Kebutuhan Energi Fosil Dunia Diperkirakan Turun 40 tahun Mendatang
Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk, Arviyan Arifin mengatakan, kebutuhan energi fosil 40 tahun mendatang akan mengalami perlambatan. Hal ini terjadi karena berbagai negara mulai beralih mengembangkan energi baru terbarukan (EBT) sebagai alternatif sumber energi yang dianggap lebih ramah lingkungan.
Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk, Arviyan Arifin mengatakan, kebutuhan energi fosil 40 tahun mendatang akan mengalami perlambatan. Hal ini terjadi karena berbagai negara mulai beralih mengembangkan energi baru terbarukan (EBT) sebagai alternatif sumber energi yang dianggap lebih ramah lingkungan.
"Sampai 2040 kita lihat kebutuhan energi dunia ini mengalami perlambatan yang cukup besar, hanya tumbuh 0,3 persen," kata Arviyan dalam Webinar Potret Energi Indonesia di acara Tempo Energy Day 2020, Jakarta, Rabu (21/10).
-
Kapan Agro Wisata Bhumi Merapi buka? Tempat ini buka mulai pukul 09.00 hingga pukul 17.00 WIB setiap hari.
-
Di mana letak Agrowisata Bhumi Merapi? Ini merupakan tempat wisata edukasi yang terletak di lereng Gunung Merapi.
-
Bagaimana situs Bukit Kerang terbentuk? Sampah-sampah ini berupa kerang atau remis yang seiring berjalannya waktu terus menumpuk hingga membentuk bukit.
-
Di mana Bukit Idaman Gisting berada? Lokasinya sekitar 78 km dari Kota Bandar Lampung.
-
Apa isi dari Bubur Ase? Mengutip Instagram Majalah Jakita Pemrov DKI Jakarta, Bubur Ase merupakan kuliner bubur nasi yang diberi isian sayur berupa irisan timun, tauge, selederi dan asinan sawi. Selanjutnya bubur nasi beserta isiannya disiram kuah semur berisi daging sapi dan potongan tahu putih.
-
Di mana Bukit Santiong terletak? Obyek wisata yang terletak di Subang, Jawa Barat ini menawarkan panorama alam yang begitu menawan.
Padahal, 15 tahun yang lalu, penggunaan energi fosil tumbuhnya mencapai 10-15 persen. Sebaliknya terjadi pada EBT yang diperkirakan tumbuh 12 persen dalam 40 tahun mendatang.
Arviyan menjelaskan, penggunaan fosil sebagai sumber energi banyak digunakan negara-negara berkembang seperti Indonesia dan beberapa negara maju lainnya. Namun, tren penggunaan fosil sebagai sumber energi mulai ditinggalkan negara maju seperti Amerika Serikat dan China.
Menurutnya, tren ini juga mau tidak mau harus juga diikuti Indonesia karena adanya sejumlah komitmen dengan negara-negara maju. "Di kita mau tidak mau, tantangan ini harus dihadapi, Bagaimana memenuhi kebutuhan dan bagaimana baurannya dengan Paris Agreement dan lain-lain," kata dia.
Maka, penggunaan energi fosil yang dilakukan harus dikelola secara optimal. Lagi pula, penggunaan batubara sebagai sumber energi juga masih tumbuh di negara-negara Asia.
Indonesia Masih Ketergantungan Sumber Energi Fosil
Saat ini, bauran energi dari fosil yang digunakan Indonesia masih 65 persen. Di sisi lain, pemerintah Indonesia juga sudah mulai mengembagkan EBT untuk kebutuhan listrik nasional. Pada tahun 2025 pemerintah menargetkan penggunaan EBT sebagai sumber energi sudah mencapai 23 persen.
"Pada tahun 2025 bauran ini akan berbeda, EBT sudah 23 persen dan pada 2028 akan lebih tinggi lagi," kata dia.
Sayangnya, kata Arviyan peningkatan tersebut belum bisa menurunkan ketergantungan Indonesia akan penggunaan fosil untuk memenuhi kebutuhan energi. Permintaan listrik yang masih tinggi menjadi faktor utama. Sehingga ketergantungan fosil dalam pemenuhan energi di Indonesia masih akan tumbuh di angka 5,2 persen pada 25 tahun ke depan.
"Maka ketergantungan ke batubara masih tinggi meski bauran turun 54 persen dari yang sekarang 65 persen karena masih akan tumbuh 5,2 persen selama 25 tahun ke depan," kata dia mengakhiri.
(mdk/azz)