia sangat terbuka bermitra dengan siapapun, untuk maksimalkan akses energi hijau lebih berkeadilan. Saya harap forum ISF ini dapat menjadi tempat bertemunya pengetahuan, pengalaman, sumber daya yang dapat jadi modal bersama kolaborasi hadapi tantangan iklim yang ada," pungkas Jokowi.