Kemenaker: Tak kerja 5 bulan, 508 buruh Panasonic masih terima upah
Mereka masih dalam proses perundingan penyelesaian PHK.
Pemerintah memastikan Panasonic tetap memenuhi kewajibannya pada sekitar 508 pekerja. Meskipun ratusan pekerja itu sudah tak produktif bekerja sejak 4-5 bulan lalu lantaran Panasonic tengah melakukan restrukturisasi bisnis.
"Pekerja masih menerima upah, tunjangan pokok, jaminan kesehatan dan lainnya. Mereka masih dalam proses perundingan apakah ingin sukarela mengundurkan diri atau direlokasi ke pabrik lain," kata Direktur Pencegahan dan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Kementerian Ketenagakerjaan Sahat Sinurat dalam diskusi bertajuk: PHK dan Perekonomian Kita, Jakarta, Sabtu (6/2).
-
Siapa yang terlibat dalam kecurangan Toshiba? Dilansir dari BBC, Jumat (23/02), mulanya pada tahun 2015, ketika kecurangan akuntansi terungkap di berbagai divisi perusahaan dan melibatkan manajemen tingkat atas. Selama tujuh tahun, Toshiba telah menggelembungkan laba sebesar USD1,59 miliar dan pada tahun 2020 lebih banyak penyimpangan akuntansi yang terungkap. Selain itu, tuduhan-tuduhan terkait tata kelola perusahaan dan pengambilan keputusan pemegang saham juga mencuat. Investigasi tahun 2021 menemukan bahwa Toshiba telah berkolusi dengan kementerian perdagangan Jepang untuk menekan kepentingan investor asing.
-
Mengapa Toshiba bangkrut? Kecurangan itu mulai terendus pada 2015. Berikut rentetan awal mula Toshiba terpuruk lalu bangkrut. Dulu, nama Toshiba melambangkan keunggulan dalam dunia elektronik. Televisi, komputer, sistem speaker, dan berbagai barang elektronik lainnya diproduksi oleh perusahaan ini.Maka tak heran, menjadikannya salah satu pilar dominasi industri elektronik Jepang yang disebut "Japan Inc". Namun, setelah 74 tahun berkiprah di bursa saham Tokyo, era gemilang Toshiba telah berakhir.
-
Apa saja contoh kerja sama di bidang ekonomi antara Indonesia dan Malaysia? Dalam bidang ekonomi, perdagangan, dan investasi, Malaysia merupakan partner perdagangan terbesar kedua Indonesia, dengan jumlah investasi ke-5 di tahun 2022 di ASEAN.
-
Kapan Toshiba mulai terpuruk? Kecurangan itu mulai terendus pada 2015. Berikut rentetan awal mula Toshiba terpuruk lalu bangkrut. Dulu, nama Toshiba melambangkan keunggulan dalam dunia elektronik. Televisi, komputer, sistem speaker, dan berbagai barang elektronik lainnya diproduksi oleh perusahaan ini.Maka tak heran, menjadikannya salah satu pilar dominasi industri elektronik Jepang yang disebut "Japan Inc". Namun, setelah 74 tahun berkiprah di bursa saham Tokyo, era gemilang Toshiba telah berakhir.
-
Apa dampak PHK di perusahaan teknologi pada karyawan? Tidak hanya perusahaan kecil, raksasa teknologi seperti Apple, Microsoft, dan Google juga terus mengurangi jumlah karyawan mereka tahun ini, meskipun telah mengumumkan PHK massal tahun lalu.
-
Bagaimana proses Toshiba bangkrut? Dilansir dari BBC, Jumat (23/02), mulanya pada tahun 2015, ketika kecurangan akuntansi terungkap di berbagai divisi perusahaan dan melibatkan manajemen tingkat atas. Selama tujuh tahun, Toshiba telah menggelembungkan laba sebesar USD1,59 miliar dan pada tahun 2020 lebih banyak penyimpangan akuntansi yang terungkap. Selain itu, tuduhan-tuduhan terkait tata kelola perusahaan dan pengambilan keputusan pemegang saham juga mencuat. Investigasi tahun 2021 menemukan bahwa Toshiba telah berkolusi dengan kementerian perdagangan Jepang untuk menekan kepentingan investor asing. Pada tahun 2016, Toshiba dihadapkan pada krisis terkait bisnis nuklirnya setelah unit Amerika, Westinghouse Electric, mengajukan kebangkrutan. Hal tersebut menyebabkan kewajiban lebih dari $6 miliar bagi Toshiba. Perusahaan ini akhirnya menjual beberapa bisnisnya, termasuk telepon seluler, sistem medis, dan barang-barang rumah tangga. Toshiba bahkan terpaksa menjual unit chipnya, Toshiba Memory dalam sebuah kesepakatan yang tertunda karena perselisihan dengan mitranya. Padahal, bisnis chip merupakan salah satu aset paling bernilai bagi Toshiba. Di tengah era di mana perusahaan-perusahaan berinvestasi besar-besaran dalam teknologi dan inovasi masa depan, Toshiba justru terpaksa menjual asetnya untuk mendapatkan uang tunai. Meskipun berhasil mendapatkan suntikan dana sebesar $5,4 miliar pada tahun 2017 dari investor asing, hal tersebut berarti pemegang saham memiliki lebih banyak pengaruh pada perusahaan. Setelah perdebatan panjang, Toshiba membentuk sebuah komite untuk menjajaki kemungkinan menjadikan perusahaan tersebut perusahaan swasta. Pada Juni 2022, Toshiba menerima delapan proposal pembelian, termasuk dari sekelompok investor Jepang yang dipimpin oleh Japan Investment Corp (JIC) yang didukung negara senilai $14 miliar. Rencana masa depan Toshiba dengan pemilik baru masih belum jelas. Namun, layanan digital dengan margin tinggi kemungkinan akan menjadi fokus utama. JIC memiliki rekam jejak dalam mengembangkan bisnis dari pabrikan besar, seperti divisi laptop Sony dan unit kamera Olympus. Meskipun demikian, proses restrukturisasi ini bukanlah perkara mudah. Toshiba bukan hanya sebuah perusahaan elektronik biasa dengan sejumlah 106.000 karyawan dan beberapa operasi yang dianggap penting untuk keamanan nasional, langkah-langkah selanjutnya perusahaan ini akan menjadi sorotan bagi banyak pihak yang terlibat.
Sahat menambahkan, prinsipnya, pemerintah menolak perusahaan memangkas karyawan. Atas dasar itu, dia memastikan pihaknya bakal selalu memantau proses perundingan tersebut.
"Dan melakukan koordinasi dengan Dinas Tenaga Kerja setempat untuk secepatnya antisipasi kalau perundingan tak capai kesepakatan."
Rachmat Gobel, Chairman Panasonic Gobel, membantah telah terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawannya. Panasonic hanya melakukan restrukturisasi bisnis.
"Jadi tak benar kami menutup pabrik," katanya.
Dia menjelaskan, Panasonic hanya memindahkan pabrik di Cikarang dan Pasuruan ke Bogor, Jawa Barat. Ini agar perusahaan bisa fokus memproduksi lumined dan lampu LED Panasonic.
Nah, selama ini, pabrik Pasuruan memproduksi lampu CFL. Belakangan, permintaan lampu jenis itu di pasar domestik dan Jepang terus merosot.
"Dalam persaingan di industri, kami harus selalu mengembangkan produk, efisien, dan efektif," katanya. "Sementara, ongkos produksi LED mendekati CFL, namun lebih ramah lingkungan. Makanya yang tadinya tiga menjadi dua pabrik."
Akibatnya, ada sekitar 500 karyawan memilih berhenti. Ini lantaran tak bersedia dipindahkan ke pabrik lain yang notabene jauh dari tempat tinggal.
"Dari 15 ribu karyawan hanya 500 orang yang sukarela mengundurkan diri dan kami bayar pesangonnya."
(mdk/yud)