Kejar Bauran EBT, PLTU di Jawa Tengah Campur Bahan Bakar Batu Bara dengan Biomassa
PLTU Adipala terus berinovasi menjadi PLTU, yang lebih ramah lingkungan dengan memanfaatkan biomassa sebagai bahan bakarnya.
Cofiring menjadi salah satu green booster dalam program percepatan peningkatan energi terbarukan dengan minimum investasi, dikarenakan menggunakan fasilitas yang sudah ada.
Kejar Bauran EBT, PLTU di Jawa Tengah Campur Bahan Bakar Batu Bara dengan Biomassa
Kejar Bauran EBT, PLTU di Jawa Tengah Campur Bahan Bakar Batu Bara dengan Biomassa
- Terungkap, Ini Manfaat Sebenarnya Penggunaan Limbah Jadi Bahan Bakar PLTU Jeranjang
- Inovasi Baru, Limbah Tandan Sawit Digunakan Jadi Bahan Bakar PLTU Pengganti Batu Bara
- PLTU Ini Ganti Bahan Bakar Batu Bara dengan Sampah dan Limbah Uang Kertas, Emisi CO2 Langsung Turun 555.000 Ton
- Gantikan Batu Bara, 30 Ton Olahan Sampah Dipasok ke Pabrik SBI untuk Jadi Bahan Bakar
PT PLN Indonesia Power terus mengejar target bauran energi baru dan terbarukan (EBT) melalui program pencampuran bahan bakar (cofiring) batu bara dengan biomassa di PLTU Adipala, Cilacap, Jawa Tengah.
Direktur Utama PLN Indonesia Power, Edwin Nugraha Putra mengatakan, cofiring menjadi salah satu green booster dalam program percepatan peningkatan energi terbarukan dengan minimum investasi, dikarenakan menggunakan fasilitas yang sudah ada.
"PLN Indonesia Power terus lakukan manuver untuk mencapai target bauran EBT di 2025. Kami juga jalankan program cofiring yang dijadikan sebagai salah satu green booster dalam program percepatan peningkatan energi terbarukan," kata Edwin dikutip dari Antara, Sabtu (10/2).
PLTU Adipala telah mendapatkan Piagam Penghargaan Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) atas penggunaan limbah racik uang kertas (LRUK) terbanyak yaitu 100 ton sebagai substitusi energi primer.
Dalam kunjungannya ke PLTU Adipala, Ketua Komisi VII DPR Sugeng Suparwoto mengatakan PLTU Adipala terus berinovasi menjadi PLTU, yang lebih ramah lingkungan dengan memanfaatkan biomassa sebagai bahan bakarnya, sehingga emisi yang dihasilkan dapat terus ditekan di tengah kebutuhan listrik yang meningkat.
"Kita dorong dan kita upayakan PLTU Adipala ini dapat mencapai 100 persen firing biomass seperti empat PLTU lainnya yang telah mencapai 100 persen," kata Sugeng.
Dia pun memandang PLN Indonesia Power serius menekan emisi PLTU Adipala, karena selain telah menggunakan teknologi supercritical yang efisien, juga menerapkan cofiring biomassa.
"Saya lihat upaya-upayanya sudah luar biasa, di sini sudah supercritical dan cofiring biomassa juga diterapkan," ujar Sugeng, yang hadir bersama Anggota Komisi VII Abdul Kadir Karding dan Rofik Hananto.
Selain itu, abu sisa pembakaran batu bara atau fly ash and bottom ash (FABA) PLTU Adipala juga telah dimanfaatkan sebagai produk campuran bahan baku untuk keperluan pembangunan infrastruktur.
"PLTU Adipala telah memanfaatkan FABA menjadi produk-produk batu bata untuk berbagai keperluan infrastruktur. Bagus sekali dan juga dalam rangka memenuhi kebutuhan ESG atau environment, social, and governance," katanya lagi.
Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Wanhar mengungkapkan PLTU Adipala telah melakukan inovasi dengan memanfaatkan berbagai sumber biomassa mulai dari kayu hasil serbuk gergaji hingga LRUK, yang sejalan dengan program pemerintah menurunkan emisi.
Menurut dia, pemanfaatan LRUK merupakan terobosan baru dan pasokannya pun terjamin, sebab berdasarkan data Bank Indonesia, dalam satu tahun ada 6.000 ton LRUK.
"Cofiring dengan limbah uang kertas ini pertama kali dan cukup sustain, karena ada 6.000 ton per tahun, mudah-mudahan menjadi alternatif biomassa yang akan memenuhi cofiring PLTU Adipala," ujarnya.
Saat ini, PLTU Adipala terus menaikkan target tonase dan kWh hijau untuk cofiring.
Oleh dari itu, diperlukan tambahan material bahan bakar dari berbagai jenis biomassa, salah satunya LRUK yang bekerja sama dengan Bank Indonesia Purwokerto sejak 2023.
Nilai kalor LRUK cukup tinggi, yaitu 3.901 kkal/kg (ar) atau lebih tinggi dari sawdust 2.500 kkal/kg (ar), sehingga dalam setahun dihasilkan energi 21.679.027,3 Mkal atau 25.201,9 MWh.