Kelaparan Ekstrem, Warga Palestina yang Terjebak di Jalur Gaza Terpaksa Memakan Rumput
Tentara Israel tetap berencana memperluas serangan ke wilayah Gaza bagian selatan di tengah minimnya pasokan makanan, air, dan perawatan medis.
Di tengah kekhawatiran akan terjadinya invasi darat di Rafah, ActionAid juga memperingatkan bahwa setiap peningkatan serangan Israel terhadap wilayah tersebut bisa memicu kelaparan yang lebih buruk.
Kelaparan Ekstrem, Warga Palestina yang tTerjebak di Jalur Gaza Terpaksa Memakan Rumput
Kelaparan Ekstrem, Warga Palestina yang tTerjebak di Jalur Gaza Terpaksa Memakan Rumput
- Israel Bunuh 10 Warga Palestina Saat Antre Membeli Tepung di Gaza Selatan
- Jumlah Pemukim Yahudi Baru di Israel Berkurang 50 Persen, Mereka Takut Datang dan Menetap Sejak Agresi di Gaza
- 1.760 Jasad Warga Palestina di Gaza Hilang 'Menguap' Tanpa Jejak, Ternyata Ini Penyebabnya
- Menteri Israel Serukan Tentara Tembak Anak-Anak dan Perempuan Gaza yang Dekati Perbatasan
Cara ekstrem ini dilakukan sebagai upaya untuk mencegah kelaparan ketika Israel terus menghambat pengiriman bantuan kepada warga sipil di wilayah tersebut, demikian peringatan ActionAid.
Di tengah kekhawatiran akan terjadinya invasi darat di Rafah, ActionAid juga memperingatkan bahwa setiap peningkatan serangan Israel terhadap wilayah tersebut bisa memicu kelaparan yang lebih buruk.
Meski demikian, tentara Israel tetap berencana memperluas serangan ke wilayah Gaza bagian selatan di tengah minimnya pasokan makanan, air, dan perawatan medis. Alhasil di Rafah, tempat lebih dari 1,4 juta warga Palestina kini tinggal di tenda-tenda darurat.
"Masyarakat sekarang sangat putus asa sehingga mereka makan rumput sebagai upaya terakhir untuk mencegah kelaparan,” jelas Riham Jafari, koordinator advokasi dan komunikasi di ActionAid Palestine dalam sebuah pernyataan dilansir Middle East Monitor, Minggu (11/2).
Dia menyebut, setiap orang di Gaza sekarang kelaparan, dan orang-orang hanya mendapat 1,5 hingga 2 liter air per hari untuk memenuhi semua kebutuhan mereka.
Di sisi lain, kepadatan penduduk wilayah Gaza sangat ekstrem, ruang yang tersedia hanya dapat digunakan untuk tenda, beberapa di antaranya dapat menampung hingga 12 orang.
Ribuan orang hidup berdesakan di tempat penampungan yang semakin tidak sehat, dimana ratusan orang berbagi satu toilet.
"Tanpa makanan yang cukup dan pakaian yang memadai untuk cuaca dingin dan hujan, masyarakat lebih rentan terhadap penyakit dan infeksi yang menyebar dengan cepat ke seluruh populasi," ujarnya.
Atas situasi tersebut, kelompok kemanusiaan tersebut mengaku prihatin. Mereka berharap Israel dapat menghentikan invasi jalur darat di wilayah Gaza.
"Kami sangat prihatin dengan laporan potensi invasi darat di Rafah dan peningkatan serangan udara di wilayah tersebut. Mari kita perjelas: setiap peningkatan permusuhan di Rafah, tempat lebih dari 1,4 juta orang mengungsi, akan menjadi bencana besar. Ke mana lagi penduduk Gaza yang kelelahan dan kelaparan harus pergi?," tanya Jafari.