Kebijakan Strategis BUMN Indonesia Re di Tahun 2025, dari Restrukturisasi hingga Digitalisasi
Tahun depan, perusahaan berencana melanjutkan peningkatan ini dengan fokus pada retention yang optimal.
Perusahaan BUMN, PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re membongkar rencana bisnis perusahaan tahun 2025. Tahun depan, perusahaan berencana melanjutkan peningkatan ini dengan fokus pada retention yang optimal, terus melakukan optimalisasi pricing, serta pembatasan jumlah panel co- insurance dan facultative inward.
"Kami juga akan terus meningkatkan efisiensi administrasi Treaty, termasuk memperbaiki proses pelaporan dan penanganan klaim," ucap Direktur Teknik Operasi Indonesia Re, Delil Khairat dikutip di Jakarta, Selasa (22/10).
- BUMN Indonesia Re Siapkan Digitalisasi dan Transformasi Hadapi Tantangan Ekonomi 2025
- Begini Transformasi Dijalankan BUMN Indonesia Re dalam Tiga Tahun Terakhir, Termasuk Digitalisasi IT
- Survei: 58 Persen Perusahaan Indonesia Manfaatkan Teknologi Manajemen Rantai Pasok, Apa Untungnya?
- Strategi BUMN Semen Jadikan Keberlanjutan Jadi Acuan Bisnis dan Operasional
Properti, kendaraan bermotor dan kredit merupakan tiga lini bisnis terbesar di industri asuransi umum Indonesia. Namun, Indonesia Re melihat potensi pertumbuhan terbesar untuk bisnis treaty dan facultative masih didominasi oleh lini bisnis properti.
Tidak banyak premi asuransi kendaraan bermotor yang mengalir ke reasuransi, mengingat harga pertanggungan yang relatif kecil sehingga dapat ditahan oleh perusahaan asuransi.
Sementara itu, lini bisnis asuransi kredit memang berpotensi memberikan premi reasuransi yang besar pasca terbitnya POJK no.20 tahun 2023.
"Namun demikian, Indonesia re akan sangat berhati-hati dalam memulai kembali menyalurkan kapasitas reasuransi mengingat portofolio kredit yang bersifat sistemik dan sangat sulit untuk dikelola. Adalah sangat penting untuk tidak terjatuh ke lubang yang sama akibat pengelolaan risiko yang tidak prudent dimasa lalu," katanya.
Beberapa hal yang menjadi perhatian Indonesia Re terkait reasuransi kredit adalah pentingnya membatasi periode reasuransi atau boundaries of contract menjadi annual, penguatan ketentuan subrogasi, treaty customization mengikuti jenis kredit atau pembiayaan serta transparansi yang maksimum.
Indonesia Re belum lama ini urut berpartisipasi dalam kegiatan 28th Indonesia Rendezvous yang diselenggarakan oleh Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI). Acara ini merupakan salah satu platform strategis pertemuan para pelaku Industri Asuransi & Reasuransi Umum berskala global, sekaligus untuk membahas perkembangan terbaru di industri perasuransian serta menjalin kemitraan yang lebih kuat.
"Pada penyelenggaraan Hospitality Suite di Indonesia Rendezvous bukan hanya tentang berbagi informasi satu arah, tetapi juga menjadi salah satu wadah dan rangkaian komunikasi dengan para klien kami. Hal ini sangat penting bagi kami dalam menginformasikan kebijakan yang lebih baik bagi industri secara keseluruhan untuk tahun 2025," ujar Delil.
Keberadaan Hospitality Suite Indonesia Re di Indonesia Rendezvous berfungsi sebagai platform komunikasi yang sangat efektif bagi Indonesia Re untuk meninjau kembali kebijakan yang telah diterapkan selama satu tahun, serta memperkenalkan rencana strategis untuk tahun berikutnya.
Renewal Treaty 2025
Salah satu fokus utama dalam keberadaan Hospitality Suite di Indonesia Rendezvous adalah untuk menyampaikan update informasi dan diskusi proses renewal treaty untuk tahun 2025.
Delil juga menyoroti kembali pengalaman selama pandemi Covid-19 yang mempengaruhi struktur bisnis Indonesia Re, di mana kapasitas yang diberikan kepada perusahaan asuransi terlalu besar dibandingkan dengan retensi yang ditahan.
"Ini menyebabkan ketidakseimbangan dalam pembagian risiko. Oleh karena itu, sejak 2023 kami mulai melakukan restrukturisasi treaty-nya, memastikan keseimbangan antara kapasitas dan retensi perusahaan asuransi," ungkapnya.
Dengan pembaruan kebijakan ini, Indonesia Re juga telah menerapkan full bordereaux reporting dari perusahaan asuransi serta pembatasan co-insurance untuk lebih mengontrol akumulasi risiko.
"Kami belajar banyak dari pandemi dan siap untuk mengimplementasikan kebijakan yang lebih ketat untuk memastikan stabilitas di tahun-tahun mendatang,"
"Pada tahun 2024, kami telah melakukan perubahan signifikan dalam Treaty, seperti restrukturisasi, koreksi harga, serta peningkatan manajemen akumulasi risiko," tutupnya.