Kisah Penghafal Quran Bangun Bisnis, Berasal dari Keluarga Miskin dan Sempat Bangkrut Hingga Tak Bisa Gaji Karyawan
Untuk tetap mempertahankan bisnisnya, Rifan melakukan berbagai inovasi produk makanan hingga bisnis oleh-oleh.
Masa pendidikannya dihabiskan di pondok untuk meringankan biaya orang tua yang tergolong tidak mampu. Hal itu menjadikan dia terbiasa untuk belajar ngaji dan menghafal Quran.
Kisah Penghafal Quran Bangun Bisnis, Berasal dari Keluarga Miskin dan Sempat Bangkrut Hingga Tak Bisa Gaji Karyawan
Kisah Penghafal Quran Bangun Bisnis, Berasal dari Keluarga Miskin dan Sempat Bangkrut Hingga Tak Bisa Gaji Karyawan
- Memulai Bisnis Permen Sejak SD, Pria Muslim Ini Sukses Jadi Orang Terkaya di Afrika
- Kerja di Perusahaan Ini Dapat Gaji Rp15,7 Juta per Bulan, Boleh Cuti 10 Hari Jika Sedang Merasa Tak Bahagia
- Bangun Usaha Kayu dari Garasi Rumah, Wanita Ini Raih Omzet Hingga Rp200 Juta per Bulan
- Ternyata, Ini Rahasia Sukses Tiga Pengusaha Kecil Bertahan Hingga Puluhan Tahun
Berasal dari keluarga berantakan atau broken home, Rifan Herriyadi atau yang kerap disapa Rifan tidak pernah menyerah untuk memperbaiki kehidupannya dengan merintis usaha.
Masa pendidikannya dihabiskan di pondok untuk meringankan biaya orang tua yang tergolong tidak mampu. Hal itu menjadikan dia terbiasa untuk belajar ngaji dan menghafal Quran. Hingga saat ini dia sudah menghafal lebih dari 20 juz.
Dalam wawancara yang diunggah dalam akun YouTube Pecah Telur, Rifan bercerita mulai terjun dalam dunia bisnis sejak kuliah.
Bisnis yang dia jalani yaitu konveksi dan travel menghasilkan pendapatan yang cukup tinggi ditambah dengan pendapatan melalui google adsense hingga Rp100 juta - Rp200 juta per bulan.
“Pokoknya dulu sampai dapat Rp100 - Rp200 juta zaman kuliah itu zaman baru awal-awal pegang uang kan,” ujar Rifan.
Uang yang didapatkannya dia gunakan untuk membeli apa yang diinginkan dan jalan-jalan ke luar negeri. Dia merasa sudah ada di masa kejayaanya dan berada ‘di atas angin’, jadi tidak mengelola keuangan dengan baik.
Namun keadaan berubah seiring adanya pandemi Covid-19. Bisnis konveksi dan travel miliknya bangkrut hingga harus benar-benar ditutup seluruhnya.
“Berhubung dulu kena covid kan bisnis saya terutama konveksi terus e travel segala macam itu bisnisnya collabs semua benar-benar tutup akhirnya ya udah hancur udahudah hancur semua,” ungkapnya.
Kondisi tersebut sempat membuat mentalnya terpuruk dan hampir gila. Dia harus memikirkan gaji sekitar 100 karyawan yang bekerja hingga harus menjual ala-alat usaha serta menyarankan berjualan jahe.
“Dulu lebih lebih dari 100 semua, karena nggak bisa menggaji mereka ya otomatis kita jualin alat-alat. Bahkan aku arahkan mereka untuk jualan jahe karena lagi ngetren rempah-rempah buat buat covid,” ungkapnya.
Keadaan membuat dirinya melihat bahwa masih banyak orang yang berada di atasnya dan memiliki uang lebih banyak. Perekonomiannya yang kembali terpuruk membuat dia sadar tidak memanfaatkan masa jayanya untuk berinvestasi.
Usai pandemi, Rifan mulai bangkit dengan membuka usaha macaron tuffero. Macaron dipilihnya karena bisa diproduksi dan dikirimkan ke seluruh Indonesia. Terlebih lagi saat pandemi orang-orang terbatas untuk keluar rumah.
"Kenapa macaron karena bisa dikirim online ya bisa dikirim ke seluruh Indonesia terus warnanya juga menarik bagus bisa diiklankan online dan saya dua itu ketika covid orang-orang itu malas keluar kan ya Bukan malas keluar enggak
boleh keluar kan ada PPKM segala macam," ungkapnya.
Usaha yang baru dirintisnya tentu mengalami naik turun. Dia bahkan sempat dikhianati oleh salah satu karyawan yang dipercayanya hingga harus mengubah Standar Operasional Prosedur (SOP) di tempat usahanya.
“Yang pertama itu mengganti struktur lagi kemudian saya perbaiki lagi SOP semua mulai dari sop barang masuk terus gimana itu saya benerin semua,” ungkapnya.
Untuk tetap mempertahankan bisnisnya, Rifan melakukan berbagai inovasi produk makanan hingga bisnis oleh-oleh. Kegigihannya membuat dia mampu untuk terus mengembangkan usahanya. Bahkan saat ini, dia mampu mendirikan pabrik baru sebagai tempat produksi tambahan.
Berita ini ditulis Reporter Magang: Nur Pangesti.