Komisi VI DPR Minta BUMN Farmasi Produksi Habis-habisan Obat Terapi Covid-19
Anggota Komisi VI DPR Fraksi Gerindra Andre Rosiade meminta seluruh BUMN Farmasi memastikan obat terapi Covid-19 dan multivitamin di apotek-apotek milik pemerintah atau BUMN tetap tersedia. Dia tak ingin ada kelangkaan untuk obat-obatan terapi Covid-19.
Anggota Komisi VI DPR Fraksi Gerindra Andre Rosiade meminta seluruh BUMN Farmasi memastikan obat terapi Covid-19 dan multivitamin di apotek-apotek milik pemerintah atau BUMN tetap tersedia. Dia tak ingin ada kelangkaan untuk obat-obatan terapi Covid-19.
Sebab, menurutnya, saat ini jenis obat terapi Covid-19 yang diproduksi oleh BUMN Farmasi seperti Oseltamivir dan Azithromycin, hilang dipasaran. Sedangkan, kebutuhan masyarakat tinggi kepada obat-obat itu.
-
Dimana BPOM mendorong industri obat dan makanan untuk memproduksi produk ramah lingkungan? Selain menyelenggarakan forum dialog, dalam rangkaian kegiatan puncak peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia ini, BPOM memberikan apresiasi kepada industri obat dan makanan yang proaktif menerapkan produksi berkelanjutan berwawasan lingkungan.
-
Apa yang diungkapkan oleh Plt. Kepala BPOM tentang produk kosmetik dan obat herbal di Indonesia? “Indonesia memiliki banyak sekali produk obat-obatan herbal, suplemen kesehatan, maupun kosmetik yang bisa diproduksi dalam negeri dengan bahan baku lokal,” kata Rizka dikutip pada Minggu (4/8).
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Mengapa obat ini dikembangkan? Kehilangan gigi sering kali menjadi masalah bagi orang-orang yang mengidap kondisi ini, mulai dari masalah penampilan hingga masalah fungsional, seperti berkurangnya kemampuan menggigit.
-
Siapa yang menemukan antibiotik? Antibiotik pertama kali ditemukan oleh Alexander Fleming pada tahun 1928 yang membawa perubahan besar pada dunia kesehatan saat itu.
-
Siapa yang dilibatkan dalam penanganan pandemi Covid-19 dalam disertasi Kombes Pol Dr. Yade Setiawan Ujung? Analisis ini menawarkan wawasan berharga tentang pentingnya kerjasama antar-sektor dan koordinasi yang efektif antara lembaga pemerintah dan non-pemerintah dalam menghadapi krisis kesehatan.
"Untuk Dirut Indofarma, Bapak memproduksi Oseltamivir. Oseltamivir ini menghilang di pasaran. Lalu Kimia Farma memproduksi Azithromycin, barang ini juga hilang di pasaran, termasuk vitamin-vitamin. Kami harapkan produksinya bisa ditambah," katanya dalam rapat Komisi VI DPR RI dengan Dirut PT Bio Farma (Persero), Dirut PT Kimia Farma Tbk., Dirut PT Indo Farma Tbk. dan Dirut PT. Phapros Tbk, Rabu (7/7).
Andre meminta seluru Dirut BUMN Farmasi segera meningkatkan produksi obat-obatan dan multivitamin yang dibutuhkan masyarakat. Dia tidak ingin BUMN memproduksi tapi di lapangan malah tidak ada.
"Obat-obat dan vitamin itu harus ada di pasaran. Obat dan vitamin harus ada di apotek-apotek milik pemerintah, jangan sampai hilang di pasaran. Itu kepentingan kami di Komisi VI, untuk memastikan rakyat Indonesia dapat membeli obat-obat yang disebutkan ini. Jangan sampai BUMN ini produksi, BUMN ini produksi, tapi di lapangan tidak ada," kata Andre.
Andre tidak ingin kelangkaan obat terjadi seperti oksigen. Dirinya juga mendorong
Menteri BUMN Erick Thohir membantu kebutuhan BUMN Farmasi.
"Untuk itu, pada hari ini kami meminta Bapak untuk habis-habisan memproduksi. Apa yang bapak butuhkan sampaikan kepada kami, besok akan kami minta Menteri BUMN Erick Thohir untuk mendukung kebutuhan Bapak, agar obat dan vitamin ini nasibnya tidak seperti oksigen yang hilang di pasaran," imbuh dia.
Andre memastikan bahwa komisi VI DPR siap memberikan dukungan politik maupun dukungan anggaran terhadap langkah BUMN Farmasi untuk meningkatkan produksi obat maupun vitamin. Ia ingin BUMN Farmasi berbicara jika terkendala keuangan.
"Kalau memang kekurangan uang, ngomong kurang uang. Seperti yang disampaikan Dirut Pertamedika Ibu Fathema kemarin, beliau hanya bisa menambah 500 bed padahal kebutuhan kita minimal 2.000 bed, karena kekurangan uang. Nanti kita sampaikan kepada Pak Menteri, BUMN Farmasi ini butuh suntikan modal dari negara," pungkasnya.
Baca juga:
Bukalapak Tindak Tegas Pedagang Jual Alat Kesehatan dengan Harga Selangit
Indofarma Bakal Produksi 8 Juta Butir Ivermectin Bulan Ini
DPR Minta Pemerintah Tindak Tegas Oknum Nakal Penyebab Obat Covid-19 Langka dan Mahal
Luhut Minta Obat & Alat Kesehatan Terpasok dengan Baik Selama PPKM Darurat
Respons GP Farmasi Soal Harga Obat Terapi Covid-19 Ivermectin Melonjak Tinggi
Menko Luhut Minta 90 Persen Alokasi Oksigen untuk Kebutuhan Medis