Kisah Pemilik San Diego Hills, Pernah Jualan Sepeda Hingga Jadi Bankir
Di balik kesuksesan yang diraih oleh San Diego Hills tentu ada tangan dingin yang menjadi penentu keberhasilan makam mewah tersebut, seorang pendiri sekaligus pemilik San Diego Hills yang menjadi icon pemakaman eksklusif di Indonesia. Yakni Mochtar Riady.
Siapa yang mengetahui San Diego Hills Memorial Park, area pemakaman di Karawang ini terkenal dengan harganya yang fantastis hingga mencapai miliaran rupiah. Pemakaman dengan area lebih dari 350 hektare ini namanya semakin berkibar setelah banyaknya public figure seperti keluarga pejabat, pengusaha, dan juga artis yang dimakamkan di San Diego Hills.
Di balik kesuksesan yang diraih oleh San Diego Hills tentu ada tangan dingin yang menjadi penentu keberhasilan makam mewah tersebut, seorang pendiri sekaligus pemilik San Diego Hills yang menjadi icon pemakaman eksklusif di Indonesia.
-
Bagaimana cara orang kaya ini dimakamkan? Makam ini menyimpan kerangka empat anggota keluarga kaya 'tuan tanah' yang dikremasi dan dikubur bersama dengan lima kereta kencana dan lima kuda.
-
Kenapa orang berpura-pura kaya? Perilaku ini umumnya dilakukan untuk menyembunyikan keterbatasan keuangan mereka.
-
Mengapa makam tersebut diyakini sebagai makam orang kaya? "Ini mungkin adalah anggota kelas pemerintahan Chimu," katanya, menunjuk pada perhiasan yang ditemukan bersama mereka.
-
Bagaimana orang kaya menabung? Orang kaya sangat bijak dalam pengelolaan uang. Mereka selalu mencari cara untuk menghemat.
-
Kenapa orang kaya dimaklumi saat bertengkar? Jika orang kaya bertengkar, orang masih bisa memaklumi. Semua yang mereka inginkan dapat dibeli. Biarkan mereka bertengkar, karena mereka bisa membeli kebahagiaan dengan kekayaan yang mereka miliki," ujar Das'ad dalam ceramahnya.
-
Apa yang menjadi ciri khas orang yang gemar berpura-pura kaya? Satu hal yang membedakan orang-orang ini adalah kecenderungan mereka untuk membahas cita rasa dan gaya hidup yang dianggap elite.
Yakni Mochtar Riady, taipan pemilik Lippo Group yang memiliki lebih dari 50 anak perusahaan dengan karyawan yang diperkirakan lebih dari 50 ribu orang dengan aktivitas bisnis di Indonesia dan juga di kawasan Asia Pasifik, terutama di Hong Kong, Guang Zhou, Fujian dan Shanghai.
Mochtar Riady pun menjadi salah satu konglomerat yang menduduki posisi ke-29 orang terkaya di Indonesia versi Forbes. Berdasarkan Real Time Net Worth Fobes, kekayaan pria berusia 93 tahun ini adalah sebesar USD1,4 miliar atau Rp21 triliun.
Mengutip laman San Diego Hills, Mochtar Riady atau Lie Moe Tie yang lahir di Kota Malang pada tanggal 12 Mei 1929 adalah seorang pengusaha terkemuka di Indonesia, pendiri dan juga presiden komisaris dari Lippo Group. Dia lahir dari seorang ayah yang berprofesi sebagai pedagang batik bernama Li Yamei (1888-1959), dan seorang ibu yang bernama Sibelau (1889-1939). Kedua orangtuanya merantau dari Provinsi Fujian, Cina, dan tiba di Batu, Malang pada tahun 1918.
Pada usia lima bulan, orang tua Mochtar Riady membawanya ke desa leluhur ayahnya di Fujian, dimana kemudian dia tinggal di sana sampai usia enam tahun. Namun pada saat itu, desa leluhurnya di Cina tidak aman karena banyaknya peperangan, nenek beliau mengkhawatirkan masa depan Mochtar Riady kecil, hingga akhirnya mendesak ayahnya membawa Mochtar Riady beserta keluarganya untuk kembali ke Malang.
Sejak usia 10 tahun Mochtar Riady sudah memiliki cita-cita untuk menjadi seorang bankir. Hal ini bermula ketika dia pergi ke sekolah dan melewati gedung megah bergaya eropa. Di sana dia melihat para pegawai yang berpakaian rapi, parlente, dan terlihat sibuk.
Belakangan dia ketahui gedung itu adalah kantor dari Nederlandsche Handels Bank (NHB) dan pegawai yang sering dilihatnya adalah pegawai bank. Dari sana lah obsesi menjadi seorang bankir muncul dan menjadi cita-citanya hingga dewasa.
Di tahun 1947 saat usianya 18 tahun, Mochtar Riady ditangkap oleh pemerintah Belanda dan di buang ke Nanking, Cina. Disana ia menggunakan kesempatan untuk kuliah filosofi di University of Nanking. Tapi akibat perang, Riady terpaksa pergi ke Hongkong hingga tahun 1950 dan kemudian kembali lagi ke Indonesia.
Memulai Usaha di Indonesia
Setelah kembali ke Indonesia Mochtar Riady kemudian menikah pada tahun 1951 dengan seorang wanita asal Jember. Pada saat itu mertuanya memberinya tanggung jawab untuk mengurus sebuah toko kecil yang menjual sepeda. Hanya dalam tempo tiga tahun, dia berhasil memajukan toko sepeda tersebut hingga menjadi yang terbesar di kota Jember.
Keinginan Mochtar Riady untuk menjadi seorang banker masih tertanam kuat di benaknya, hingga pada tahun 1954 dia pun memutuskan untuk pergi ke Jakarta. Keputusannya saat itu tentu ditentang oleh keluarganya, namun mochtar Riady memiliki prinsip bahwa jika sebuah pohon ditanam di dalam pot atau di dalam rumah, pohon itu tidak akan pernah tinggi, tapi bila ditanam di sebuah lahan yang luas akan tumbuh menjadi pohon yang tinggi dan besar.
Dia merasa yakin akan dapat mewujudkan cita-citanya menjadi bankir di Jakarta, walaupun saat itu dia tidak memiliki seorangpun kenalan di sana.
Pada tahun 1959, Mochtar Riady berkenalan dengan Andi Gappa (kakak kandung dari Andi Muhamad Jusuf yang jadi menteri di zaman Sukarno dan Panglima ABRI di zaman Soeharto), pemilik dari Bank Kemakmuran. Mochtar Riady mencoba meyakinkan Andy Gappa untuk dapat bergabung sebagai mitra usaha, kebetulan pada saat itu Bank Kemakmuran sedang bermasalah.
Walau belum punya pengalaman sedikit pun di dunia perbankan, dia berhasil meyakinkan Andi Gappa hingga ditunjuk menjadi direktur di Bank Kemakmuran. Cita-cita Mochtar Riady untuk menjadi seorang bankir akhirnya terwujud.
Di bawah kepemimpinannya, Bank Kemakmuran menjadi bank yang terpandang di Jakarta. Namun karena ketidakcocokan dengan komisaris yang ada di Bank Kemakmuran, Mochtar Riady akhirnya mengundurkan diri dari bank tersebut. Selepas dari Bank Kemakmuran, Mochtar Riady kemudian bermitra dengan beberapa kawan yang banyak bergerak di bidang komoditas hasil bumi.
Dengan mitra barunya itu kemudian bersama-sama membuat badan hukum berupa PT, dan salah satu tugas beliau adalah mencari bank yang bisa diakuisisi. Saat itu kebetulan seorang kawan yang bernama Ma Zhong yang memiliki Bank Buana sedang merugi karena menajemen yang tidak beres. Bank Buana akhirnya dapat diambil alih oleh Mochtar Riady dan para mitranya.
Pengalaman Mochtar Riady di dunia perbankan tidak berhenti sampai disitu, berbagai bank pernah dipegang oleh beliau hingga memiliki reputasi besar di dunia perbankan di Indonesia. Beberapa bank yang pernah merasakan kepemimpinannya adalah Panin Bank, Bank BCA, dan Lippo Bank.
Pemilik San Diego Hills & Lippo Group
Pada tahun 1981, Mochtar Riady membeli sebagian saham di Bank Perniagaan Indonesia milik Haji Hasyim Ning. Mochtar Riady sendiri ketika itu masih menduduki posisi strategis di Bank Central Asia.
Setelah dia bergabung dengan Haji Hasyim Ning, aset Bank Perniagaan Indonesia melonjak naik hingga lebih dari 1.500 persen, setara dengan Rp 257,73 miliar pada tahun 1987. Keberhasilan pemilik San Diego Hills inilah yang kemudian banyak orang menjulukinya dengan sebutan 'The Magic Man of Bank Marketing'.
Dua tahun kemudian, pada tahun 1989, Bank Perniagaan Indonesia melakukan merger dengan Bank Umum Asia. Merger inilah yang kemudian mengawali lahirnya Lippo Bank.
Saat ini Lippo Group dikenal banyak mengembangkan pusat perbelanjaan seperti mall di Jakarta. Selain itu, di bawah kepemimpinan putranya, James Riady, Lippo Group juga membuat rumah duka San Diego Suite serta mengembangkan beberapa kawasan kota mandiri, seperti Bukit Sentul yang ada di Bogor, Lippo Cikarang, serta hunian vertikal Meikarta yang berada di Cikarang.
Ekspansi bisnis pemilik San Diego Hills di Karawang dimulai pada tahun 2006 dengan mengembangkan area pemakaman komersil sekaligus menjadi pemilik San Diego Hills Memorial Park. Tepat di depan area pemakaman San Diego Hills, Lippo Group juga memulai project area hunian 'Rolling Hills' di pertengahan tahun 2020. Dalam dunia pendidikan pemilik San Diego Hills ini juga memiliki Lippo Group yang mendirikan sekolah dan universitas Pelita Harapan, serta sekolah Dian Harapan yang berada di Tangerang.
Untuk wilayah Jawa Timur, Lippo Group membangun Universitas M Chung yang terletak di daerah asal Mochtar Riady, Kota Malang. Sedangkan di bidang kesehatan, Lippo Group mengembangkan rumah sakit dengan nama Siloam Hospital.