Kenaikan tarif listrik ganggu target inflasi 2014
Pemerintah berencana menaikkan tarif listrik untuk konsumen industri sekitar 8,6-13,3 persen setiap dua bulan mulai Mei.
Ekonom Bank DBS Gundy Cahyadi memproyeksi, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) akan terus bergerak moderat. Selain itu, dampak dari kenaikan harga BBM tahun lalu sudah mereda.
Menurutnya, tren inflasi dari tiga komponen utama dari IHK yakni pangan, perumahan/sarana, dan transportasi serta komunikasi, terus menunjukkan tren menurun. "Selain itu, inflasi inti menunjukkan bahwa ekspektasi inflasi menurun. Dengan demikian, kami memperkirakan inflasi di angka 6,4 persen tahun ini," kata Gundy, Jakarta, Rabu (26/3).
Meskipun demikian, menurut Gundy, risiko kenaikan inflasi masih tetap ada. Hal ini menyusul rencana pemerintah untuk meningkatkan tarif listrik untuk konsumen industri sekitar 8,6-13,3 persen setiap dua bulan mulai Mei.
"Dampak paling besar kemungkinan akan dirasakan pada perumahan atau sarana komponen IHK, meskipun dampak ke sektor lain selalu terjadi," tutur Gundy.
Perubahan yang diusulkan dari skema subsidi BBM juga perlu dipantau. Berdasarkan rencana baru, pemerintah akan mengalihkan subsidi menggunakan basis per liter. Harga BBM bersubsidi akan disesuaikan setiap bulan, sesuai dengan harga pasar. Akan tetapi, pelaksanaan kebijakan ini pada 2014 kemungkinan tidak akan diimplementasikan melihat adanya pemilu mendatang.
"Dalam hal apapun, efek dasar yang tinggi dari tahun lalu berarti bahwa tren inflasi IHK akan turun menuju 5 persen (yoy) pada akhir tahun ini. Hal ini masih di dalam zona aman BI dan secara signifikan lebih rendah dari angka 8 persen yang terlihat pada Desember tahun lalu," tutup Gundy.