Jokowi Target Jumlah Pengangguran Berkurang di 2025, Indef: Sulit Tecapai Jika Industri Tidak Tumbuh
Selain menurunkan tingkat pengangguran terbuka, pemerintah juga meminta agar di masa presiden terpilih Prabowo Subianto, angka kemiskinan juga turun.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) optimis tingkat pengangguran di Indonesia dapat terus di tekan atau diturunkan pada tahun 2025. Hal itu disampaikan langsung dalam pidato nota keuangan RAPBN 2025, di gedung parlemen DPR, Jumat (16/8).
Jokowi berharap tingkat pengangguran dapat ditekan 4,5-5 persen. Selain menurunkan tingkat pengangguran terbuka, pemerintah juga meminta agar di masa presiden terpilih Prabowo Subianto, angka kemiskinan juga turun di rentang 7-8 persen.
- Prabowo Targetkan Ekonomi RI 2025 Tumbuh 8 Persen, Kementerian Investasi: Ini Beban Bersama
- Tahun Depan, Jokowi Harap Tingkat Pengangguran Dapat Ditekan 4,5 hingga 5 Persen
- Tanam Tebu di Merauke, Jokowi: Kemandirian Pangan & Ketahanan Pangan Harus Jadi Konsentrasi
- Prabowo Tegaskan Komitmen untuk Wujudkan Kemandirian Industri Pertahanan
"Tingkat pengangguran terbuka tahun 2025 diharapkan dapat ditekan menjadi 4,5–5 persen. Angka kemiskinan diturunkan dalam rentang 7–8 persen," ucap Jokowi.
Menanggapi optimisme tersebut, Direktur Pengembangan Big Data Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listiyanto mengingatkan bahwa pencapaian target tersebut memerlukan dorongan pertumbuhan industri yang signifikan.
Eko menilai jika sektor industri tidak tumbuh lebih cepat dari pertumbuhan ekonomi, penurunan pengangguran ke tingkat yang diharapkan akan sulit tercapai.
"Kalau tidak mendorong industri tumbuh di atas pertumbuhan ekonomi, maka sulit menurunkan pengangguran ke 4,5 persen," kata Eko kepada Merdeka.com, Sabtu (17/8).
Menurut Eko, untuk mencapai target tersebut, diperlukan insentif fiskal dan non-fiskal yang mendukung industri, seperti penyediaan harga input yang terjangkau.
Apalagi belakangan ini, industri tekstil Indonesia juga menghadapi tantangan akibat produk impor ilegal yang masuk, memperburuk situasi sektor industri.
"Iya, butuh insentif fiskal dan dukungan non fiskal seperti harga input yang terjangkau," pungkas dia.
Jumlah Pengangguran di Indonesia
Berdasarkan data Trading Economics yang mengacu pada Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran di Indonesia mencapai 5,45 persen per Februari 2023. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan tingkat pengangguran tertinggi kedua di kawasan ASEAN.
Tingginya angka pengangguran di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor yang kompleks. Berbagai alasan, mulai dari pertumbuhan ekonomi yang tidak merata hingga ketidakcocokan keterampilan tenaga kerja dengan kebutuhan industri, berkontribusi terhadap masalah ini. Dikutip dari laman Liputan6.com, Senin (27/5), berikut adalah beberapa penyebab utama pengangguran di Indonesia:
Penyebabb Banyaknya Pengangguran
1. Pekerja yang Kembali ke Dunia Kerja
Pengangguran seringkali dialami oleh mereka yang kembali ke dunia kerja setelah berhenti untuk merawat anak, menikah, atau mengurus kerabat lanjut usia. Fenomena ini menciptakan tantangan tersendiri, karena mereka harus bersaing dengan pencari kerja lain dan mungkin perlu mengasah kembali keterampilan mereka yang telah lama tidak digunakan.
2. Transisi Antar Pekerjaan
Pindah pekerjaan menjadi salah satu penyebab pengangguran di Indonesia. Pekerja yang memutuskan untuk mencari peluang baru harus melalui masa transisi yang tidak menentu. Selama periode ini, mereka berada dalam status menganggur hingga menemukan posisi baru yang cocok, yang bisa memakan waktu dan usaha yang cukup besar.
3. Masuknya Angkatan Kerja Baru
Setiap tahun, ribuan lulusan baru dari sekolah menengah, perguruan tinggi, dan program gelar lainnya memasuki pasar kerja. Angkatan kerja muda ini sering kali menghadapi tantangan dalam menemukan pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasi dan keterampilan mereka. Kesenjangan antara ekspektasi lulusan dan kebutuhan pasar seringkali menyebabkan mereka menganggur lebih lama.