Kepanikan saat nilai Rupiah mendekati krisis '98
Kemarin, diambil dari data Bank Indonesia, Rupiah berada di posisi Rp 13.747 per USD.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengakui pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sudah terlalu dalam (overshoot). Dengan kata lain, mata uang garuda telah berada jauh di bawah nilai fundamentalnya (undervalued).
"Menyikapi perkembangan tersebut, Bank Indonesia telah dan akan terus berada di pasar untuk melakukan upaya stabilisasi nilai tukar rupiah," katanya, Jakarta.
Kemarin, diambil dari data Bank Indonesia, Rupiah berada di posisi Rp 13.747 per USD.
Pergantian atau perombakan Kabinet Kerja ternyata belum mampu membuat pasar bergairah. Nilai tukar Rupiah masih saja tertekan dan diprediksi masih akan terus melemah.
Analis NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada mengatakan derasnya sentimen devaluasi Yuan hingga 2 hari berturut-turut akan membuat pelaku pasar lebih memperhatikan sentimen tersebut.
Dia mengakui, pelaku pasar pun kembali was-was dengan pelemahan nilai tukar Rupiah yang berpotensi dapat mengganggu kinerja dari para emiten sekalipun para emiten tersebut telah melakukan hedging.
Sejumlah pihak pun mulai dilanda kepanikan. Berikut merdeka.com akan merangkum sinyal kepanikan tersebut.
-
Bagaimana Pejuang Rupiah bisa menghadapi tantangan ekonomi? "Tidak masalah jika kamu bekerja sampai punggungmu retak selama itu sepadan! Kerja keras terbayar dan selalu meninggalkan kesan abadi."
-
Bagaimana redenominasi rupiah dilakukan di Indonesia? Nantinya, penyederhanaan rupiah dilakukan dengan mengurangi tiga angka nol di belakang, contohnya Rp 1.000 menjadi Rp 1.
-
Apa manfaat utama dari Redenominasi Rupiah untuk mata uang Indonesia? Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah, menyatakan manfaat utama dari redenominasi rupiah adalah untuk mempertahankan harkat dan martabat rupiah di antara mata uang negara lain.
-
Mengapa nilai tukar rupiah menjadi sangat tinggi terhadap dolar di era Soeharto? Sebab, inflasi Indonesia yang terbilang masih cukup tinggi tidak sebanding dengan mitra dagangnya. Akhirnya nilai tukar rupiah menjadi sangat tinggi terhadap dolar dan tidak ada negara yang mau bermitra dengan Indonesia.
-
Mengapa Redenominasi Rupiah sangat penting untuk Indonesia? Rupiah (IDR) termasuk dalam golongan mata uang dengan daya beli terendah. Hal ini semakin menunjukan urgensi pelaksanaan redenominasi rupiah di Indonesia.
-
Apa yang membuat Pejuang Rupiah istimewa? "Makin keras kamu bekerja untuk sesuatu, makin besar perasaanmu ketika kamu mencapainya."
Rupiah ambruk, pemerintah rapatkan barisan
Pemerintah hari ini, Kamis (13/8) menggelar rapat koordinasi Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK). Pemerintah merapatkan barisan untuk menanggulangi dampak kebijakan pemerintah China yang membuat nilai tukar Rupiah anjlok hingga tembus Rp 13.800 per USD.
Rapat tersebut dihadiri Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) C Heru Budiargo.
Bambang mengatakan, rapat kali ini terasa spesial lantaran dihadiri langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution yang ingin mengetahui langkah pasti untuk menjaga stabilitas ekonomi Indonesia. Menurut dia, kondisi makro ekonomi Indonesia masih terkendali, walaupun ada faktor eksternal yang menghantam nilai tukar Rupiah saat ini.
"Memang ada tekanan Rupiah, pasar saham dan pasar surat berharga negara, jadi kami siap memperkuat koordinasi dan mengambil kebijakan sesuai kewenangan masing-masing pasar," ujar dia usai rapat di Kantornya, Jakarta.
Namun, kata dia, pemerintah akan tetap waspada guna menjaga stabilitas keuangan yang terus tertekan karena adanya faktor eksternal. Dia meminta Bank Indonesia untuk terus memantau perkembangan nilai tukar Rupiah terhadap USD.
"BI dan pemerintah ada di pasar untuk jaga SBN. Dalam menjaga pelemahan Rupiah, FKSSK meneguhkan komitmen perkuat sinergi kebijakan dalam rangka menjaga stabilitas keuangan," kata dia.
Pemerintah siaga, siapkan dua kebijakan penangkal pelemahan Rupiah
Nilai tukar Rupiah masih saja melemah hingga sempat menyentuh angka Rp 13.800 per USD. Pelemahan dipicu karena kebijakan pemerintah China yang sengaja melemahkan nilai tukar mata uang Yuan terhadap dolar Amerika (USD).
Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro mengakui pelemahan nilai tukar Yuan turut melemahkan nilai tukar Rupiah terhadap USD. Untuk itu pemerintah bakal mengimplementasikan dua kebijakan guna menepis anjloknya Rupiah terhadap USD.
"Pertama, kami akan mengeluarkan kebijakan meningkatkan investasi pemerintah dan swasta serta mendorong daya beli masyarakat sehingga konsumsi domestik tetap dijaga," ucap Bambang usai rapat koordinasi FKSSK di kantornya, Jakarta.
Kebijakan kedua, Kementerian Keuangan telah menerbitkan kebijakan pengamanan penerimaan pajak dan utang. Reinvesting policy, faktur elektronik, SBN untuk pendalaman pasar dan basis investor. Pemerintah juga bakal mengeluarkan insentif untuk meningkatkan daya beli masyarakat dan mendorong konsumsi domestik.
"Kebijakan makroprudensialnya, kami juga telah menyerahkan aturan dampak gejolak sistem keuangan untuk RUU JPSK kepada DPR," kata dia.
BI catat pelemahan Rupah telah mencapai 10 persen
Pemerintah China melakukan kebijakan pelemahan nilai tukar mata uang atau devaluasi Yuan terhadap Dolar Amerika Serikat. Kebijakan tersebut membuat pasar keuangan bergejolak dan berdampak pada nilai tukar mata uang negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan pemerintah China sudah melakukan dua kali pelemahan nilai tukar mata uang Yuan yaitu 1,9 persen pada 11 Agustus 2015 dan 1,6 persen pada 12 Agustus 2015. Pelemahan tersebut membuat nilai tukar Rupiah sedikit terdepresiasi.
Penyebab lainnya adalah kekhawatiran penyelesaian krisis Yunani dan kebijakan Bank sentral AS untuk menaikkan suku bunga banknya. Dengan begitu, nilai tukar Rupiah telah terdepresiasi mencapai 10,16 persen hingga saat ini.
"Pelemahan tersebut lebih tinggi dari mata uang Won Korea sebesar 8,35 persen, Thailand Baht sebesar 6,62 persen dan Yen Jepang sebesar 3,96 persen," ujar dia usai rapat FKSSK di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta.