Kelangkaan Solar Subsidi Diduga Akibat Pertamina Kurangi Pasokan
Pengamat Ekonomi Energi dan Pertambangan Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi menduga permasalahan kelangkaan solar bersubsidi dalam beberapa waktu terakhir diakibatkan oleh pengurangan stok yang dilakukan PT Pertamina Patra Niaga (PPN).
Pengamat Ekonomi Energi dan Pertambangan Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi menduga permasalahan kelangkaan solar bersubsidi dalam beberapa waktu terakhir diakibatkan oleh pengurangan stok yang dilakukan PT Pertamina Patra Niaga (PPN). Hal ini untuk menekan subsidi akibat kian mahal minyak dunia.
"Ada kecenderungan terjadinya kelangkaan Solar Bersubsidi bersamaan dengan meroketnya harga minyak dunia. Faktor kebetulan ini semakin menguatkan indikasi bahwa, ada strategi Pertamina mengurangi pasokan untuk menekan kerugian akibat biaya produksi semakin membengkak di tengah mahalnya harga minyak dunia," ujarnya kepada Merdeka.com, Jakarta, Selasa (29/3).
-
Kapan Pertamina Patra Niaga menjalankan program Subsidi Tepat untuk JBT Solar? Subsidi Tepat JBT Solar sudah diuji coba sejak tahun 2022 dan berjalan secara nasional di 514 Kota dan Kabupaten untuk penggunaan QR Code pada Bulan Juli 2023 lalu. Sepanjang tahun 2023, hampir 14 juta KL transaksi Solar sudah tercatat secara digital.
-
Mengapa Pertamina Patra Niaga melakukan inovasi dalam penyaluran BBM dan LPG bersubsidi? “Pertamina secara berkelanjutan akan memonitor dan mengevaluasi proses distribusi subsidi energi. Inovasi akan terus dilakukan. Semua ini tujuannya agar subsidi energi tepat sasaran yang kemudian dapat membantu daya beli masyarakat dan produktivitas pelaku usaha kecil,“ jelas Fadjar.
-
Siapa yang akan menentukan kriteria pengguna BBM Pertalite dan Solar Subsidi? Rencananya, kriteria pengguna BBM Pertalite dan Solar Subsidi akan ditentukan berdasarkan Cubicle Centimeter (CC).
-
Mengapa Pertamina mengkaji peningkatan kadar oktan BBM Subsidi? “Kalau misalnya dengan harga yang sama, tapi masyarakat mendapatkan yang lebih baik, dengan octan number lebih baik." Nicke menegaskan, Program Langit Biru Tahap 2 ini merupakan kajian internal di Pertamina dan untuk implementasinya nantinya akan diusulkan kepada pemerintah, dan nantinya akan jadi kewenangan pemerintah untuk memutuskan.
-
Bagaimana Pertamina Patra Niaga memastikan penyaluran BBM dan LPG subsidi lebih transparan? “Ini menjadi upaya bagaimana Pertamina Patra Niaga memastikan penyaluran BBM dan LPG bersubsidi semakin transparan penyalurannya. Dengan adanya subsidi dan kuota yang sudah ditetapkan, melalui Subsidi Tepat Pertamina Patra Niaga ini berkomitmen menyediakan data penyaluran yang se-transparan mungkin, ini menjadi bukti validitas data dan bentuk tanggung jawab kami terhadap penugasan yang diberikan,” lanjut Riva.
-
Di mana Pertamina Patra Niaga akan memindahkan fasilitas penerimaan BBM dan Avtur? Adapun dalam kerjasama ini, Pelindo sebagai pengembang kawasan Benoa akan menyediakan lahan, alur pelayaran, fasilitas dermaga, fasilitas oil transfer equipment, fasilitas HSSE, serta Lindung Lingkungan Perairan untuk digunakan Pertamina Patra Niaga dalam kegiatan penerimaan BBM dan Avtur melalui dermaga di Benoa Utara.
Fahmy menyatakan, dugaan terjadinya pengurangan stok ini semakin menguat menyusul pernyataan Pejabat sementara (Pjs) Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting yang mengimbau masyarakat untuk menghemat penggunaan solar bersubsidi di tengah mahalnya harga minyak dunia.
"Indikasi ini makin menguat dengan pernyataan Ginting yang mengimbau masyarakat untuk lebih hemat menggunakan Solar Subsidi karena harga minyak dunia saat ini sangat mahal," tekannya.
Dia pun mengingatkan, kelangkaan solar bersubsidi akan menyebabkan proses distribusi barang hingga sembako menjadi terhambat. Hal ini berpotensi makin menyulut kenaikkan harga-harga kebutuhan pokok, yang sebelumnya sudah mengalami kenaikkan signifikan.
"Kalau benar, strategi itu sesungguhnya amat sangat blunder. Pasalnya, pengguna Solar Subsidi selain Nelayan, juga truk pengangkut barang untuk distribusi kebutuhan bahan-pokok," ucapnya.
Untuk mencegah kenaikkan harga-harga kebutuhan pokok akibat tersumbatnya distribusi, Pemerintah melalui BPH Migas diminta memperketat pengawasan terhadap Pertamina dalam penyaluran Solar Subsisdi. Sehingga, kelangkaan dapat segera dihentikan dalam waktu dekat ini.
Sementara itu, Pejabat sementara (Pjs) Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting masih belum memberikan tanggapan ihwal penyebab kelangkaan solar bersubsidi hingga berita diturunkan.
Sebelumnya, Kelangkaan BBM solar bersubsidi terus terjadi di Pekanbaru. Antrean kendaraan untuk mendapatkannya terjadi di sejumlah SPBU, bahkan panjangnya mencapai 2 kilometer.
Antrean kendaraan berbahan bakar solar di Pekanbaru terjadi sejak beberapa pekan lalu seusai BPH Migas lewat Pertamina mengurangi pasokan solar bersubsidi. Kondisinya diperparah karena antrean tidak diikuti pengaturan lalu lintas. Kemacetan tidak terhindarkan.
Baca juga:
Kurangi Antrean di SPBU, Dirut Pertamina Janji Suplai Solar Meski Sudah Lebihi Kuota
Dirut Pertamina Buka-bukaan soal Penyebab Kelangkaan Solar
Stok Aman, Pertamina Pastikan Tak Ada Kelangkaan Solar di Bogor
Solar Langka, Antrean Truk di SPBU Bengkulu Capai Ratusan Meter
BBM Solar Langka di Pekanbaru, Antrean di SPBU hingga 2 Km
Harga Solar Terbaru di Berbagai Wilayah Indonesia, Pertamina Dex dan Dexlite