Kapitalisasi Pasar Modal RI Terendah di ASEAN, Malaysia-Filipina Dekati 100 Persen
Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati menyebut, sektor keuangan Indonesia masih rendah dibandingkan negara-negara Asia Tenggara, dan masih dihadapkan dengan berbagai tantangan. Hal itu dilihat nilai kapitalisasi pasar modal Indonesia yang masih rendah di angka 48 persen.
Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati menyebut, sektor keuangan Indonesia masih rendah dibandingkan negara-negara Asia Tenggara, dan masih dihadapkan dengan berbagai tantangan. Hal itu dilihat nilai kapitalisasi pasar modal Indonesia yang masih rendah di angka 48 persen.
"Kapitalisasi pasar modal Indonesia hanya 48 persen. Malaysia, Thailand, Singapura, Filipina mereka bisa memiliki rasio kapitalisasi pasar modal hingga mendekati 100 persen," kata Menteri Sri Mulyani dalam LIKE IT: Sustain Habit in Investing, Invest in Sustainable Instruments, Jumat (12/8).
-
Kapan PT Tera Data Indonusa Tbk melantai di bursa saham? Bahkan pada 2022, saat pandemi berlangsung, perusahaan ini berani mengambil langkah melantai di bursa saham.
-
Bagaimana cara meminimalisir risiko investasi saham? Risiko selalu ada, tapi investor pemula bisa meminimalisir risikonya dengan melakukan riset terlebih dulu.
-
Kenapa harga saham bisa naik turun? Salah satu yang sering jadi dilema adalah harga saham yang begitu cepat naik turun bagaikan roller coaster. Jadi, sebenarnya apa sih penyebab harga saham bisa naik turun?
-
Bagaimana cara memulai investasi bagi pemula? Untuk itu, kegiatan investasi harus dilakukan dengan dana khusus. Terlebih lagi bagi para pemula yang masih belum memahami cara kerja investasi.
-
Kapan Bursa Berjangka Aset Kripto diluncurkan? Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan meluncurkan Bursa Berjangka Aset Kripto di Jakarta, Jumat (28/7).
-
Apa penyebab naik turunnya harga saham? Prinsip Ekonomi Dasar: Hubungan antara Penawaran dan Permintaan Saat banyak orang mencari suatu barang, stoknya akan terbatas sehingga harganya cenderung akan naik.
Rendahnya angka tersebut dikarenakan sektor keuangan Indonesia saat ini masih berorientasi terhadap akumulasi dana yang sifatnya jangka pendek. Alhasil, hal itu mempersulit negara ketika membutuhkan dana untuk infrastruktur.
"Biasanya pertama membutuhkan dana sangat besar dan kemampuan mengembalikannya butuh waktu sangat panjang, katakanlah 20 hingga 30 tahun. Oleh karena itu kemampuan Indonesia untuk mampu memupuk dana jangka panjang menjadi sangat penting," kata Menkeu.
Penduduk RI Paling Suka Simpan Uang di Deposito
Di sisi lain, tercatat 80 persen dana masyarakat mengendap di perbankan, di mana mayoritas dananya dalam bentuk deposito jangka pendek. Sektor yang memiliki kemampuan mengakumulasi dana jangka panjang, misalnya industri asuransi, dana pensiun, kontribusinya dalam sektor keuangan Indonesia hanya 14 persen.
"Ini menjadi salah satu pekerjaan rumah bagi kita, terutama KSSK, untuk terus mampu membangun sektor keuangan yang mampu mengumpulkan dan memobilisasi dana dalam jangka panjang yang kuat dan kredibel," jelas Menkeu.
Kendati begitu, Menkeu optimistis, Indonesia masih memiliki peluang untuk terus meningkatkan peranan pasar modal, sebagai salah satu sektor keuangan yang bisa menjadi intermediery atau perantara yang baik dan produktif.
Reporter: Tira Santia
Sumber: Liputan6
(mdk/bim)