Kelapa Sawit Setor Devisa Rp300 Triliun per Tahun dan Serap 16 Juta Tenaga Kerja
Koordinator Generasisawit, Luthfi Harisma mengatakan, kelapa sawit telah terbukti bertahan di masa sulit pandemi Covid-19. Hasil devisa ekspor sawit mampu mencapai Rp 300 triliun per tahun serta mampu menyerap tenaga kerja dan petani hingga 16 juta orang.
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas ekonomi kerakyatan. Dengan adanya kelapa sawit, infrastruktur, perekonomian, bahkan tingkat edukasi di daerah terpencil menjadi meningkat.
Koordinator Generasisawit, Luthfi Harisma mengatakan, kelapa sawit telah terbukti bertahan di masa sulit pandemi Covid-19. Hasil devisa ekspor sawit mampu mencapai Rp 300 triliun per tahun serta mampu menyerap tenaga kerja dan petani hingga 16 juta orang.
-
Apa yang menjadi salah satu solusi untuk kemacetan di Jakarta? Wacana Pembagian Jam Kerja Salah satu ide yang diusulkan Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono adalah pembagian jam masuk kerja para pekerja di Jakarta. Menurutnya, cara itu bisa mengurangi kemacetan hingga 30 persen.
-
Kapan kemacetan di Jakarta terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Di mana kemacetan parah di Jakarta sering terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Dimana lokasi wisata Kota Tua Jakarta? Kota Tua terletak di Jakarta Pusat, wilayah utara.
-
Dimana saja lokasi kemacetan yang paling parah di Jakarta? Kondisi kemacetan lalu lintas kendaraan pada jam pulang kerja di Jalan Gatot Subroto, Jakarta
"Produk turunannya digunakan dalam barang konsumsi sehari-hari masyarakat sehingga harganya menjadi terjangkau," kata dia dalam sebuah diskusi ditulis Minggu (31/10).
Melihat besarnya kontribusi sawit, Luthfi Harisma khawatir narasi negatif yang gencar terhadap sawit berisiko buruk bagi perkembangan ekonomi nasional dan daerah. Lutfi juga berpendapat bahwa stigma negatif tersebut dapat dimanfaatkan oleh negara-negara kompetitor Indonesia dalam persaingan minyak nabati dunia.
"Stigma negatif yang dilontarkan Green Peace dan LSM anti sawit secara terus menerus, berpotensi melemahkan upaya pemulihan ekonomi Indonesia khususnya di masa pandemi saat ini," tegas Luthfi.
Luthfi mencontohkan, kampanye anti biodiesel dan sawit yang dilontarkan Green Peace baru-baru ini yang menuding biodiesel sawit meningkatkan deforestasi. "Informasi yang disampaikan tidak valid dan tidak akurat," tegas Luthfi.
Menurut Luthfi, data menunjukkan pada tahun 2017 sampai dengan 2020, laju deforestasi Indonesia stabil dan bahkan menurun tajam 75 persen di tahun 2019-2020,0pada periode yang sama di mana Indonesia menerapkan mandatori biodiesel sawit B20 dan kemudian meningkat menjadi B30.
"Jadi jelas, tidak ada korelasi antara peningkatan konsumsi biodiesel dari sawit dengan peningkatan deforestasi," lanjut Luthfi menerangkan.
Meski begitu, dia memahami banyak pihak anti sawit yang iri dengan kelapa sawit, termasuk LSM. Terlebih kelapa sawit merupakan komoditas yang miliki banyak keunggulan kompetitif. "Anak muda harus membuka mata dan menyadari betapa pentingnya peran kelapa sawit, jangan mudah menerima dengan bulat informasi negatif sawit dari LSM," kata Luthfi.
Sertifikat Berkelanjutan
Ketua Bidang Pemasaran dan Promosi APROBI, Irma Rachmania menambahkan, ditinjau dari aspek sustainability, kelapa sawit merupakan komoditas minyak nabati yang dituntut memiliki sertifikat berkelanjutan. Sementara minyak nabati lain seperti minyak kedelai, tidak dituntut demikian.
"Ketika mereka menggunakan minyak kelapa sawit harus dinyatakan berkelanjutan, sedangkan untuk minyak zaitun, kedelai, mereka tidak menyebutkan minyak berkelanjutan. Inikan standar ganda sebenarnya," tegas Irma Rachmania.
Sementara itu, disampaikan Irma, masyarakat Indonesia dan generasi muda harus bangga, karena Indonesia merupakan negara pertama di dunia yang berhasil mencampurkan minyak nabati ke dalam minyak fosil sampai dengan 30 persen.
Lalu pertanyaannya, mengapa biodiesel sawit masih menjadi sasaran black campaign oleh LSM anti sawit. Pegiat Lingkungan, Fransisca Simanjuntak menyampaikan, 30 persen minyak yang ada pada B30 berasal dari tanaman kelapa sawit, yang melalui proses fotosintesis. "Sebagai tanaman, kelapa sawit berfotosintesis. Selama berfotosintesis, kelapa sawit sudah menyerap karbon," katanya.
Kelapa sawit menghasilkan minyak yang bisa dipakai untuk mengurangi pemakaian batubara dan minyak fosil yang dalam prosesnya tidak berfotosintesis dan tidak menyerap karbondioksida. “Jadi, siapa yang menyerap karbon? Ya, kelapa sawit," tegas Fransisca.
(mdk/idr)